Pemotongan Tumpeng, Awas Salah! “Memotong” Hubungan dengan Tuhan
Prosesi memotong tumpeng pada saat ini ada kecenderungan sembarangan. Padahal tumpeng itu simbolisasi hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Ketika salah memotong, maka bisa jadi artinya menjadi memutus hubungan hamba dengan Tuhannya. Lho!
Oleh : Dr Ari Fadiati, M.Si., Dosen Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Sekretaris Dewan Pakar Indonesian Gastronomy Community.
FILOSOFI, struktur dan perlakuan terhadap tumpeng khalayak harus tahu, khususnya generasi kekinian. Memang, terdapat berbagai cara dalam memperlakukan salah satu di antaranya adalah dinikmati secara bersama-sama di antara orang yang diundang untuk menikmatinya.
Tumpeng berbentuk kerucut yang menjulang tinggi yang memposisikan perlambang Tuhan di tempat yang paling tinggi. Tumpeng juga merupakan simbol hubungan manusia dengan Tuhannya. Karena itu, apabila tumpeng dipotong berarti kita telah memotong hubungan umat manusia dengan Tuhannya.
Pada acara pengurekan tumpeng disebut dengan kepungan. Artinya pemangku dan para tamu yang diundang setelah mengepung tumpeng dan telah selesai berdoa masing-masing mengambil alat makan yang telah disediakan dan mengeruk tumpeng secara bersama-sama mulai dari bagian dasarnya. Saat ini, dengan alasan higienitas pengambilan tumpeng dilakukan dengan menggunakan centong nasi karena yang lalu yang sebelumnya itu adalah dengan menggunakan tangan.
Jika tumpeng semakin dikeruk maka bagian atas tumpeng perlahan-lahan akan turun. Akhirnya, puncak tumpeng menyentuh bagian dasar atau alas tumpeng peristiwanya disebut Paripurna atau sudah mencapai manunggaling kawula lan gusti. Artinya doa yang kita panjatkan, Alhamdulillah (insyaAllah, red) diridhoi oleh Tuhan yang maha kuasa.
Tumpeng-Kekinian
Kekinian menggambarkan sesuatu yang sedang populer pada saat tertentu. Ia dapat berubah seiring waktu bersifat relatif berkembang sejalan perubahan budaya dan masyarakat. Menghargai budaya lokal melalui hidangan tradisional dalam hal ini tumpeng adalah cara untuk mempertahankan warisan budaya yang pada makanannya yang telah ada selama berabad-abad.
Generasi muda yang kala ini dengan sebutan gen Z dan mungkin nanti akan berkembang lagi, memiliki peran penting untuk menjaga kekayaan budaya agar tetap hidup dan berkembang. Generasi muda yang lekat dengan teknologi, kreatif dan berorientasi hasil multitasking menerima keanekaaragaman budaya. Generasi muda terterpa informasi global yang terhubung dengan budaya dan makanan dari berbagai belahan dunia yang diperolehnya antara lain melalui internet dan media sosial. Mereka cenderung mengikuti tren dan preferensi kesukaan teman sebaya dan merasa bagian dari global menyantap makanan internasional.
Dari dua hal tersebut di atas, tumpeng yang bentuk dan sifatnya statis sebaiknya perlu mengadakan perubahan untuk mengikuti perkembangan zaman, serta sesuai dengan selera generasi muda tanpa mengubah makna utama dan simbol dari tumpeng.
Agar tumpeng menjadi kekinian dan diterima generasi muda, ada beberapa strategi di antaranya adalah; Pertama, melalui kreativitas dan inovasi dalam presentasi namun tetap mempertahankan unsur tradisional dan makna dalam tumpeng.
Kedua, kombinasi rasa sesuai dengan tren kekinian seperti misalnya ayam yang diolah dengan teknik digoreng dengan saus padang saus Korea dan sebagainya.
Ketiga, penyajian tumpeng dapat dilakukan dengan porsi yang lebih kecil sehingga sesuai untuk penyajian individu atau kelompok-kelompok kecil.
Keempat, modifikasi aneka warna baik pada bahan utama maupun pelengkapnya dan memanfaatkan warna alami.
Kelima, varian bahan makanan pokok yang tidak selalu menggunakan beras misal diganti dengan getuk singkong, lupis potong, lemang, beras jagung yang dibentuk sushi dan sebagainya.
Keenam, desain tumpeng yang lebih kekinian kreatif eye catching dan menonjol visualnya sehingga lebih menarik bagi para generasi muda. Misalnya, wadah tumpeng yang menggunakan standing tart, single ataupun yang bertumpuk serta dihias menyerupai wedding cake. Varian lauk disesuaikan dengan daerah masing-masing, misal kita kenal bisa memperkenalkan tumpeng Minang, tumpeng Banjar, tumpeng Maluku dan sebagainya. Atau, paduan dari berbagai wilayah dengan sebutan tumpeng Nusantara.
Ketujuh, dan yang terakhir adalah edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda sebagai penerus bangsa tentang makna dan simbol dari tumpeng.
Beberapa contoh hidangan tumpeng yang kekinian dengan berbagai variasi misalnya kita bisa membuat tumpeng empek-empek dari Sumatera Selatan, tumpeng Lemang dengan aneka sate Nusantara serta sausnya, tumpeng getuk trio dengan aneka kue nusantara yang tradisional, tumpeng sarang semut dengan aneka bolu Nusantara, tumpeng ulang tahun anak dengan tema Upin-Ipin, Nusa dan Rara, Barbie Frozen. Karena, kalau kita tidak mulai pendekatannya dari pintu itu mereka menolak. Tumpeng pernikahan dengan desain wedding cake, tumpeng ulang tahun remaja dengan tema Blackpink, K-Pop dan mungkin genre-genre Indonesia lainnya. Demikianlah sekedar ide mudah-mudahan ada manfaatnya. Terima kasih.(emj/disarikan dari pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional 2023)