Penyebab IHSG Anjlok 1,2% Bareng Bursa Asia, Saham GOTO-BRPT Jeblok
Jakarta, FreedomNews - Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok bersama Bursa Asia lainnya seiring dengan antisipasi pasar terhadap rapat Bank Sentral Jepang. Di sisi lain, pasar saham mengalami profit taking setelah pekan lalu melonjak akibat sentimen dovish The Fed. IHSG anjlok 1,19% menjadi 7.105,51 per pukul 15.08 WIB hari ini, Senin (18/12/2023). IHSG sempat ke level terendah harian 7.093,25, dan level tertinggi 7.192,89.
Terpantau 165 saham naik, 382 saham melemah, dan 212 saham stagnan. Saham terlaris GOTO, BBCA, BRPT kompak anjlok masing-masing 9,68%, 0,54%, dan 10,56% sehingga menekan IHSG. Bersama IHSG, sejumlah saham Asia ikut merah, seperti Nikkei 225 Jepang turun 0,64%, Hang Seng Hong Kong turun 0,99%, Strait Times Singapura turun 0,04%. Saham-saham Asia tergelincir pada hari Senin di awal minggu yang tenang di mana bank sentral Jepang mungkin akan semakin menjauh dari kebijakannya yang sangat longgar. Di sisi lain, angka utama inflasi AS diperkirakan akan mendukung harga pasar untuk penurunan suku bunga di sana.
Bank of Japan (BOJ) bertemu pada hari Selasa di tengah-tengah banyak pembicaraan bahwa mereka sedang mempertimbangkan bagaimana dan kapan harus beralih dari suku bunga negatif. Tidak ada satupun analis yang disurvei oleh Reuters yang memperkirakan adanya langkah pasti pada pertemuan ini. Bulan April dipilih oleh 17 dari 28 ekonom sebagai awal dari penghapusan suku bunga negatif, membuat BOJ menjadi salah satu dari sedikit bank sentral di dunia yang melakukan pengetatan.
"Sejak pertemuan terakhir di bulan Oktober, imbal hasil JGB 10 tahun telah turun dan yen telah terapresiasi, memberikan BOJ sedikit insentif untuk merevisi kebijakan pada saat ini," kata ekonom Barclays, Christian Keller, mengutip Reuters. Di Amerika Serikat, pembacaan indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti (PCE) diperkirakan oleh para analis akan naik 0,2% pada bulan November dengan tingkat inflasi tahunan melambat ke level terendah sejak pertengahan 2021 di 3,4%.
Analis menduga keseimbangan risiko berada pada sisi negatifnya dan kenaikan 0,1% untuk bulan ini akan membuat laju inflasi tahunan enam bulan melambat menjadi hanya 2,1% dan hampir mencapai target Federal Reserve sebesar 2%. Pasar memperhitungkan bahwa perlambatan inflasi berarti the Fed harus melonggarkan kebijakan untuk menghentikan kenaikan suku bunga riil, dan mempertaruhkan tindakan awal dan agresif. (dtf/bnk/mkr)