Jokowi Orang Hebat
SIAPA pun harus mengakui Presiden Joko Widodo alias Jokowi memang orang hebat. Kalau tidak hebat, mana mungkin bisa terpilih menjadi Walikota Solo dua kali. Kalau bukan orang hebat, mana mungkin pengusaha mebel itu terpilih menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Jokowi orang hebat? Luar biasa hebatnya. Jika tidak seperti itu, mana mungkin ia meninggalkan jabatan gubernur dan kemudian bertarung dalam Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) tahun 2014.
Jokowi hebat! Kalau tidak hebat mana mungkin janji tidak mau meninggalkan jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta, ia lupakan. Mana mungkin juga janji tidak maju dalam Pilpres ia ingkari.
Karena ia orang hebat, semua janji ditabrak dan diingkari. Dalam pikirannya, itu hanya janji politik yang tidak perlu dijalankan. Dalam otaknya, Jokowi menyampaikan hal tersebut supaya rakyat tahu dia orang jujur, polos, tidak pembohong, dan sederet kata lainnya yang sering disematkan rakyat kepadanya.
Padahal, semua tahu, apa yang diucapkannya adalah kebalikannya. Bilang ke atas, tapi nyatanya ke bawah. Ibarat pengendara, nyalakan sein ke kiri, tapi kenyataannya belok kanan.
Jokowi orang hebat. Ialah. Jika tidak demikian, mana mungkin terpilih menjadi presiden dalam dua peride (2014-2019 dan 2019-2024).
Karena orang hebat, berbagai undang-undang pun diembat. Itu mulai dilakoninya sejak awal-awal berkuasa. Tidak peduli rakyat yang teriak-teriak, yang penting ia merasa enak.
Tak mau mendengarkan kritik dari siapa pun, Jokowi akhirnya berhasil mengobrak-abrik demokrasi, juga melumpuhkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), memenjarakan aktivis dan ulama yang mengkritiknya.
Paling parah, berhasil membuat Undang-Undang Cipta Kerja yang isinya sangat merugikan kaum pekerja.
Tidak berhenti sampai di sini. Jokowi dan antek-anteknya pun berhasil melumpuhkan Mahkamah Konstitusi, sehingga membuka karpet merah kepada anaknya Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal calon wakil presiden dan berhasil menjadi Wakil Presiden terpilih mendampingi Prabowo Subianto.
Itulah kehebatan Jokowi. Ia pintar, hebat. Selain itu, karena kelicikannya pula, ia pun telah berhasil meninggalkan Partai Indonesia Demokrasi Perjuangan (PDIP), partai yang membesarkannya, mulai dari Walikota Solo sampai menjadi presiden.
Tidak peduli meski disebut pengkhianat. Tidak ambil pusing disebut pembohong dan sederet kata dan umpatan lain yang dialamatkan kepadanya. Dalam hati dan otaknya mungkin hanya satu kata, "Tidak peduli! Mau dikatakan apa saja."
Yang penting jampi-jampinya sudah merasuk dan merusak segalanya. Pantas Jokowi menjadi orang hebat. (*)