Gian Sitorus: Anies Abaikan Staf, Pilih Ikuti Ibu
Jadi kalau dibandingkan dengan sosok-sosok yang demi dilirik sebagai bakal capres dan cawapres melakukan berbagai cara, memanfaatkan jabatan, berbohong dalam pujian, ya sudah pasti tentunya 'kelasnya' jauh di bawah Anies.
Oleh: Rahmi Aries Nova, Jurnalis Senior Freedom News
BAGAIMANA seorang Anies Rasyid Baswedan memuliakan sang ibu Aliyah Rasyid, guru besar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta pasti sudah banyak yang tahu.
Lebih dari itu, ternyata, Anies bahkan memilih mengikuti arahan ibu dan mengabaikan keinginan seluruh stafnya saat menerima 'pinangan' dari Partai Nasdem yang mencalonkannya sebagai bakal calon presiden.
Seperti yang diucapkan Gubernur DKI Jakarta 2007-2017 Sutiyoso, Anies Baswedan sudah terbukti sukses mengubah Jakarta. Banyak hal yang dulu begitu sulit dilaksanakan, bahkan tidak terlaksana pada zamannya, tapi Anies bisa menyelesaikannya dengan mudah. Itu pujian dari Bang Yos yang tertuang dalam buku 'Jejak Permanen Anies Baswedan, Signature Untuk Jakarta' karya Lahyanto Nadie.
Tuntas semua janji-janji Anies pada Jakarta dan warganya dalam satu periode kepemimpinannya. Tak heran banyak yang menyebut Anies berhak atas periode keduanya dalam memimpin Jakarta.
Begitu juga yang dipikirkan oleh staf-staf yang mendampingi Anies sejak masa kampanye Pilgub DKI Jakarta 2017 hingga menuntaskan kepemimpinan lima tahunnya di Jakarta.
Memimpin kembali Jakarta adalah pilihan yang 'paling nyaman' untuk Anies karena semua memang sudah tertata dengan baik dan tinggal meneruskan.
"Kita semua staf maunya bapak memimpin Jakarta satu periode lagi," ungkap Gian Sitorus, Anggota Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) pada Freedom News.
Survei (tanpa rekayasa) sudah membuktikan warga Jakarta puas dengan hasil kerja pria kelahiran Kuningan, 7 Mei 1969 ini. Istilahnya Anies akan dengan mudah kembali ke Balaikota andai ia ikut Pilgub lagi tahun depan.
Ternyata Anies bukan orang yang mencari zona nyaman, bukan manusia yang takut kehilangan kekuasaan. Terlebih jika pilihan jalan yang diambilnya justru pilihan ibundanya.
Ya, saat Anies mengadu pada sang ibu bahwa Partai Nasdem ingin mencalonkannya sebagai bakal calon presiden, Ibu Aliyah dengan tegas bertanya: "Kamu yang minta, atau mereka yang minta?"
Anies pun menjawab, Partai Nasdem yang meminta.
"Kalau kamu diminta, Ambil. Tapi kalau kamu yang meminta jangan!" tegas Ibu Aliyah pada putra kebanggaannya itu.
Begitulah, akhirnya, suara seorang ibu mengalahkan suara seluruh staf dan mungkin rekan, sahabat, bahkan istri dan anak-anak Anies. Anies memilih menerima pinangan Partai Nasdem dengan segala resikonya. Baginya patuh pada ibu adalah salah satu ibadah terbesar. Selebihnya biar menjadi urusan Allah sang pemilik kekuasaan.
Itu sebabnya meski coba dijegal oleh KPK, dikecilkan oleh survei (berbayar), dihinakan oleh buzzer-buzzer keji, Anies santai saja. Iya hanya menjalani perintah ibunda yang pasti tahu apa yang terbaik untuk putranya.
Terlebih sang ibu adalah profesor ilmu sosial dan ekonomi yang pasti sangat tahu apa yang tengah terjadi pada bangsa ini.
Kemiskinan dan kebodohan mungkin bisa dimanipulasi oleh penguasa negeri ini, tapi mata hati seorang dosen dan Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Yogyakarta, yang aktif di berbagai kegiatan sosial, agama dan kemasyarakatan di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak bisa dibohongi.
Ketua Umum DPW Wanita Islam DIY tiga periode yang selalu aktif memimpin penyaluran beasiswa bagi siswa dan mahasiswa yang berasal dari keluarga prasejahtera selama lebih dari tiga dekade itu sangat tahu hanya 'angin perubahan' yang bisa mengusir 'awan gelap' yang menyelimuti negeri ini.
Bukan tidak mungkin masukan dari sang ibu juga dipakai Anies untuk menentukan bakal calon wakil presidennya.
Jadi kalau dibandingkan dengan sosok-sosok yang demi dilirik sebagai bakal capres dan cawapres melakukan berbagai cara, memanfaatkan jabatan, berbohong dalam pujian, ya sudah pasti tentunya 'kelasnya' jauh di bawah Anies.
"Suatu bangsa tidak boleh dinilai dari cara memperlakukan warganya yang tertinggi, tetapi dari warganya yang paling rendah," adalah kutipan ucapan Nelson Mandela yang diyakini Anies harus terus ia lakukan jika kelak ia memimpin negeri ini. (*)