Catatan M. Nigara: Spanyol atau Inggris Juara Piala Eropa 2024?
SPANYOL dan INGGRIS sejak era abad pertengahan sudah menjadi kekuatan yang saling beradu. Persaingan yang sangat panjang dan tajam, meski itu bukan di dunia sepakbola.
Di wilayah Amerika Selatan, kecuali Brasil dan Suriname, Spanyol, menang banyak. Terbukti Argentina, Bolivia, Chile, Ekuador, dan banyak lainnya, menjadikan bahasa Spanyol sebagai bahasa utama.
Nah, di Eropa serta mayoritas Asia, Inggris yang mendominasi. Tak heran banyak sekali bangsa Asia, Eropa, dan Australia yang jadi anggota negara Persemakmuran.
Sejarah Lalu, bagaimana persaingan mereka di dunia sepakbola termasuk Final Piala Eropa 2024, Senin (15/7) dinihari? Siapa pun yang keluar sebagai juara, ini akan sama-sama menjadi yang pertama.
Jika Spanyol yang jadi juara, maka negeri Matador itu akan menjadi negara yang kali pertama menjadi juara empat kali. Lalu jika Inggris yang juara, maka mereka akan membuka tabir gelar yang terkunci sejak 1960. Inggris akan menjadi juara kali pertama.
Di atas kertas La Furia Roja, julukan timnas Spanyol, diprediksi akan mampu mengatasi the Three Lions.
Bukan karena Spanyol dan bintang utamanya saat ini Lamine Yamal pernah tiga kali juara Eropa (1964, 2008, 2012), sekali runner up (1984), lalu sekali hanya mencapai semifinal (2020). Dan bukan juga karena Inggris dengan capaian tertinggi Piala Eropa sebagai runner up (2020) setelah di final kalah 2-3 (1-1) dalam drama adu-penalti melawan Italia. Inggris juga pernah menempati posisi ketia (1968), dan gagal di semifinal 1996 (catatan, sejak 1984, UEFA tidak lagi menggelar pertandingan perebutan peringkat ketiga.
Jika kita melihat catatan, pertemuan keduanya, 27 kali bertemu di banyak event. Inggris sebenarnya justru lebih unggul dengan mengantongi 12 kemenangan, Spanyol 10 kali, dan lima kali draw.
Dan dari hasil itu, Inggris yang untuk kali pertama kali bertemu Spanyol, 15 Mei 1929 (Persahabatan) hingga 15 Oktober 2018 (UEFA Cup), mencetak 45 gol memasukkan dan 34 kemasukan. Sementara Spanyol kebalikannya. Hebatnya Inggris pernah menang 7-1 (Friendly match, 9/13/1931), dan empat kali menang 4-3, 4-1, 4-2 dan 4-2. Sementara kemenangan terbesar Spanyol hanya 3-0 saat Friendly match (15/5/1960).
Ya, bukan karena semua itu jika pasar taruhan saat ini mengunggulkan Spanyol. Perjalanan La Furia Roja sangat meyakinkan sejak di grup B. Pasukan Luis de La Fuente, bukan hanya menyapu bersih dengan meraih 9 poin, tapi juga berhasil menjaga gawangnya dari kebobolan. Menang 3-0 atas Kroasia, masing-masing menang 1-0 atas Albania dan juara bertahan Italia.
Begitu juga saat babak knock out, Georgia digasak 4-1, lalu Jerman bukan hanya tuan rumah, tapi juga difavoritkan, dihantam 2-1. Terakhir di semifinal Prancis dikandaskan juga dengan skor 2-1. Walhasil Spanyol mampu menjebol gawang lawan 13 dan kemasukan 3.
Sementara Inggris, di babak grup C, hanya sekali menang 1-0 atas Serbia, dan dua kali draw 1-1, 0-0 dengan Denmark serta Slovenia. Di babak gugur, menang 2-1 atas Slovakia, dan di quarter final menang adu penalti 5-3 (1-1) atas Demark. Terakhir di laga semifinal menghentikan geliat Belanda 2-1.
Dari sana Inggris memasukkan 7 dan kemasukan 4. Sementara dari adu-penalti, Inggris bisa mulus menjebol gawang Swiss 5 dan hanya kemasukan 3.
Darah Muda
Spanyol tampaknya akan mengandalkan Lamine Yamal, pemain termuda sepanjang sejarah Piala Eropa dan Piala Dunia, 16 tahun 362 hari, jauh lebih muda dibanding Pele saat terjun di Piala Dunia 1958, 17 tahun 7 bulan.
Pemain sayap Barcelona ini sudah 34 kali bermain di timnas Spanyol berbagai lapisan, dan mencetak 15 gol, termasuk saat Spanyol menang 2-1 atas Prancis di semifinal. Assistnya juga sangat akurat sehingga ia tercatat sebagai pemain yang sangat berbahaya.
Lalu, Nico William, juga sayap yang amat tajam dari Athletico Madrid. Usianya pun masih sangat muda, 22. Ia sudah bermain di timnas Spanyol berbagai level sertamencetak 5 gol, termasuk ketika Spanyol mencukur Georgia 4-1 di laga 16 besar.
Sementara di kubu Inggris, Gareth Southgate, sang arsitek the Three Lions, akan mengandalkan Phil Foden (24), gelandang Manchester City.
Bermain dalam berbagai lapisan timnas sejak 2015 hingga hari ini, Foden sudah mencetak 23 gol dari 84 penampilannya.
Selain itu, gelandang Real Madrid berusia 21 tahun ini sangat tajam tajinya di Piala Eropa kali ini. Sudah tiga gol ia jaringkan ke gawang Slovania di penyisihan grup, vs Slovakia di 16 besar, dan satu lainnya di gawang Swiss dalam adu penalti.
Darah muda dari kedua tim ini akan sungguh-sungguh beradu kekuatan. Dalam posisi yang tidak diunggulkan, Southgate menegaskan akan sangat diuntungkan. Tetapi, kubu Spanyol segera menepisnya. "Diunggulkan atau tidak, kami akan menjadi negara yang pertama merebut gelar juara Eropa kali keempat," kata sang pelatih.
Benarkah? Jangan lewatkan laga Senin dinihari (15/7). Sejarah pasti terjadi, Spanyol atau Inggris...*** (bea)
M. Nigara, wartawan sepakbola senior.