Pejabat The Fed Ungkap Inflasi AS Dekati Target 2%, Suku Bunga Kapan Turun?

Jakarta, FreedomNews - Dua pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) mengatakan bahwa saat ini inflasi Negeri Paman Sam sedang mengarah ke target sebesar 2%. Dilansir dari laman Bloomberg, Selasa (9/1) hal tersebut diungkapkan oleh Gubernur The Fed Michelle Bowman dan Presiden The Fed wilayah Atlanta Raphael Bostic secara terpisah. Menurut Bowman, inflasi dapat menurun menuju target sebesar 2% jika suku bunga dipertahankan pada tingkat saat ini dan menawarkan potensi dukungan untuk menurunkan biaya pinjaman jika tekanan harga memudar.

“Jika inflasi terus turun mendekati target 2% kami dari waktu ke waktu, pada akhirnya akan tepat untuk memulai proses penurunan suku bunga kebijakan kami untuk mencegah kebijakan menjadi terlalu ketat,” jelas Bowman dalam sambutannya, di South Carolina Bankers Association, Kolombia. Lanjutnya, dia mengatakan bahwa saat ini negeri dengan perekonomian terbesar di dunia belum mencapai titik itu, sehingga dia tetap berhati-hati dengan risiko kenaikan harga yang masih terlihat. Diketahui, para pejabat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) lainnya pada Desember 2023 memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan mereka tetap stabil di kisaran 5,25% hingga 5,5%.

Dia menilai bahwa ada risiko bahwa pelonggaran kondisi keuangan baru-baru ini akan mendorong percepatan kembali pertumbuhan, menghambat kemajuan dalam menurunkan inflasi, atau bahkan menyebabkan percepatan kembali inflasi. Pasar tenaga kerja yang kuat juga dapat menjaga inti tetap tinggi. "Saya akan tetap berhati-hati dalam pendekatan saya untuk mempertimbangkan perubahan-perubahan di masa depan dalam sikap kebijakan," jelas Bowman.

Kemudian, Presiden the Fed Raphael Bostic juga mengatakan bahwa inflasi telah menurun lebih dari yang dia perkiraan. Dia juga menilai bahwa kini berada dalam jalur untuk mencapai target The Fed sebesar 2%. Tujuannya adalah untuk memastikan kini berada pada jalur yang benar. Para pembuat kebijakan juga dapat terus membiarkan kebijakan moneter tetap bersifat restriktif. “Kita berada dalam sikap yang membatasi dan saya merasa nyaman dengan hal itu, dan saya hanya ingin melihat perekonomian terus berkembang bersama kita dalam sikap tersebut dan semoga inflasi terus mencapai level 2%,” jelasnya. (dtf/inter/ekon)