Jelita Parahyangan
Oleh: Yudi Latif, Cendekiawan Muslim, Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
SAUDARAKU, Jum’at lalu (21/6/2024) saya mendapat anugerah bisa berkhidmat menjejakkan kembali kaki di bumi Parahyangan. Saya diundang untuk menjadi pembicara dalam seminar "Pancasila untuk Dunia" di Gedung Merdeka, Bandung.
Kesempatan ini memberi suatu momen nostalgik untuk memutar kembali kenangan masa lalu yang tertindih di lumpur waktu. Di tanah Parahyangan inilah aku terlahir, tumbuh dan berkembang dengan suka dan duka mengarunginya.
Parahyangan bisa disebut juga sebagai Priangan atau Preanger (Belanda) adalah wilayah geo-budaya dan pegunungan yang berpusat di provinsi Jawa Barat.
Nama "Parahyangan" berasal dari Bahasa Sunda yang berarti "tempat tinggal para hyang (dewa)". Tak heran kenapa Tatar Sunda sering disebut sebagai kembaran Pulau Bali – yang dikenal sebagai pulau Dewata. Begitu pun secara kultural, tradisi-budaya Sunda memiliki banyak kemiripan dengan tradisi-budaya Bali.
Parahyangan secara spesifik adalah daerah sekitar pegunungan di selatan Jawa Barat di mana orang Sunda terdahulu mempercayai gunung-gunung sebagai tempat bersemayamnya para dewa.
Legenda Sangkuriang dalam budaya Sunda berisi catatan mengenai danau purba prasejarah di dataran tinggi cekungan Bandung, yang menunjukkan bahwa orang Sunda sudah mendiami wilayah tersebut sejak zaman batu.
Pepatah dan legenda Sunda populer lainnya menyebutkan tentang terciptanya dataran tinggi Parahyangan terjadi ketika para hyang (dewa) sedang tersenyum, yang secara tersirat menunjukkan keindahan alam di wilayah ini. (*)