Genjot Sektor Properti, China Pangkas Suku Bunga Kredit Secara Agresif

Jakarta, FreedomNews - China berupaya meningkatkan dukungan untuk sektor properti yang tengah lesu dengan pemangkasan suku bunga dasar kredit secara agresif. Namun, investor menyambut langkah ini dengan respons yang tidak terlalu baik. Bank sentral China (PBOC) pada Selasa, 20 Februari 2024 mengatakan bahwa bank-bank China telah memangkas suku bunga dasar kredit (SBDK) lima tahun sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,95%. Pemangkasan ini menjadi yang pertama sejak Juni 2023, dan penurunan terbesar sejak perubahan SBDK yang dilakukan pada 2019.

Pemangkasan suku bunga ini akan memungkinkan lebih banyak kota di China untuk menurunkan suku bunga KPR minimum bagi pembeli rumah, dengan merangsang lemahnya permintaan apartemen seiring dengan menurunnya harga. “Hal ini memberikan dosis pelonggaran yang lebih besar terhadap perekonomian,” jelas ekonom Societe Generale SA Michelle Lam. Lam juga menambahkan bahwa pemotongan tersebut mungkin mencerminkan lebih banyak dukungan terhadap permintaan kredit perumahan dan pinjaman korporasi jangka panjang, sekaligus mengurangi risiko penggunaan dana yang menganggur. Bank-bank China juga mempertahankan SBDK satu tahun tetap pada 3,45%.

Namun, langkah ini gagal untuk membuat para investor terkesan. Indeks CSI 300 China berakhir menguat 0,2%. Yuan melemah tipis setelah dukungan dari bank-bank pemerintah pada hari sebelumnya dan imbal hasil obligasi pemerintah China turun 2 basis poin menjadi 2,42%. Saham-saham pengembang China pada awalnya melonjak, namun dengan cepat kembali melemah. "Penurunan yang lebih besar dapat meningkatkan sentimen perumahan dalam waktu dekat, meskipun hal ini tidak mungkin menandai sebuah perubahan di sektor properti," kata analis makro TD Securities Alex Loo seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu, 21 Februari 2024.

Loo sendiri mengutip urgensi China untuk menarik lebih banyak pembeli rumah karena penjualan properti di kota-kota utama merosot selama liburan Tahun Baru Imlek. Bulan depan juga diproyeksi menjadi musim puncak penjualan rumah. Langkah tersebut dilakukan menjelang Kongres Rakyat Nasional yang ditetapkan pada awal Maret 2024, yang menjadi momentum pemerintah mengumumkan target pertumbuhan resmi untuk 2024 beserta rincian stimulus fiskal untuk tahun tersebut. Ekonom senior Natixis SA Gary Ng berpendapat bahwa kebijakan yang diperkenalkan pada saat itu akan menjadi kunci untuk menilai prospek pertumbuhan.

Di sisi lain, pemangkasan SBDK lima tahun ini dipandang masih belum memberikan lebih banyak dorongan terhadap sektor properti. Ekonom Bloomberg Eric Zhu mengatakan perekonomian yang sedang lesu menandakan bank sentral harus mengambil langkah lebih berani untuk memastikan bank-bank akan meneruskan pelonggaran tersebut. “Ditahannya SBDK satu tahun – setelah serangkaian penurunan suku bunga deposito dan pengurangan rasio persyaratan cadangan yang mulai berlaku pada 5 Februari – menunjukkan tidak ada banyak ruang bagi SBDK untuk turun lebih jauh,” jelas Zhu. (dtf/inter/ekon)