Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS saat Suku Bunga The Fed Berpotensi Turun

Jakarta, FreedomNews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berpotensi mengalami penguatan seiring tingginya potensi penurunan suku bunga oleh The Fed. Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.470 per dolar AS pada Selasa, 2 Januari 2023. Pelemahan rupiah terjadi seiring dengam inflasi 2023 tercatat sebesar 2,61% year on year, terendah dalam dua dekade terakhir. Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 0,46% atau 71 poin ke level Rp15.470 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau menguat 0,10% ke level 101.137.

Sementara itu sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak melemah bersama rupiah. Yen Jepang melemah 0,31%, dolar Hong Kong melemah 0,02%, dolar Singapura melemah 0,08%, dolar Taiwan melemah 0,78%, dan won Korea melemah 0,74%. Kemudian peso Filipina melemah 0,51%, rupee India melemah 0,12%, yuan China melemah 0,44% dan ringgit Malaysia melemah 0,11%. Hanya bath Thailand yang menguat 0,61% di hadapan dolar AS. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan nonfarm payrolls menunggu isyarat lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga Fed Pasar sekarang fokus pada data utama nonfarm payrolls untuk bulan Desember, yang akan dirilis pada hari Jumat ini.

Ibrahim menjelaskan alat Fedwatch CME menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang lebih dari 70% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret. “Namun sebelum pembacaan bulan Maret, bank sentral masih harus menghadapi serangkaian pembacaan perekonomian, terutama mengenai inflasi dan pasar tenaga kerja,” katanya. Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indonesia pada tahun 2023 sebesar 2,61% yoy, tingkat inflasi tersebut merupakan yang terendah dalam dua dekade terakhir. Inflasi yang landai pada tahun 2023 didorong pengendalian inflasi yang baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI).

Terlebih, pada tahun 2023 ada ketidakpastian yang membayangi pergerakan inflasi dalam negeri, salah satunya fenomena kekeringan panjang atau El Niño. Selain itu, inflasi pada tahun 2023 rendah karena faktor basis tinggi. Pada tahun 2022, ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang menyulut inflasi. Sesuai pola musiman, biasanya tingkat inflasi akan menurun pada satu tahun setelah tahun adanya kenaikan harga BBM bersubsidi.

Kemudian, pasar juga memantau tentang kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 tercatat mengalami defisit Rp241,4 triliun per 28 Desember 2023. Angka defisit tersebut didapatkan dari realisasi pendapatan negara yang mencapai Rp2.725,4 triliun. Sementara belanja negara terealisasi senilai Rp2.966,8 triliun. Adapun, realisasi pendapatan negara tersebut telah mencakup 110% target APBN awal senilai Rp2.463 triliun, atau tembus 103,3% dari target revisi yang tercantum dalam Perpres No. 75/2023 dengan angka Rp2.637,2 triliun. Sementara itu, untuk perdagangan hari ini, Rabu, 3 Januari 2024. Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.450- Rp15.510 per dolar AS.(dtf/inter/ekon)