Blackrock: Pertumbuhan China Melambat, Tanda Ada Peluang Investasi di Tempat Lain
Jakarta, FreedomNews - Para eksekutif senior di BlackRock Investment Institute (BII) menuturkan bahwa tren perlambatan pertumbuhan ekonomi China menandakan adanya peluang investasi yang lebih baik di pasar-pasar berkembang di luar ekonomi Negeri Tirai Bambu. Wakil kepala BII bagian penelitian dan analisis Blackrock Alex Brazier menuturkan dalam laporan prospek 2024, bahwa hilangnya momentum pertumbuhan ekonomi China telah mendorong pandangan yang lebih pesimistis. Adapun, Brazier memgatakan bahwa pertumbuhan 5% tahun ini dalam konteks pembukaan kembali ekonomi dinilai tidak terlalu kuat.
“Tetapi yang lebih penting bagi kami adalah tren pertumbuhan di luar itu,” terangnya, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (7/11/2023). Perubahan demografi dan melambatnya pertumbuhan produktivitas telah menurunkan tren pertumbuhan dari yang sebelumnya sebesar 10% menjadi 5% pada saat ini, dan kini telah berada pada angka sekitar 3% pada akhir dekade ini. Kepala Strategi Investasi Global BlackRock, Wei Li, juga mengatakan bahwa ada beberapa reaksi sebagai respons terhadap langkah-langkah dukungan yang telah dilakukan. Namun, hal tersebut dinilai benar-benar perlu dikontekstualisasikan dalam tren pertumbuhan jangka panjang yang melambat, serta sektor real estat yang tidak pasti.
Penasihan pemerintah China diperkirakan akan menyerukan lebih banyak stimulus pada agenda tahunan ‘Konferensi Kerja Ekonomi Pusat’ yang akan diadakan dalam satu atau dua minggu ke depan. “Dalam hal penyesuaian risiko, investasi di China menjadi kurang menarik, itulah sebabnya kami menurunkan peringkatnya pada awal tahun. Ada pilihan yang lebih baik di luar China,” terang Wei Li. Sebelumnya, Moody's Investors Service menurunkan prospek obligasi China menjadi negatif pada Selasa (5/12) dengan alasan peningkatan penggunaan stimulus fiskal dan penurunan pasar properti.
Adapun bank sentral China (PBOC) menetapkan kurs referensi harian pada 7,1140 per dolar AS, dibandingkan perkiraan rata-rata pada 7,1486 dalam survei Bloomberg dengan para analis dan pedagang. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan dukungan pada Yuan, setelah Moody’s memangkas prospek kredit China. Para ahli ekonomi China juga merespon negatif terhadap pemangkasan prospek tersebut. Para ahli meragukan para peneliti Moody’s dengan mempertanyakan pemahaman mereka terhadap perekonomian China.
“Pemahaman lembaga pemeringkat mengenai cara kerja perekonomian China dan fungsi pemerintah China tidak cukup mendalam dan tidak mencerminkan kenyataan,” terang Wakil direktur penelitian makroekonomi di Pusat Penelitian Pembangunan Dewan Negara, Feng Qiaobin. Setelah perubahan prospek diumumkan, pihak pemerintah juga menyatakan kekecewaannya. Pemerintah menyatakan bahwa perekonomian China akan sangat tangguh dan memiliki potensi besar. Dampak penurunan properti juga dikatakan sudah sepenuhnya terkendali.(dtf/inter)