Genosida, Langkah Israel Kuasai dan Hancurkan Masjid Al-Aqsa

NAMANYA Operasi Badai Al Aqsa (Operation Al-Aqsa Flood). Serangan kelompok Palestina Hamas dilakukan mendadak dan serentak dari darat, laut, dan udara, pada Sabtu, 7 Oktober 2023, dini hari dengan sasaran markas militer, pemukiman ilegal Yahudi, dan termasuk bandara (bandar udara) internasional di Tel Aviv, Ibu Kota Israel. Pemukiman ilegal karena bangunannya didirikan di atas tanah rampasan dari penduduk Palestina.

Perang antara Hamas dan Israel praktis sudah berlangsung sebulan. Perang terus berkecamuk. Israel membalas dengan membabi-buta. Rumah sakit, sekolah, kamp pengungsi, masjid dan gereja pun mereka bombardir lewat serangan udara. Tidak hanya itu, tentara penjajah tersebut juga sempat melancarkan serangan bom fosfor putih, senjata yang dilarang internasional.

Dasar Yahudi. Mereka tidak peduli dengan larangan internasional. Tidak peduli dengan kutukan dunia. Zionis tersebut malah semakin kalap. Serangan darat sudah mulai dilakukan, tetap disokong serangan pasukan laut dan udara dengan persenjataan lengkap dan super canggih.

Serangan demi serangan yang dilakukan pasukan zionis telah menyebabkan jumlah korban tewas di pihak Gaza, Palestina mendekati 10.000 orang. Kebanyakan tewas adalah penduduk sipil, anak-anak dan wanita, termasuk wartawan.

Israel balas dendam. Sebab, saat Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 yang lalu, ratusan Yahudi mati dan lainnya menjadi tawanan perang. Hingga kini lebih dari 1.400 Yahudi mati di tangan para pejuang Hamas.

Tidak tanggung-tanggung. Seorang perwira tinggi militer zionis berpangkat Mayor Jenderal menjadi tahanan perang pasukan Hamas.

Perwira tinggi bintang dua, Nimrod Aloni ditangkap bersama sejumlah tentara zionis. Tiga kolonel – satu di antaranya kolonel senior – mati diujung senjata Hamas.

Lebih dari 1.400 orang Yahudi sudah mati sejak Hamas membobol pertahanan canggih Israel. Bahkan iron dome, yang super canggih dengan tingkat akurasi 96 persen pun gagal menangkis serangan roket pejuang Hamas.

Tewasnya warga penjajah ditambah ratusan menjadi tawanan Hamas membuat Israel semakin mengganas, ingin membersihkan Gaza dari penduduk. Itu sebabnya, pihak Israel meminta agar penduduk Gaza mengungsi ke arah selatan. Penduduk Gaza tidak menggubris permintaan itu. Sejumlah negara pun mengecam kelakuan Israel itu.

Mengapa Israel meminta penduduk Gaza mengungsi ke selatan? Ini adalah bentuk pengusiran. Israel ingin menduduki Gaza. Jika Gaza bisa mereka kuasai, negara penjajah tersebut pun akan lebih leluasa memasukkan Yahudi dari berbagai negara.

Dalam peta Israel, Gaza harus mereka kuasai. Karena penduduknya tidak mau mengungsi ke selatan, maka langkah dilakulan zionis adalah genosida. Oleh karena itu, Gaza harus dibombardir dan diratakan dengan tanah. Tak peduli yang menjadi korban adalah warga sipil, termasuk anak-anak.

Lalu, jika Gaza yang memiliki pejuang tangguh bisa dikuasai, langkah berikutnya adalah menduduki Al-Aqsa – masjid suci umat Islam yang ketiga setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah al-Munawarah.

Tanda-tanda Yahudi ingin menguasai Al-Aqsa sudah semakin terlihat jelas. Dimulai dari kunjungan provokatif Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, ke Kompleks Masjid Al Aqsa alias Temple Mount, Ahad, 21 Mei 2023 lalu.

"Saya senang datang ke Temple Mount, tempat paling penting bagi warga Israel," ujar Ben Gvir.

Tanda ingin menduduki masjid yang berada di Yerussalem itu pun kian hari semakin terlihat. Saat perang berkecamuk di Gaza, polisi Israel melarang umat Islam memasukinya.

Akankah umat Islam membiarkannya? Dari seluruh penjuru dunia, umat Islam menolaknya. Semoga Yahudi tenggelam dari peta dunia melawan Hamas yang dalam persenjataan kalah dari Isrsel yang didukung habis-habisan oleh Amerika Serikat. (*)