Gara-gara Dana Bansos Presiden Terancam

Kelak Hakim-hakim pengotak-atik hukum akan berurusan dengan keadilan Tuhan. Siksa pedih atas kejahatan dan kezaliman. Hakim yang merasa pintar soal hukum, tapi sesungguhnya bodoh dalam keadilan. Mereka menjadi manusia paling malang: Buta dan tuli.

Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

INI bukan kisah Joko Widodo yang terancam dimakzulkan, bahkan diadili akibat dana bansos yang digunakan menyimpang untuk kepentingan kampanye anaknya Gibran yang berpasangan dengan Prabowo. Skandal bansos itu akan jadi cerita panjang jika tetap ditutupi. Entah berapa triliun rupiah yang sukses disimpangkan Jokowi dan sindikatnya dari dana Rp 496 triliun itu.

Ini hanya film tentang balas dendam seorang mantan agen khusus operasi "Beekeepers" yang menikmati masa pensiun dengan beternak atau memelihara lebah madu. Madunya dijual untuk penghidupan sehari-harinya. Sang pemelihara lebah Clay Adam yang diperankan Jason Statham terusik dan turun gunung menjadi jagoan kembali akibat tetangga pengasuh lembaga amal ditipu dan dicuri dana sosialnya hingga amblas oleh sindikat siber pimpinan Derek Danfort (Josh Hutcherson).

Pengelola dana sosial, ibu dari Agen FBI Verona Parker (Emmy Raver-Lampman) itu bunuh diri tidak kuat menanggung beban. Clay marah atas kematian orang baik yang tersandera sindikat keuangan penipuan siber pimpinan Derek Danfort yang tidak lain adalah putera dari Presiden Jessica Danfort (Jemma Redgrave).

Rupanya kampanye Danfort menggunakan dana usaha puteranya dari uang haram tipu-tipu IT juga. Karena pencurian dana bansos itu berakibat fatal. Kemarahan mantan agen Adam Clay memporak-porandakan kerja aparat keamanan dan intelijen Amerika, bahkan ujungnya Presiden Danfort pun terdesak untuk siap mengakui kemenangan haramnya itu.

Penipuan sindikat siber itu selalu bisa ditutupi. Perusahaan sukses meraup untung dengan bantuan birokrasi pemerintahan. Semua dikerahkan hingga pada akhirnya mampu mendudukkan pimpinan perusahaan ke kursi Presiden AS tersebut. Hanya keserakahan mengembat dana bansos yang dikelola ibu Eloise Parker (Pylicia Rashad), maka kedudukan Presiden pun menjadi terancam.

Film berakhir dengan tembakan Clay atas pengusaha hitam dan pecandu narkotika Derek Danfort saat ia menyandera Presiden yang tidak lain adalah ibunya sendiri. Derek ketakutan bahwa segala usaha jahat termasuk membiayai kampanye Presiden ibunya itu akan terbongkar

Direktur FBI Wallace Westwyld (Jeremy Irons) ternyata diam-diam menjadi pelindung usaha haram anak Presiden. Kejahatan Derek Danfort terproteksi dan selalu lolos dari jeratan hukum. Sampai akhirnya Adam Clay melakukan aksi jagoan dengan menghacurkan semua termasuk ruang Istana. Presiden terancam.

Pertanyaan Adam Clay kepada Detektif Verona Parker saat menodongkan senjata kepada Clay cukup menarik. Teriakan Verona bahwa ia melakukan tugasnya dalam rangka membela hukum. Clay bertanya "apakah engkau sedang membela hukum atau keadilan?" Rupanya di Amerika penegakan hukum itu belum tentu adil.

Untung pertanyaan tersebut di Amerika dan itupun hanya dalam film. Di Indonesia tentu tidak. Para Hakim pengadilan adalah para penegak keadilan bukan penegak hukum. Mungkin karena takut pada Tuhan. Mereka tahu bahwa hukum itu bisa dan mudah diintervensi atau diperjualbelikan, tetapi keadilan tidak.

Kelak Hakim-hakim pengotak-atik hukum akan berurusan dengan keadilan Tuhan. Siksa pedih atas kejahatan dan kezaliman. Hakim yang merasa pintar soal hukum, tapi sesungguhnya bodoh dalam keadilan. Mereka menjadi manusia paling malang: Buta dan tuli.

Ini yang menjadi pertanyaan serius, penegak hukum atau penegak keadilan?

Film yang ditulis oleh Kurt Wimmer dan disutradarai David Ayer berjudul "The Beekeeper" tersebut, meski baru tayang di Amerika 12 Januari 2024 tentu bukan buat menyindir keluarga Jokowi, BIN, MK atau lainnya. Apalagi Pilpres Indonesia 2024 itu dinilai sangat bersih... wkwkwk. (*)