Kewajiban Konstitusional Presiden Indonesia (8)
Presiden, mendapat berkah dan rahmat dari langit karena rakyatnya bekerja dengan ikhlas. Sebab, semuanya diniatkan sebagai ibadah. Konsekuensi logisnya, imbalan dalam bentuk apa pun, diterima dengan ikhlas dan sukacita.
Oleh: Abdullah Hehamahua, Mantan Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (2005-2013)
“ATAS berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.” Inilah teks alinea ketiga Mukadimah UUD 1945.
Alinea ketiga ini merupakan bukti historis bahwa, Indonesia tidak akan merdeka tanpa berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Konsekuensi logisnya, presiden yang akan datang jangan meniru Jokowi yang selama 10 tahun kepemimpinannya, mengabaikan, bahkan menghina ajaran Allah Yang Maha Kuasa.
Sebab, Joko Widodo membentuk BPIP yang Ketuanya mengatakan, musuh utama Pancasila adalah agama. Jokowi juga membubarkan Perda-Perda Syariah. Padahal, hal itu dibenarkan dan dijamin pasal 29 ayat (2), UUD 1945.
Presiden dan Berkah Allah
Berkat berasal dari bahasa Arab, “Barakah”. Berkah menurut KBBI adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia.” Barakah juga berarti: 'berkembang, bertambah banyak, dan kebahagiaan’.
"Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu taman-taman dan biji-biji tanaman yang diketam. Dan, pohon kurma yang tinggi-tinggi yang memiliki mayang yang bersusun untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba Kami, dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati atau kering. Demikianlah terjadinya kebangkitan" (QS. Qaaf: 9-11).
Presiden Indonesia, berdasarkan ayat Al-Qur’an di atas harus menggunakan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada bagi kesejahteraan rakyat sebagai tanda syukur terhadap-Nya. Oleh karenanya, para “founding fathers” menetapkan, “bumi, air dan sumber daya alam yang ada di dalamnya, dikuasai negara dan dipergunakan bagi sebesar-sebesar kemakmuran rakyat.”.
Konsekwensi logisnya, presiden mendatang jangan mengikuti kejahatan Jokowi yang mengijinkan SDA dilola konglomerat, perusahan swasta, dan oligarki. Aplikasinya, presiden mendatang harus memfungsikan BUMN/BUMD dalam mengeksplorasi SDA yang ada bagi meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Presiden mendatang agar bisa memeroleh berkah dan rahmat dari langit, perlu memerhatikan tiga ciri berkah yang disampaikan Baznas berikut ini:
1.Nikmat dalam Beramal Sholeh
Presiden dan kabinetnya, selalu merasa nikmat ketika beramal shaleh. Sebab, dadanya senantiasa lapang. Hal ini ditegaskan ayat Al-Qur’an berikut: "Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam" (QS: Al-An'am: 125).
Ayat Qur’an ini menjelaskan bahwa, keberkahan hidup dari Allah antara lain merasakan nikmat iman dan Islam serta kenikmatan dalam beribadah, sehingga hati menjadi lapang. Tidak stress, “uring-uringan”, apalagi marah-marah.
2.Istiqamah dalam Kebaikan
Presiden tidak hanya merasakan nikmat, tetapi juga terus konsisten dalam beribadah, seperti disebutkan ayat Qur’an berikut: "Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus" (QS Ali Imron: 101).
Hidup yang berkah membuat presiden senantiasa konsisten dalam berpegang teguh dengan agama Allah hingga akhir hayat.
3.Sabar Menghadapi Ujian
Presiden yang hidupnya berkah memiliki ciri-ciri sabar dalam menghadapi ujian. Presiden yang sabar adalah orang yang beruntung. Sebab, Al-Qur'an mengatakan: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung" (QS Ali Imran: 200).
Ayat Qur’an ini menjelaskan, presiden yang mendapat berkah dari langit, kesabarannya berlipat ganda. Aplikasinya, semua pendapat, kritikan, bahkan unjuk rasa dari rakyatnya merupakan suplemen dalam menguatkan tekadnya untuk tetap melayani rakyatnya. Konsekwensi logisnya, presiden mendatang jangan mengikuti kejahatan Jokowi yang seenaknya menangkap atau mengkriminilasi masyarakat yang hanya berbeda pendapat dengan pemerintah.
Presiden dan Rahmat Allah
Perkataan “rahmat” berasal dari bahasa Arab. KBBI mengdefinisikan, rahmat adalah belas kasih; kerahiman; karunia (Allah); berkah (Allah). Maknanya, presiden mendatang harus belas kasih, simpati, empati, dan senantiasa peduli terhadap rakyatnya. Presiden mendatang, agar memeroleh berkah dan rahmat dari langit, harus memiliki, memahami, menghayati, dan mengamalkan tiga hal:
Pertama, presiden adalah figur yang kana'ah, yakni, ikhlas dan sukacita menjalani kehidupan sehari-hari. Beliau di rumah adalah seorang suami yang saleh. Isterinya, salehah. Anak-anaknya, saleh dan salehah.
Presiden yang mendapat berkah dan rahmat dari langit, rakyatnya di pasar adalah pedagang yang jujur. Di kebun, mereka adalah petani yang tidak merusak lingkungan. Di Laut, mereka adalah nelayan yang tidak menangkap ikan dengan bom atau tuba.
Anak buah presiden di kantor adalah PNS yang jujur, disiplin, dan berkinerja tinggi tanpa KKN. Anak buah presiden yang menjadi pejabat publik, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif adalah abdi negara yang berintegritas dan profesional sehingga bekerja secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
Presiden, mendapat berkah dan rahmat dari langit karena rakyatnya bekerja dengan ikhlas. Sebab, semuanya diniatkan sebagai ibadah. Konsekuensi logisnya, imbalan dalam bentuk apa pun, diterima dengan ikhlas dan sukacita.
Presiden sebagai pemimpin harus merakyat. Maknanya, presiden lebih sedikit istirahat, tapi banyak bekerja. Beliau sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan tekun bekerja sebagai pelayan masyarakat. Bahkan, beliau tidak mengambil gajinya seperti yang dilakukan Anwar Ibrahim, PM Malaysia yang selama setahun setengah tidak mengambil gajinya.
Kedua, presiden yang mendapat berkah dan rahmat dari langit, hasil kepemimpinannya terus berkembang. Jika Jokowi, hobinya berutang, maka presiden mendatang, tidak lagi berutang. Jika Jokowi rajin impor beras, sayur, buah, ikan, dan daging, presiden mendatang, tidak lagi impor komoditas yang ada dalam negeri.
Ketiga, presiden yang mendapat berkah dan rahmat dari langit adalah kepala negara yang bermanfaat bagi orang lain.
Aplikasinya, rakyat yang karena presidennya memeroleh berkah dan rahmat dari langit, maka usaha mereka berkembang maju. Dampak positifnya, mereka bisa menampung tenaga kerja baru.
Maknanya, orang lain memeroleh manfaat dari usaha mereka. Dampak positif lanjutannya, zakat, infak dan sedekah mereka juga lebih banyak sehingga turut mengentaskan kemiskinan struktural yang ada. In syaa Allah! (*)