Pilpres Curang, Prabowo Menang

BEBERAPA lembaga survei mengeluarkan hasil terhadap tiga pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Capres – Cawapres) 2024. Hasilnya selalu menempatkan pasangan Anies Rasyid Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN) selalu pada peringkat 3.

Semua lembaga yang aktif melakukan survei selalu menempatkan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka pada peringkat pertama dan Ganjar Pranowo – Mahfud MD kedua.

Namanya lembaga survei. Mengeluarkan hasil sesuai pesanan dan bayaran. Yang tidak kalah pentingnya sesuai keinginan pimpinan lembaga survei itu sendiri.

Lebih mengejutkan lagi, hasil survei yang menyebutkan pasangan Prabowo – Gibran bisa menang dalam satu putaran. Alasannya, elektabilitas pasangan ini lebih unggul jika dibandingkan pasangan Nomor 1 (Anies – Muhaimin) dan Nomor 3 (Ganjar – Mahfud).

Banyak faktor yang menyebabkan elektabilitas pasangan Nomor 2 (Prabowo – Gibran) selalu paling atas. Itu menurut lembaga survei dan partai pengusungnya. Alasan pertama, karena pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memberikan dukungan penuh. Partai pengusungnya paling gemuk dan ramai dibandingkan pasangan Nomor 1 dan Nomor 3.

Kedua, anak muda termasuk pemilih pemula diklaim 60 persen memilih Gibran. Padahal, belum tentu. Apalagi, sebagian besar pemuda, terutama kalangan kampus dan intelektual tahu persis Gibran bisa menjadi cawapres akibat ulah pamannya Anwar Usman yang merusak konstitusi dan diberhentikan dari jabatannya sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) oleh Mejelis Kehormatan MK.

Anwar Usman diputus bersalah karena melakukan pelanggaran etik berat. Cawe-cawe hukum dan politiknya ini telah merusak konstitusi dan memporak-porandakan demokrasi yang mulai dibangun sejak Reformasi 1998 yang menewaskan tujuh mahasiswa Trisakti Jakarta dan puluhan rakyat biasa lainnya.

Ketiga, kemenangan Prabowo – Gibran dalam satu putaran berdasarkan pengalaman dukungan suara dari beberapa daerah terhadap Prabowo yang sudah dua kali kalah dalam Pilpres (2014 dan 2019). Pun saat menjadi cawapresnya 2009 yang kalah kala berpasangan dengan Megawati, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Misalnya, pendukung Menteri Pertahanan itu mendulang suara di Jawa Barat dan Banten. Mereka berasumsi, dukungan masih tetap seperti itu. Bahkan, ada yang menyebutkan 60 persen suara akan mendukung Prabowo di Jawa Barat dan Banten dalam Pilpres 2024. Mereka merujuk hasil Pilpres 2019 di kedua provinsi tersebut yang dimenangkan Prabowo – Sandiaga Uno masing-masing 61,54 persen (Banten) dan 59,93 persen (Jabar).

Bahkan, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ikut-ikutan sesumbar mengatakan Prabowo – Gibran menang satu putaran. Padahal, partai besutan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu diperkirakan tidak lolos ke Senayan karena tidak lagi mencapai ambang batas parlemen empat persen. Ini juga berdasarkan hasil survei.

Mengapa tidak lolos? Sebab, banyak kader dan simpatisannya tidak suka dengan sikap emosional SBY yang langsung meninggalkan Anies. Bahkan, ada kader yang rela meninggalkan Demokrat demi tetap bertahan mendukung pasangan pengusung koalisi perubahan. Sejumlah bakal calon legislatif Demokrat pun langsung angkat kaki.

Lalu bagaimana hasil survei yang menyebutkan kantong Prabowo – Sandi dalam Pilpres 2019 akan diraup kembali oleh pasangan Prabowo – Gibran seperti di Jabar dan Banten. Boleh saja hasilnya servei seperti itu. Tetapi, secara ril di lapangan sangat jauh berbeda.

Ada dua faktor penyebabnya. Pertama, ada suara yang lari ke Sandi, karena PPP (Partai Persatuan Pembangunan) yang menjadi tempat "pelarian" Menteri Parawisata dan Ekonomi Kreatif ini ternyata mendukung pasangan Ganjar – Mahfud.

Kedua, banyak pemilih Prabowo pada tahun 2019 muak karena Menteri Pertahanan ini menjadikan Gibran yang disebut anak ingusan menjadi pendampingnya. Bahkan, jauh sebelum putera sulung Jokowi ini digandeng pun sudah banyak yang muak sehingga capres terkaya ini pun dijuluki Pak Timbul dan Tenggelam.

Jika ditotal antara penggemar Sandi dan pemilih Prabowo pada 2019, kemungkinan berbanding terbalik mendukung Prabowo. Diperkirakan, 60 sampai 70 persen pada kantong suara Prabowo dalam Pilpres 2019, meninggalkannya, beralih memilih Anies – Muhaimin atau Ganjar – Mahfud.

Keempat, faktor yang berpotensi menjadikan Prabowo – Gibran menang adalah Pilpres curang. Kemenangan Jokowi yang diduga curang secara TSM atau terstruktur, sistematis, dan masif pada 2019 sudah mulai diungkap kubu Ganjar.

Potensi kecurangan secara TSM pada Pilpres 2024 sangat tinggi. Hal itu disebabkan karena Prabowo membawahi pertahanan negara, Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Semua berharap agar TNI netral. Akan tetapi, itu tidak bisa dipertanggungjawabkan dan dilihat secara kasat mata.

Nah, dugaan kecurangan TSM juga semakin kuat, karena Jokowi membawahi langsung Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan BIN (Badan Intelijen Negara). Walaupun di kedua institusi ini diminta independen, tetapi perintah Presiden Jokowi kepada pimpinannya tentu bisa berbeda.

Mana bisa Pilpres curang? Seandainya institusi keamanan dan pertahanan bisa diperintah ikut-ikutan curang, apa mereka bisa mengintervesi penyelenggara Pemilu, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Sangat bisa! Caranya, penyelenggara Pemilu, terutama di daerah disogok dengan uang. Jika tidak mempan, orang-orang penyelenggara Pemilu yang berintegritas diancam dan diteror lewat lisan dan fisik.

Pokoknya, berbagai cara akan mereka lakukan supaya Prabowo – Gibran menang satu putaran. Hanya dengan kecuranganlah yang bisa memenangkan pasangan nomor 2 ini. Pilpres curang, Prabowo Menang. (*)