Bulog Terkendala Serap Jagung Petani, Ini Alasannya!

Jakarta, FreedomNews - Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi membeberkan sejumlah kendala ditemui dalam menyerap jagung hasil panen petani. Menurut Bayu, kadar air jagung milik petani rata-rata masih terlalu tinggi, sehingga tidak memenuhi standar yang ditentukan bulog. Adapun Bulog menetapkan kadar air jagung pipil sebesar 15% dengan harga pembelian Rp4.200 per kilogram. "Kemarin itu ada beberapa case yang ditemui oleh Bulog adalah ternyata masih basah, kadar airnya 30%. Kenapa? Karena jagungnya baru panen," ujar Bayu, Senin, 18 Maret 2024.

Selain itu, menurut Bayu, para petani cenderung menjual jagungnya masih dalam bentuk bonggol. Padahal, spesifikan jagung yang bisa diserap Bulog dalam bentuk pipilan kering. "Ada yang menjual dalam bentuk bonggolan, itu harus dikupas dulu kemudian dirontokan bijinya (jagung)," jelasnya.

Kendati banyak menemui kendala di lapangan, dia mengklaim pihaknya siap menampung jagung hasil panen petani berapapun jumlahnya selama sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan. Adapun sebelumnya Kementerian Pertanian meminta Bulog untuk menyerap jagung petani setidaknya 500.000 ton selama panen raya kali ini. "Karena itu yang dipakai oleh peternak, berapa pun yang ada yang memang sesuai dengan kebutuhannya, Bulog akan serap," tuturnya.

Selanjutnya, Bayu mengaku tidak mempermasalahkan ihwal penyetopan impor jagung sementara oleh pemerintah. Menurutnya, pengadaan jagung impor telah disalurkan untuk kebutuhan stabilisasi harga dan pasokan (SPHP) jagung pakan kepada peternak mandiri. Dia memastikan, izin impor yang telah diberikan pemerintah berlaku selama setahun. Nantinya, impor jagung pakan, kata Bayu, masih mungkin dilanjutkan apabila pasokan jagung dalam negeri berkurang saat musim paceklik.

"Jadi kita tunggu nanti kalau sudah musim paceklik lagi, jangan-jangan para peternak kita membutuhkan jagung lagi. Jadi pada waktu itu kita adakan lagi," jelasnya. Sebelumnya, Kementerian Pertanian meminta Bulog dan pengusaha pakan menyerap jagung hasil panen petani. Hal itu seiring harga jagung yang mulai anjlok di tengah produksi yang melimpah saat panen raya. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Suwandi mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi jagung nasional pada periode Januari - April 2024 diperkirakan mencapai 5,3 juta ton. Adapun puncak panen raya diprediksi terjadi pada bulan ini yang mencapai produksi 2,3 juta ton di 405.000 hektare.

Dia pun optimistis produksi jagung pada Maret - April 2024 bakal mencukupi kebutuhan. Kendati begitu, Suwandi mengatakan bahwa para petani mulai mengeluhkan harga jual jagung yang anjlok saat panen raya kali ini. Bahkan, harga jagung di petani saat ini bisa menyentuh level Rp2.500 per - Rp4.000 per kilogram. Oleh karena itu, menurutnya produksi yang melimpah saat panen raya menjadi waktu yang tepat bagi Perum Bulog dan para pengusaha di bawah Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) untuk menyerap jagung hasil panen petani dengan harga yang layak. "Kami meminta Bulog untuk melakukan penyerapan secara maksimal. Setidaknya 500.000 ton jagung petani dapat diserap secara cepat," ujar Suwandi, Minggu, 17 Maret 2024.(dtf/agri)