Terkuak, Ini Biang Kerok Realisasi Impor Daging Sapi di 2023 Anjlok
Jakarta, FreedomNews - Importir buka-bukaan biang kerok rendahnya realisasi impor daging sapi beku tahun lalu hingga menyebabkan pemangkasan kuota impor 2024. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri membenarkan bahwa realisasi impor yang rendah telah menyebabkan pemerintah melakukan pemotongan kuota impor daging sapi beku tahun ini. Adapun Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalui rapat koordinasi neraca komoditas menetapkan kuota impor daging sapi untuk konsumsi regular pada 2024 sebanyak 145.250 ton.
Berdasarkan data Bapanas, jatah impor itu susut jauh di bawah kuota impor tahun lalu sebanyak 1 juta ton. Namun, realisasi impor daging pada 2023 tercatat hanya di bawah 30% dari total kuota impor yang diberikan. "Pernyataan Kepala Bapanas benar, realisasi impor sapi pada 2023 lebih rendah dari izin impor yang diberikan," ujar Suhandri saat dihubungi, Kamis, 7 Maret 2024. Dia membeberkan, bahwa importir yang mendapat izin impor terbagi menjadi dua golongan yakni importir anggota asosiasi dan importir mandiri tanpa asosiasi. Suhandri menduga, pengadaan paling rendah justru dilakukan oleh importir mandiri.
Suhandri mengklaim importir yang menjadi anggota Aspidi rata-rata merealisasikan impor daging sapi pada tahun lalu sekitar 30%-50% dari kuota yang diberikan. "Contohnya, ada salah satu importir (mandiri) yang permintaan impornya besar sekitar 300.000 ton lebih tapi realisasinya kecil sekali, saya rasa cuma 1%-2%," bebernya Suhandri. Di sisi lain, lambatnya penerbitan izin impor pada tahun lalu diakui juga menyebabkan pengadaan daging sapi impor menjadi rendah. Menurutnya, tahun lalu izin impor baru diberikan Kementerian Perdagangan sekitar pertengahan Februari 2023. Artinya para importir hanya punya waktu sekitar 10 bulan untuk pengadaan.
Namun, Suhandri mengakui penerbitan izin impor bukan jadi faktor tunggal. Menurutnya, permintaan pasar yang melandai dan tingginya harga daging sapi menjadi pertimbangan mereka untuk melakukan pengadaan. Secara terperinci dia menjelaskan bahwa permintaan daging sapi melandai usai lebaran hingga akhir kuartal III/2023. Setelah itu, permintaan pasar merangkak naik mulai Oktober 2023 hingga December 2023. Saat permintaan pasar melonjak itu, kata Suhandri, para importir baru melakukan pengadaan daging sapi impor.
"Setelah hari raya (Lebaran) sampai Juni hingga September itu turun permintaan pasar sehingga importasi kita rendah," katanya. Saat ini, rata-rata para importir anggota asosiasi mendatangkan daging sapi dari Australia, Selandia Baru, Jepang dan Amerika Serikat. Lebih lanjut, harga daging impor yang naik di negara asal juga menjadi pertimbangan mereka untuk pengadaan. Saat harga cenderung tinggi, para importir harus berpikir ulang untuk mengimpor karena khawatir produk mereka tidak terserap dengan baik di dalam negeri. "Kalau harga naik, tapi tidak bisa diserap pasar Indonesia ya percuma saja karena terlalu mahal. Apalagi, barang (daging impor) kadang-kadang tidak ada (di tangan supplier)," tuturnya.(dtf/keu)