Pemilu 2024 Usai, LPS Prediksi Masyarakat Kembali Rajin Menabung
Jakarta, FreedomNews - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan kinerja simpanan bank dalam menopang kredit pada semester I/2024 akan lebih baik dibandingkan akhir tahun lalu. Salah satu faktor pendorong adalah berakhirnya wait and see setelah Pemilu 2024. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pada akhir tahun lalu, kinerja simpanan memang tercatat lesu.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) per Desember 2023 tumbuh hanya 3,8% secara tahunan (year on year/yoy), melambat dibandingkan Desember 2022, di mana DPK masih bisa tumbuh di level 9,3%. "Awal tahun ini intermediasi perbankan membaik setelah beberapa waktu lalu sempat ada kekhawatiran. Kini, dari sisi income menabung lebih baik lagi," ujarnya, Kamis, 21 Maret 2024. Pada awal tahun ini, mengacu laporan Distribusi Simpanan Bank Umum yang dirilis LPS, total nominal simpanan bank umum per Januari 2024 telah mencapai Rp8.486 triliun, tumbuh 6% yoy.
Dilihat dari tiering simpanannya, pertumbuhan terjadi pada semua tiering simpanan. Simpanan nasabah tajir atau simpanan dengan nominal di atas Rp5 miliar misalnya sudah tumbuh bergeliat dibandingkan akhir tahun lalu yang sempat turun. Tiering simpanan dengan nilai lebih dari Rp5 miliar ini tumbuh 6,3% yoy menjadi Rp4.521 triliun. Nasabah tajir ini telah mendominasi keseluruhan nilai simpanan. "Pada Desember 2023 simpanan tumbuh di bawah 4%, sekarang yang nominal di bawah Rp100 juta pun sudah ada perbaikan," tutur Purbaya.
Adapun, pada semester I/2024 Purbaya memproyeksikan DPK kembali normal, tumbuh di kisaran 6% hingga 7%. Kondisi normal pertumbuhan DPK menurutnya dipengaruhi oleh bergeliatnya kondisi ekonomi pasca Pemilu 2024. "Ke depan setelah selesai pemilihan presiden dan legislatif, ekonomi kondusif, wait and see akan berakhir. Kredit dan simpanan lebih baik," kata Purbaya. Selain itu, likuiditas yang biasa dilihat dari sisi alat likuid per DPK (AL/DPK) pun masih terjaga normal.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan DPK perbankan per Februari 2024 juga tumbuh 5,66% yoy. Likuiditas perbankan tetap memadai, tecermin dari rasio AL/DPK pada Februari 2024 yang terjaga tinggi di level 27,41%. "Pengelolaan likuiditas perbankan juga semakin baik, sejalan tingginya penempatan perbankan pada surat berharga yang tergolong likuid dan strategi penempatan pada instrumen operasi moneter yang pro-market," kata Perry, Rabu, 20 Maret 2024.
Perbankan turut serta dalam perdagangan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) di pasar sekunder yang memberikan fleksibilitas bank dalam mengelola likuiditas. Perry juga mengatakan dalam menopang kredit, seiring dengan pertumbuhan DPK yang mencapai level 5,66%, perbankan menjalankan upaya relokasi aset serta optimalisasi sumber pendanaan.
Bank menjalankan relokasi aset terutama dari surat berharga negara (SBN) yang dijadikan sumber dana penyaluran kredit. Selain itu, bank menjalankan optimalisasi sumber pendanaan lain seperti dari pinjaman, penerbitan surat utang jangka panjang, dan right issue saham. Selain itu, bank mampu menjaga permodalan dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) berada pada level 27,52% per Januari 2024. "Hasil stress-test BI juga menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko ketidakpastian ke depan," ujar Perry. (dtf/bnk)