Membaca Pratanda "Kemenangan" Prabowo Subianto Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi (HKE)
Prabowo Subianto yang sering membanggakan diri sebagai seorang patriot, terbukti pada Pilpres 2024 telah berubah menjadi seorang pecundang. Mantan Danjen Kopassus ini tak merasa berdosa dan tidak merasa bersalah menjadi "penadah" hasil kejahatan demokrasi Pilpres curang.
Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda
HUKUM Kekekalan Energi (HKE) menyatakan bahwa energi di alam tidak dapat diciptakan dan dihancurkan. Namun, bisa berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Energi selalu menyertai materi. Prinsip ini dikenal sebagai konservasi energi atau hukum pertama termodinamika. Dengan demikian, energi total alam semesta selalu tetap konstan.
Energi merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan susah dibuktikan, akan tetapi dapat dirasakan keberadaannya. Secara umum, banyak pula yang menyebut energi atau tenaga adalah kekuatan yang dapat digunakan dalam berbagai proses kegiatan.
Hukum-hukum yang berlaku pada makrokosmos (alam semesta), juga berlaku pada mikrokosmos (manusia). Siklus energi yang dikeluarkan manusia bersifat tertutup. Artinya, energi yang keluar dari seorang manusia akan kembali kepada orang yang bersangkutan. Apabila tidak langsung kembali, maka suatu saat energi itu pasti kembali ke manusia yang mengeluarkannya. Energi positif atau negatif yang telah ditabung, suatu saat pasti "dicairkan" untuk dia sendiri. Bukan untuk orang lain.
"Barang siapa berbuat kebaikan walaupun sebesar zarrah pasti akan memperoleh balasan, dan barang siapa berbuat keburukan walaupun sebesar zarrah pasti akan memperoleh balasan." (QS. Al-Zalzalah ayat 7 dan 8).
Rumus HKE
Jumlah Usaha = Hasil Usaha; Hasil Usaha = Hasil Usaha Tampak + Tabungan Energi; Tabungan Energi (TE) terbagi dua: TE Positif (TEP) dan TE Negatif (TEN).
Tabungan Energi, baik TEP maupun TEN akan mencair, kapan saja. Bisa cepat, bisa lambat, dan waktu pencairan akan terjadi paling lambat sebelum orang yang bersangkutan meninggal dunia. Sebelum manusia meninggal, TEP maupun TEN harus kosong atau nol. Sebab menurut HKE, sekecil apapun energi dari alam yang pernah digunakan manusia tidak akan tersisa sedikit pun. Setelah TEP maupun TEN bersih atau nol barulah ajal menjemputnya.
HKE berlaku terhadap semua manusia, tanpa membedakan suku, bangsa, dan agama. Semuanya terikat erat oleh ketentuan HKE, lebih-lebih bagi manusia yang memegang peran sebagai pemimpin, misalnya presiden yang pernah memimpin dan yang akan memimpin Indonesia. Berikut ini uraian singkat tentang TEP maupun TEN mereka.
1.Presiden Sukarno
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas perjuangan dan pengorbanan besar tokoh bangsa, Bapak Proklamator, Ir. Sukarno. Perjuangan panjang yang dilakukan demi terwujudnya kemerdekaan tanpa mendapat imbalan, menurut HKE, akhirnya tertabung menjadi TEP yang kemudian dicairkan oleh alam dalam bentuk kehormatan/jabatan sebagai Presiden.
2.Presiden Suharto
Tercatat dalam sejarah, dua kali Suharto atau Pak Harto berperan besar menyelamatkan negara.
Pertama; pada waktu terjadi Agresi Militer Belanda II, tanggal 19 Desember 1948, yang akan menjajah kembali dengan cara akan menduduki Ibukota Negara Yogyakarta, mendapat perlawanan TNI dan rakyat di bawah komando Pak Harto yang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret atau Enam Jam di Yogya.
Kedua; pada waktu meletus pemberontakan G30S-PKI, yang berperan besar menggagalkan kudeta PKI adalah Pak Harto yang pada waktu itu sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Jasa besar Pak Harto, menurut teori HKE tertabung menjadi TEP dan kemudian dicairkan oleh alam dalam bentuk jabatan/kekuasaan menjadi Presiden.
3.Presiden BJ Habibie
Burhan Jusuf (BJ) Habibie adalah seorang ilmuwan jenius yang dimiliki Indonesia yang diakui dunia. Pada masa Orde Baru, ia diserahi tugas oleh Presiden Suharto sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Selama BJ Habibie menjadi menteri, banyak melakukan terobosan baru di bidang teknologi, salah satunya adalah menciptakan pesawat terbang N250 Gatotkaca. Karya besar BJ Habibie di bidang teknologi tersebut, jika ditinjau dengan menggunakan teori HKE merupakan TEP yang dicairkan oleh alam berupa jabatan Presiden.
4.Presiden Abdurrahman Wahid
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah seorang ulama yang berjiwa nasionalis, memiliki kepedulian tinggi terhadap permasalahan bangsa. Bersama 3 tokoh nasional lainnya, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Amien Rais, dan Megawati Soekarnoputri menjadi tokoh utama lahirnya era Reformasi. Jasa terhadap bangsa dan negara itu, jika ditinjau dengan teori HKE merupakan TEP yang setelah dicairkan oleh alam dalam bentuk jabatan Presiden.
5.Presiden Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri adalah salah satu dari 4 tokoh nasional pencetus lahirnya era Reformasi. Jasa terhadap bangsa dan negara, jika ditinjau dengan teori HKE, merupakan TEP yang dicairkan oleh alam dalam bentuk jabatan Presiden.
6.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY adalah seorang purnawirawan TNI yang dikenal memiliki integritas yang baik dan berwibawa. Pada masa kabinet pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, SBY diangkat menjadi seorang menteri. Kinerjanya yang baik untuk kepentingan bangsa dan negara, jika ditinjau dengan teori HKE, merupakan TEP yang setelah dicairkan oleh alam dalam bentuk jabatan Presiden.
7.Presiden Joko Widodo
Langkah politik Joko Widodo dimulai dari menjabat Walikota Solo, kemudian terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Baru setengah periode menjalani jabatan gubernur, sudah meninggalkannya karena tergiur untuk meraih jabatan yang lebih tinggi, yaitu ikut bursa Pilpres.
Berhubung tidak memiliki bekal TEP kepemimpinan yang dikumpulkan, maka digunakanlah strategi pemenangan "pencitraan". Dengan strategi yang intinya berupa serba kamuflase, jabatan presiden berhasil diraih dan pada pilpres berikutnya strategi pemenangan "gila-gilaan" dengan melakukan kecurangan secara terang-terangan, dijadikan sebagai senjata andalan untuk mempertahankan kekuasaan. Berhasil.
Fakta unik berdasarkan teori HKE. Karena dari awal tidak punya bekal TEP, menjadikan kebijakan kepemimpinannya selalu menimbulkan dampak negatif berupa menambah kompleksnya masalah yang terjadi. Negara menjadi carut marut yang tanpa disadari akan menjadi bumerang yakni semakin membengkaknya saldo TEN yang dikumpulkan dan "dipastikan" akan meledak.
Prediksi ledakan TEN yang akan berlangsung jangka panjang dan akan menjadi saksi sejarah adalah warisan pembangunan IKN yang tidak dibutuhkan oleh alam. Jika melihat kemunculan pratanda di lapangan, pembangunan IKN Nusantara diprakirakan akan menjadi "Monumen Kegagalan" warisan abadi kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
8.Presiden Terpilih (?) Prabowo Subianto Membaca rekam jejak langkah politik Presiden Pertama hingga Presiden Keenam, ditakdirkan menjadi presiden karena memiliki modal dasar TEP jasa terhadap bangsa dan negara. Karenanya, mereka "dibutuhkan" oleh alam untuk memimpin Indonesia. Alam memanggil dan Allah menakdirkan.
Berbeda dengan langkah politik Prabowo Subianto yang berambisi menjadi presiden. Ia tidak memiliki bekal TEP kepemimpinan serta tidak punya "Tekad Unggulan" yang akan diperjuangkan jika terpilih memimpin rakyat.
Namun demikian, Hukum Kekekalan Energi bersifat adil. Dua kali gagal pada Pilpres, energi yang digunakan tidak hilang, tetapi terkumpul menjadi TEP yang kemudian dicairkan oleh alam berupa jabatan sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Presiden Joko Widodo.
Dengan membaranya ambisi Prabowo Subianto yang gandrung terhadap jabatan presiden telah membutakan mata hati dan pertimbangan akal sehat serta rambu-rambu norma dan etika politik. Itu yang terjadi pada Pilpres 2024.
Prabowo Subianto yang sering membanggakan diri sebagai seorang patriot, terbukti pada Pilpres 2024 telah berubah menjadi seorang pecundang. Mantan Danjen Kopassus ini tak merasa berdosa dan tidak merasa bersalah menjadi "penadah" hasil kejahatan demokrasi Pilpres curang.
Sejarah telah terjadi. Merebut kemenangan dengan cara curang sudah direkam alam menjadi Tabungan Energi Negatif (TEN) yang sangat besar. Jika sudah tiba limit waktu masa pencairan, TEN akan meledak. Siapa yang menanam, dialah yang akan mengetam. (*)