Kabinet Zaken Rasa Second
RABU, 16 Oktober 2024, Presiden terpilih Prabowo Subianto mengumpulkan para calon menteri (camen), calon wakil menteri (cawamen), dan calon kepala badan, di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di sana ia memberikan pembekalan, sebagai tahapan 'penggemblengan' terhadap para pembantunya yang diharapkan setia hingga akhir pemerintahannya lima tahun ke depan.
Setidaknya, dalam pertemuan itu, Prabowo yang masih Menteri Pertahanan itu memberikan arahan dan wejangan, sehingga para calon pembantunya benar-benar melaksanakan tugas sesuai bidang dan kapasitas masing-masing. Mereka diharapkan mampu menjabarkan visi dan misi Prabowo. Mereka harus loyal ke presiden, bukan ke partai. Jangan terlalu banyak berharap bekerja buat kesejahteraan rakyat.
Total ada 107 camen dan cawamen yang sudah dipanggil Prabowo. Hari pertama, pada Senin, 14 Oktober memanggil 49 orang dan keesokan harinya 58 orang. Jika melihat jumlahnya, susunan kabinet Prabowo sangat wow!
Saat Prabowo memberikan pembekalan di rumah pribadinya di Jalan Kertanegara, beredar susunan kabinet yang jumlahnya 46 kementerian ditambah BIN (Badan Intelijen Negara). Dari susunan yang diperkirakan mendekati kebenaran itu menunjukkan kabinet Prabowo yang gemuk.
Susunan tersebut menunjukkan bahwa penambahan sejumlah kementerian baru. Hal itu sekaligus menggambarkan kabinet boros atau tidak efisien. Uang rakyat dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) akan tergerus banyak hanya untuk membiayai kebutuhan kementerian beserta pejabat dan pegawainya.
Jadi, jika suatu saat Prabowo pidato mengajak supaya melakukan efisensi anggaran, ya senyumi dan tertawakan saja. Bagaimana mau mengajak orang berbuat efisien, jika kabinetnya saja akan menyedot anggaran besar.
Tidak hanya gemuk dan boros, kabinet Prabowo juga menggambarkan banyaknya muka-muka lama yang tampil. Jika melihat hal itu, tidak salah kabinet yang akan datang merupakan 'kabinet bayang-bayang' Joko Widodo alias Jokowi.
Bahkan, menunjukkan kabinet rasa tiga periode, mengacu pada keinginan Jokowi dan segelintir pendukungnya agar masa jabatan Jokowi bisa tiga periode.
Jika melihat camen dan cawamen yang sudah dipanggil, betapa banyak di antara mereka adalah menterinya Jokowi. Dalam susunan kabinet yang beredar kemarin, ada 16 orang muka lama yang menjadi menteri, 12 orang di posisi yang sama dan empat orang bergeser posisi.
Artinya, 16 dari 34 atau hampir 50 persen menteri Jokowi masuk dalam kabinet Prabowo. Belum lagi sejumlah wamen era Jokowi juga masih bertengger di pemerintahan Jokowi.
Mengapa mesti seperti itu? Jawabannya, baik dari Jokowi maupun Prabowo sama, yaitu karena ingin pemerintahan yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Selain itu, Jokowi berkepentingan, karena wakil Prabowo putranya, Gibran Rakabuming Raka.
Terlepas dari semua alasan itu, kabinet mendatang bukan zaken. Bisa dihitung dan dilihat secara kasat mata, betapa banyaknya menteri yang berasal dari partai. Padahal, kabinet zaken adalah suatu kabinet dalam pemerintahan yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli dan bukan representasi dari suatu partai politik tertentu.
Akan tetapi, boleh-boleh saja mengatakan kabinet zaken. Ya, kabinet zaken rasa second, karena banyaknya bekas menteri Jokowi yang bertengger di kabinet Prabowo. (*)