Efek Pemulihan China Tak Merata, Aktivitas Manufaktur Asia Desember 2023 Melemah

Jakarta, FreedomNews - Aktivitas manufaktur di Asia melemah pada Desember 2023 akibat pemulihan di China yang tidak merata sehingga menghambat kenaikan permintaan yang luas. Dilansir dari laman Reuters, Kamis, 4 Januari 2024 berbagai indeks manajer pembelian (PMI) yang dirilis oleh S&P Global menunjukan aktivitas pabrik yang terus menurun di sebagian besar negara Asia pada akhir 2023. Kepercayaan diri secara umum juga merosot. Berdasarkan data PMI, negara-negara Asia yang padat teknologi juga masih perlu berjuang dengan aktivitas manufaktur di Korea Selatan yang kembali mengalami kontraksi. Kemudian, manufaktur Taiwan juga terus mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.

Kemudian, PMI Caixin dari Negeri Panda menunjukkan percepatan aktivitas yang tidak terduga pada Desember 2023, kontras dengan PMI resmi China yang dirilis Minggu, 31 Desember 2024 dan menunjukan masih berada di wilayah kontraksi selama tiga bulan berturut-turut. Adapun, prospek perekonomian China yang beragam juga terus mengaburkan prospek mitra dagang utamanya. “Secara keseluruhan, prospek perekonomian sektor manufaktur (China) terus membaik pada bulan Desember, dengan pasokan dan permintaan meningkat dan tingkat harga tetap stabil,” jelas ekonom senior di Caixin Insight Group, Wang Zhe.

Kemudian, menurutnya ketenagakerjaan masih menjadi tantangan yang signifikan. Dunia usaha juga menyatakan kekhawatirannya mengenai masa depan dan tetap berhati-hati dalam berbagai bidang meliputi perekrutan, pembelian bahan mentah dan manajemen inventaris. China dalam beberapa bulan terakhir juga telah memperkenalkan serangkaian kebijakan untuk menopang pemulihan pascapandemi yang lemah. Namun, China juga kesulitan memperoleh momentum di tengah merosotnya properti yang parah, risiko utang pemerintah daerah dan permintaan global yang melemah.

Sebagai catatan, indeks manajer pembelian (purchasing managers' index/PMI) manufaktur dari S&P Global untuk kawasan Asean turun ke titik 49,7 pada Desember 2023, dari bulan sebelumnya yang sebesar 50. Adapun, dari data pendukung menunjukan empat dari tujuh negara Asean dalam peserta survei mencatat kondisi manufaktur yang lebih lemah. Myanmar menempati posisi terbawah dalam peringkat Desember 2023, dengan mencatatkan penurunan paling tajam dan dengan jarak penurunan yang besar. Masing-masing indeks headline turun ke posisi terendah di titik 42,9 dalam satu tahun pada Desember 2023.

Selain itu, untuk negara-negara lainnya, Malaysia tidak berubah sebesar 47,9, Vietnam yang mengalami berkurangnya penurunan dengan OMI naik ke titik 48,9 dan Filipina yang turun ke posisi terendah dalam tiga bulan, yani sebesar 51,5. Sedangkan, dua negara lain yakni Singapura mencatatkan PMI sebesar 52, yakni pertumbuhan yang paling kuat dalam enam bulan, dan Indonesia yang mencatatkan PMI sebesar 52,2 dengan pertumbuhan terkuat dalam tiga bulan. Keduanya terlihat adanya persamaan tingkat ekspansi di seluruh sektor manufaktur.

Meskipun PMI Asia pada Desember 2023 sebagian besar kurang positif, indikator-indikator lainnya menunjukan tanda-tanda pemulihan pasca-pandemi, sehingga memberikan tanda bahwa wilayah Asia mulai mendapatkan daya tarik. Contohnya, Produk domestik bruto (PDB) Singapura pada kuartal IV/2023 telah meningkat dari tahun sebelumnya, dengan dibantu oleh konstruksi dan manufaktur yang lebih kuat. Kemudian, ekspor Korea Selatan pada Desember 2023 juga meningkat walaupun pada laju yang lebih lambat. Hal ini dikarenakan permintaan China yang lebih lemah mengimbangi penjualan global yang kuat untuk semikonduktor.(dtf/inter)