Citigrup Umumkan PHK Besar-Besaran Hari Ini
Jakarta, FreedomNews – Citigroup dikabarkan akan mengumumkan pemutusan hubungan Kerja (PHK) secara besar-besaran, hari ini, Senin (20/11/2023). "PHK besar-besaran ini merupakan bagian dari proses restrukturisasi raksasa perbankan global tersebut," tulis Financial Times mengutip sumber yang tak mau disebut namanya, Ahad (19/11/2023).
Sumber tersebut mengatakan, proses restrukturisasi itu diberi nama sandi : "Proyek Bora-Bora." Saat ini, proses restrukturisasi masih dalam tahap awal. Citi disebut sedang melakukan review menyeluruh dari atas ke bawah pada semua struktur organisasinya. Review ini dilakukan terhadap setidaknya kepada sekitar 1% karyawan di bank tersebut, atau sekitar 2.400 buruh dari total 240.000 pekerja.
Sementara ini, PHK yang akan dilakukan dalam waktu dekat, masih belum diketahui jumlahnya. Pada bulan lalu, Citi melaporkan telah melakukan PHK terhadap 200 pekerjanya. CEO Citi, Jane Fraser mengumumkan langkah restrukturisasi ini pada September lalu. Fraser secara internal menyatakan kepada karyawannya, bahwa bank tersebut diperkirakan menyelesaikan restrukturisasi yang dapat mengakibatkan PHK pada akhir Maret 2024.
Jane Fraser, CEO Citigroup
Fraser secara langsung telah mengumumkan kepada para eksekutif, setidaknya pada tahap awal sekitar seratus orang di berbagai lini bisnisnya akan terdampak restrukturisasi ini. Dan, Fraser meminta agar para kepala unit bisnis yang berbeda tersebut untuk memberitahukan kepada staf di bawahnya soal langkah restrukturisasi ini seperti telah disampaikannya di kantor pusat Citi, New York. Proses restrukturisasi ini menimbulkan spekulasi siapa yang akan bertahan atau siapa yang akan tergusur. Untuk itu, sumber tersebut memberikan ciri, para pihak yang terlibat dalam restrukturisasilah yang bakal tetap bertahan. "Kebanyakan staf yang diberi peran pada putaran awal ini, akan tetap bertahan, mungkin posisinya akan berubah dari sebelumnya," ungkap sumber tersebut.
Menurut sumber tersebut, beberapa posisi di bank diperkirakan akan berubah, dapat saja individu masih bertahan tetapi pekerjaannya telah dihilangkan. Sehingga pada posisi seperti ini, individu tersebut memegang tugas baru yang berbeda. Bahkan, ada juga yang masih bertahan di Citi tetapi belum diberi peran apa pun pada tingkat manajemen, masih menunggu posisi baru. Kepada yang masih bertahan, tapi masih belum jelas posisinya atau memperoleh tugas baru akan diberikan masa transisi, di antaranya melalui proses lamaran posisi lain di Citi. Pada akhir periode tersebut, Citi akan memberikan rincian paket pesangon kepada karyawan yang belum diangkat ke posisi baru.
Staf Citi mengatakan, mereka hanya diberi sedikit informasi mengenai restrukturisasi tersebut, hanya dari pertemuan town hall yang dipimpin Fraser. Banyak karyawan yang menyambut baik perubahan tersebut walaupun beberapa dari mereka merasa frustrasi dengan cepatnya proses tersebut. Apalagi Citi belum mengumumkan tujuan pengurangan biaya atau berapa banyak pekerjaan yang akan diberhentikan.
Bisnis CITI Di Indonesia sendiri pada tahun lalu telah melepas bisnis retail bankingnya. Citibank N.A. Indonesia atau Citi Indonesia dilepas kepada UOB Group. CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan, Citibank, N.A. Indonesia (Citi Indonesia) telah melakukan refocusing bisnis, di mana pihaknya akan fokus dalam bisnis Institutional Banking, usai menjual sebagian lini bisnis, yakni consumer banking kepada Bank UOB Indonesia. Batara mengatakan, ke depannya Citibank Indonesia akan mengembangkan lini bisnis, seperti investment banking, corporate banking, commercial banking, transaction banking, market & treasury, custody hingga security services.
“Jadi akan ada dua tiga produk baru. Kami juga meluncurkan beberapa produk baru untuk global transaction banking dalam memfasilitas multinasional bisnis kami yang beroperasi di seluruh dunia, sehingga global company bisa terconnect dan menjadi real time di tahun 2024,” ujarnya pada awak media, Senin (13/11/2023). Batara mengatakan bahwa pengalihan bisnis Consumer Banking termasuk kartu kredit dan wealth management kepada UOB sendiri merupakan strategi bisnis globalyang dilakukan untuk segmen consumer banking dan hanya berfokus pada industri home country, yaitu Amerika.
“Di luar home country itu fokusnya bakal institutional banking. Sehingga di luar Amerika hampir 100% berjalan di bisnis institutional bisnis, kecuali Singapura, Hong Kong dan Dubai, karena mereka sebagai hub dari private bankingnya,” terangnya. Sebelumnya Head of Banking, Capital Markets and Advisory Citi Indonesia Anthonius Sehonamin juga menyebut pihaknya akan fokus ke bisnis corporate banking dan tidak akan menyalurkan credit consumer langsung secara ritel. (dtf/bis)