Deklarasi Al Aqsa Sebagai Kuil Yahudi Memicu Situasi Yerusalem Memburuk

Jakarta, FreedomNews – Situasi di Yerusalem, Palestina sekarang sangat memburuk. Serangan Zionis Israel pagi dan sore ke Al-Aqsa terus berlangsung selama Bulan Ramadhan 1444 H. Pemerintahan baru di Israel bahkan menyerukan penyembelihan kurban dan menyerbu Al-Aqsa serta mendeklarasikannya sebagai kuil Yahudi.

Sekretaris Komite Al Quds Ikatan Ulama Internasional, Syeikh Dr. Muraweh Mousa Nassar kepada Freedom News, usai memimpin sholat taraweh dan berceramah di Masjid Jami' At Taqwa Sapta Pesona, Jatiasih Kota Bekasi, Jumat,31 Maret 2023, mengatakan, meski begitu, rakyat Palestina tidak pernah surut melaksanakan sholat di masjid suci umat Islam dunia itu.

Kata Syeik Muraweh, sholat tarawih tetap berlangsung dalam jumlah tidak sedikit. "Orang-orang shalat di Masjid Al-Aqsha setiap hari dalam jumlah (yang) mencapai seperempat juta, namun Zionis melarang i'tikaaf di masjid sepanjang minggu, untuk melestarikan penjajah Zionis, kecuali hari Jumat dan Sabtu, karena Zionis tidak menyerbu Al-Aqsa selama hari-hari ini," ujarnya.

Kehadiran Syeikh Muraweh di Indonesia hingga 24 Ramadhan mendatang dalam rangka memyampaikan situasi terkini di Palestina dan Yerusalem. Sekaligus, guna menggugah jamaah Indonesia untuk bersama-sama peduli pada perjuangan rakyat Palestina menjaga dan mempertahankan masjid tempat perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW dengan mengumpulkan donasi.

Menurut Syeikh Muraweh, di Ramallah dan seluruh Palestina, relatif lebih bebas, karena mereka shalat tarawih dengan bebas. Masalahnya ada di Yerusalem dan Masjid Al Aqsa karena mereka mencegah kaum muda memasuki Yerusalem untuk sholat di Masjid Al-Aqsa. "Karena itu, Zionis menyerbu Al-Aqsa setiap hari, pagi dan sore, kecuali hari Jumat dan Sabtu," tegasnya.

Sebagaimana diketahui serangan terhadap Masjid Al Aqsa berkali-kali dilakukan zionis Israel hingga hari ini. Juga pada 2015 dan 2017 yang membuat muslim dunia ramai-ramai mendukung rakyat Palestina untuk mempertahankam Masjid Al Aqsa. Intifada dan pelarangan masuk masjid Al Aqsa memaksa selama dua pekan mereka ada di dalam masjid.

Ulama kelahiran Baitulmaqdis ini mengatakan bahwa mengapa muslim dunia harus mendukung penyelamatan Masjid Al Aqsa karena Rasulullah Muhammad sangat memcintai mesjid ini. Sebelum wafat, saat sahabat bertanya kepada Rasulullah, apa yang engkau nasehatkan kepada kami setelah engkau tiada?

"Pergilah ke Baitulmaqdis. Rasulullah menyebut Baitulmaqdis, bukan Madinah atau Mekah.”

Dalam alquran, Allah SWT berjanji akan membebaskan Al Aqsa dari orang-orang yang akan menghancurkannya. ”Pertanyaannya, apakah kita tidak ingin ikut serta memperjungkan pembebasan Al Aqsa agar mendapatkan kemuliaan di hadapan Allah SWT atau tidak? Sesuai hasil muktamar ulama dunia, ada dua program untuk mempertahankan Masjid Al Aqsa,” kata Doktor Muraweh.

Program pertama, Syahbul Al Aqsa dan kedua Meter Al Aqsa. Kedua program ini dimaksdukan untuk membiayai kegiatan Pendidikan dan keagamaan di Masjid Al Aqsa, memobilisasi warga untuk shalat di masjid serta mengajak anak-anak usia TK dan SD dari 921 madrasah di sekitar untuk datang secara bergiliran ke Masjid Al Aqsa.

Dalam catatan sejarah, sejak 1967 saat Israil menduduki Masjid Al Aqsa ada enam proyek besar (grand design) untuk menguasai dan menghancurkan Masjid Al Aqsa, yaitu: (1) Menguasai area di bawah Masjid Al Aqsa. (2) Menguasai area di sekeliling Masjid Al Aqsa, perkampungan Maroka yang menempel dengan Tembok Burok sudah diratakan dengan tanah. Kawasan itu sekarang menjad tempat ibadah bagi kaum Yahudi. Tembok Burok pun diganti nama menjadi Tembok Harapan. (3) Menghapus jejak-jejak Islam. Semua nama yang ada di sekitar Masjid Al Aqsa dihapus dan diganti dengan penamaan Yahudi. (4) Membuat pemukinan Yahudi. (5) Mengubah peningggalan sejarah Islam menjadi bangunan baru Yahudi, termasuk pembangunan 100 tempat ibdah untuk kaum Yahudi. (6) Menetapkan aturan warga Palestina yang berusia 16-36 tidak boleh masuk Masjid Al Aqsa. Muncullah aturan pembagian waktu untuk umat Islam dan umat Yahudi.

Penetapan pembagian waktu inilah yang memicu peristiwa intifada sehingga memaksa Israel tidak menutup Masjid Al Aqsa. (ip)