Bos McDonald's Blak-blakan soal Dampak Bisnis akibat Kampanye Boikot

Jakarta, FreedomNews - CEO McDonald's Chris Kempczinski mengatakan bahwa beberapa bisnis perusahaan di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar kawasan mengalami dampak yang signifikan akibat kampanye boikot setelah meletusnya konflik Israel-Hamas dan "misinformasi terkait” mengenai merek. Mengutip Reuters, Jumat, 5 Januari 2024 Kempczinski mengatakan bahwa misinformasi seputar merek seperti McDonald's mengecewakan dan tidak berdasar.

“Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonald’s dengan bangga diwakili oleh pemilik operator lokal yang bekerja tanpa kenal lelah untuk melayani dan mendukung komunitas mereka sambil mempekerjakan ribuan warganya,” jelasnya. Jaringan restoran cepat saji besar termasuk McDonald’s dan Starbucks telah mengalami kampanye boikot yang sebagian besar dilakukan secara spontan, berasal dari pandangan masyarakat yang menganggap dua merek tersebut pro-Israel dan dugaan keterkaitan keuangan dengan Israel.

Adapun, pada Oktober 2023, McDonald's Israel dalam akun sosial medianya mengatakan bahwa mereka telah memberikan ribuan makanan gratis kepada personel Pasukan Pertahanan Israel. Hal tersebut kemudian ditolak oleh waralaba McDonald's di beberapa negara Muslim, menyoroti polarisasi politik regional yang dihadapi perusahaan-perusahaan global selama perang. Beberapa merek Barat merasakan dampak boikot di Mesir dan Yordania serta di luar kawasan Arab termasuk Malaysia yang penduduknya mayoritas muslim.

Pada tahun fiskal 2022, McDonald's mewaralabakan dan mengoperasikan sekitar 40.275 restoran di lebih dari 100 negara. Rantai makanan cepat saji ini pada tahun tersebut melaporkan total pendapatan tahunan sebesar US$23,18 miliar atau sekitar Rp359 triliun. Diberitakan sebelumnya, CEO Starbucks juga buka suara mengenai aksi boikot dan vandalisme yang melanda jaringan gerai kopinya di seluruh dunia, menyusul aksi pro-Palestina.

Menurut Laxman Narasimhan, terdapat representasi keliru mengenai apa yang diperjuangkan oleh perusahaannya di tengah ketegangan terkait perang Israel-Hamas. "Kami telah bekerja sama dengan pihak berwenang setempat untuk memastikan mitra dan pelanggan kami aman. Tidak ada yang lebih penting. Pendirian kami jelas. Kami membela kemanusiaan,” jelas Narasimhan. Sebagai contoh, pada November 2023, Starbucks di Spring, Texas telah dirusak. Terdapat juga tulisan yang disemprotkan di sisi gedung dengan tulisan “bebaskan Palestina”, “boikot Starbucks”, dan “berhenti membunuh anak-anak.” (dtf/inter/ekon)