Makin Panik, Jokowi Akan Perintahkan Panglima TNI dan Kapolri Kampanye?

JOKO Widodo alias Jokowi makin gila kekuasaan dan panik. Ia sangat khawatir pasangan yang 'diusungnya' kalah dan terjungkal. Sebab, hal itu akan berimbas pada dirinya yang selama menjadi presiden penuh dengan masalah.

Juga sangat membahayakan keluarganya, terutama karier Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep, serta menantu Boby Nasution yang akan "tamat" karier politiknya.

Karena itu, jangan heran jika pada akhirnya Jokowi mengeluarkan jurus mabuk. Ia mengeluarkan pernyataan yang membolehkan presiden dan para menteri berkampanye. Padahal, aturan tentang itu sudah jelas 'haram' alias dilarang, kecuali harus cuti.

Semua sudah tahu Jokowi perusak demokrasi dan konstitusi. Rakyat sudah paham, ia tak peduli dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mumpung berkuasa yang mengarahkan negara demokrasi ke otoriter, ia tidak peduli dengan kritikan siapa pun.

Yang penting jagoannya harus menang. Prabowo Subianto yang sudah uzur dan Gibran yang merendahkan kalangan tua harus jadi RI-1 dan RI-2. Tidak ada pilihan bagi mantan Walikota Solo itu. Segala cara harus dilakukan, termasuk mengupayakan kecungan secara TSM (terstruktur, sistematis, dan masif).

Sejak awal, Jokowi sudah terang-terangan cawe-cawe dalam Pemilihan Presiden (Pilpres). Meski sempat dia bantah sendiri, rakyat tidak percaya akan kata-katanya yang penuh dusta dan bohong. Dia sudah sering berucap A, tapi nyatanya B. Bilang ke kanan, nyatanya ke kiri. Mirip emak-emak yang mengendarai sepeda motor, lampu send ke kanan, tetapi belok ke kiri.

Jokowi panik dan ketakutan. Ibarat orang kena deman, ia sudah sangat menggigil tidak karuan dan obat dosis tinggi pun digunakan. Karena itu, akhirnya jurus maut pun dilakukannya. Tidak peduli kiri dan kanan. Segala cara dilakukannya demi memenangkan Prabowo – Gibran yang dalam survei independen elektabilitasnya semakin anjlok.

Segala cara dilakukan, meniru komunis dan ajaran Machiavelis. Mau menang, kawan pun harus ditendang. Buktinya, Jokowi meninggalkan PDIP, tanpa pamit menyeberang, sehingga membuat Mak Banteng meradang.

Pemilu dan Pilpres 2024 tinggal beberapa hari lagi. Jurus maut berikutnya akan dilakukan Jokowi. Ia akan menghalalkan Panglima TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ikut kampanye. Sebab, keduanya di bawah kendalinya. Tidak mau, bisa-bisa ia tendang dari jabatannya.

Jadi, jangan berharap TNI dan Polri netral, kecuali tentara dan polisi yang masih berhati nurani dan patuh pada sumpah prajurit. Jadi, menjelang 14 Februari 2024, Jokowi diduga akan "instruksikan", Jenderal TNI Agus Subiyanto dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo agar 'mengamankan' bawahannya yang berbuat curang saat penghitungan suaranya. Jika ada parpol melakukan serangan fajar, maka aparat keamanan diperintahkan melakukan operasi senyap.

Untungnya kedua perwira tinggi itu memiliki moral dan akhlak yang sangat tinggi. Mereka masih ingat dan patuh pada sumpah prajurit. Lebih takut lagi akan sumpah jabatan, yang di atas kepala diletakkan kitab suci Al-Qur'an buat Agus dan Injil untuk Listyo.

Semua berharap pada keduanya menolak rencana jahat Jokowi yang ingin merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terlebih harapan kita terhadap Agus Subiyanto yang rajin membaca Al-Qur'an, khususnya surat Yasin yang pada ayat 65 jelas sekali arti dan maknanya.

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS. Yasin Ayat 65). Apalagi jika menyimak Al-Fajr ayat 14, "Sesungguhnya Tuhanmu Benar-benar mengawasimu". (*)