Ada Profil Prabowo Subianto di Program Studi Genosida Universitas Yale
Oleh: Rahmi Aries Nova, Jurnalis Senior Freedomnews
Jakarta, FreedomNews - Ini sungguh mengerikan, dalam situs resmi universitas ternama di Amerika Serikat, Yale University, ternyata ada profil Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 2 sebagai terduga pelaku genosida.
Nama Prabowo dan profil lengkapnya ada di database Program Studi (Prodi) di salah satu universitas terbaik dunia ini diduga terlibat dalam pembunuhan massal pada 1991di Timor Timur (kini Timor Leste).
Berikut penjelasan dalam profil tersebut jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia:
Terduga Penganiaya:
Prabowo menghabiskan sebagian besar karir pembunuhannya di Timor Timur. Pada 1991, ia menjabat sebagai Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, yang berbasis di Cijantung, Jakarta, sebuah unit yang tidak bertugas secara resmi di Timor Timur. Meskipun penempatannya jauh dari Timor, ia tetap aktif di Dili. Menurut salah satu sumber: 'Bagi Prabowo, Tim Tim sudah seperti rumah sendiri. Ia sering berada di Timor tanpa sepengetahuan atasannya.' Pada akhir Oktober 1991, sebelum penembakan dua orang di Gereja Motael pada tanggal 28 Oktober, Prabowo sering terlihat di jalan-jalan Dili. Seorang aktivis Timor Timur menjelaskan 'Tetapi pada hari-hari sebelum 12 November 1991 (Santa Cruz) Prabowo tidak ada' tidak terlihat di Dili. Ia seperti menghilang. Namun setelah itu, ketika Utusan Khusus PBB Amos Wako mengunjungi Timor Timur untuk menyelidiki korban pembantaian Santa Cruz, Prabowo muncul kembali."
“Selama periode ini (1989-1991) militer melakukan kampanye singkat untuk menangkap pemimpin Fretilin Gusmao dan mencegah protes rakyat pada saat kunjungan Paus… banyak orang Timor ditangkap, dipenjarakan dan disiksa. Prabowo secara pribadi mengunjungi Idelfons Araujo, dengan mematahkan kaki dan giginya." dikutip dalam sumber berikut dari "Timor Timur di Persimpangan Jalan" ed. P. Carey University of Hawaii Press , Honolulu, 1995, hal.107.
"Tidak ada keraguan mengenai peran sentral yang dimainkan oleh Prabowo dan Sjafrie Syamsuddin dalam pembantaian Dili.
Dalam ceramahnya Jenderal (Purnawirawan) Theo Sjafei yang menjabat sebagai Komandan Kolakops pada tahun 1992-1993, mengidentifikasi dalang pembantaian Santa Cruz: "Komandan Korem 164 Rudy Warouw tidak tahu tentang rencana itu karena dilakukan oleh komandan di bawah Warouw. Orang itu adalah Sjafrie." (Bakti Kasih Kristiani, 8-9 Juni 1998 dikutip dari sumber berikut).
Uraian berikutnya, Terduga Penganiaya: "Mantan Jenderal Prabowo mempunyai hubungan langsung dengan Besi Merah Putih – salah satu milisi paling brutal. Mereka dilatih olehnya di pangkalan Kopassus dekat Bogor di Jawa Barat. BMP didirikan pada 1998 dan beroperasi di Maubara dan sekitar sungai Loes sebelah barat Dili, di bawah kepemimpinan Manuel de Sousa dengan dukungan Bupati Liquica, Leoneto Martins yang secara pribadi diangkat menjadi anggota kehormatan Kopassus oleh Prabowo tak lama setelah pembantaian Santa Cruz pada tahun 1991." Makalah Pengarahan ETISC @ Bisa dilihat dalam tautan: https://gsp.yale.edu/etimor/tbio/20
Jadi selain Prabowo yang saat ini menduduki kursi menteri pertahanan, staf khususnya Syafrie juga masuk dalam profil terduga pelaku genosida dalam website resmi universitas itu.
Pada tahun 1989-1990, saat menjabat sebagai Komandan Batalyon 1 Parakomando Kopassus, Grup 1 di Serang, Jawa Barat, Sjafrie ikut serta dan kemungkinan memimpin Satuan Tugas Kopassus (Satgas Kopassus) di Timor Timur. Pada September 1991, Sjafrie ditugaskan sebagai Wakil Asisten Operasi Kopassus di Jakarta. Menurut sumber di Timor Timur, beberapa hari sebelum pembantaian 11 November (di Pemakaman Santa Cruz) Sjafrie mengunjungi Satuan Tugas Intelijen Kopassus di Taibesi untuk mengkoordinasikan pasukan. Taibesi juga merupakan rumah bagi Batalyon Yonif 744, salah satu batalyon yang disebutkan dalam Pemerintah Indonesia. Laporan 26 Desember 1991 (Dikutip dalam Keesing's Archives Dec. 1991p.81) sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas penembakan yang mengakibatkan 100 orang tewas. Sama seperti Prabowo yang menghilang dari pandangan publik pada hari-hari sebelum pembantaian tersebut, pada 10 November 1999, Sjafrie juga meninggalkan Dili pada waktu yang bersamaan. I-67 April99 hal.68. Berikut tautannya: https://gsp.yale.edu/etimor/tbio/8
Meski status Prabowo dan Sjafrie terduga tapi ini adalah bagian rekam jejak yang kelam bagi Prabowo yang sangat berambisi memimpin negeri ini. Terlebih dia sudah berbohong pada seluruh rakyat Indonesia dengan membranding sosoknya sebagai pribadi yang gemoy, menggemaskan, padahal sesungguhnya tangannya ikut berlumuran darah dalam peristiwa berdarah 31 tahun lalu itu. Sungguh, Jejak Digital Itu Kejam Jenderal!!!