Presiden Koplak Harus Dikeplak

Inti penyesatannya, kemenduaan, kemunafikan, memanipulasi dan mendistorsi kebohongannya tampak sebagai realita kebenaran. Presiden Jokowi sebagai pelaku yang terus menerus menebar kebohongan dan penyesatannya layak di keplak kepalanya.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

KOPLAK artinya "tidak penuh", seringkali dipakai untuk menyebut orang dalam kondisi yang kurang sempurna, tidak normal, ada gangguan fisik dan psikisnya. Keplak dalam bahasa Jawa tempeleng (dipukul kepalanya).

Orang koplak dalam kesadaran miminalnya sangat sulit diingatkan dari ucapan dan tindakannya. Dengan cara keras harus ditempeleng kepalanya.

Jokowi terus-menerus melakukan penyesatan layaknya orang koplak, mengarang realita dengan kebohongan sesuai dengan hasrat dan kepentingan politiknya. Melumpuhkan lawan lawannya dengan cara menyandra tampak makin jelas dan telanjang.

Persepsi dalam otaknya jauh dari kondisi ideal seorang negarawan dalam mengendalikan dan mengelola negara hanya menurut apa yang diinginkan untuk kepentingan politik diri sendiri dan kelompoknya.

Rakyat lantas dibawa ke alam fiksi, kebohongan dan tipuan sesungguhya sama dengan strategi penyesatan. Adolf Hitler menunjuk Jenderal Erwin Rommel komandan pasukan di sepanjang pantai Prancis melakukan strategi penyesatan "mengubah tembok Atlantik sebagai taman ranjau dan zona penembakan Iblis".

Musuh mengira bahwa zona aman begitu masuk zona penembakan iblis, semua masuk dalam perangkapnya.

Joko Widodo memasang ranjau untuk lawan lawan politiknya, para pejabat negara dan politisi, dengan ranjau uang haram mereka ambil dengan lahap saat itulah mereka terperangkap.

Basisnya kemenduaan, kebohongan, atau kemunafikan menyeret semua yang sudah masuk dalam ranjau tidak ada pilihan selain harus bersama sama satu kolam mempertahan dan menikmati dalam kekusaan sepuas-puasnya sebelum harus menanggung mati bersama-sama.

Jokowi yaitu orang koplak boneka yang tidak memiliki banyak pengetahuan tentang strategi perang politiknya hanya dengan bantuan para politisi dan Jenderal pekok yang telah terperangkap membuat peta, menyusun strategi kekuasaannya.

Dari sinilah lahir macam strategi penyesatan untuk meraih dan mewujudkan semua rencana para bohir China yang telah diberi karpet merah sebagai Penjajah Gaya Baru (PGB).

Inti penyesatannya, kemenduaan, kemunafikan, memanipulasi dan mendistorsi kebohongannya tampak sebagai realita kebenaran. Presiden Jokowi sebagai pelaku yang terus menerus menebar kebohongan dan penyesatannya layak di keplak kepalanya.

Penampilan semua kamunflase, pola hipnotis, informasi bohong, sesulit dihentikan sebelum lengser dari kekuasaannya. Karena saat ini masih dalam bayang-bayang, pengamanan, dan perlindungan oleh kekuatan yang sama-sama dalam zona penembakan iblis, nekad beresiko harus mati bersama-sama. (*)