Tepilih Kiper Terbaik Polling Best of the Best Story of 95, Andritany Malah Sebut-sebut Nama Hendro Kartiko

Jakarta, FreedomNews - Andritany Ardhiyasa terpilih sebagai pemenang dalam Polling Best of The Best Story of 95 untuk kategori penjaga gawang. Pemain kelahiran 26 Desember 1991 ini mengungguli beberapa legenda kiper lainnya dengan hasil polling sebesar 45 persen.

Andri sangat bangga atas apreasiasi yang diberikan Jakmania yang memilih dirinya.

Dalam polling yang melibatkan 1.116 responden, Andritany mengalahkan Mbeng Jean, Khamaruk, Rony Pasla, Hendro Kartiko, Roni Tri Prasnanto, Van Der Vin, dan Galih Sudaryono.

Seperti apa komentar lengkapnya? Simak wawancara eksklusif menyambut HUT Persija ke-95 berikut ini:

Andri, selamat Anda terpilih sebagai penjaga gawang Polling Best of The Best Story of 95. Bagaimana komentarnya?

Pertama saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang memilih saya. Tapi sejujurnya, ada beberapa nama yang lebih layak dari saya. Termasuk kiper yang membawa Persija juara tahun 2001, Mbeng Jean atau legenda sepakbola kita, Hendro Kartiko.

Menurut Anda, siapa yang punya pengaruh paling besar bagi Persija?

Kalau perihal juara, menurut saya Mbeng Jean. Tetapi kalau berbicara perihal sepakbola Indonesia, itu Hendro Kartiko karena beliau salah satu legenda sepakbola kita.

Tahun ini adalah tahun ke-13 untuk Andritany di Persija. Seperti apa Anda melihat perjalanan karier di sini?

Naik turunnya Persija saya rasakan dan juga naik turunnya prestasi saya ada di sini. Persija luar biasa. Sudah mulai ada perkembangan signifikan. Bisa kita lihat sekarang punya training ground, termasuk indoor training ground, itu luar biasa. Tapi jika bicara karier saya pribadi, alhamdulillah saya berhasil membawa Persija juara di Liga 1 2018 dan dua kali meraih gelar penjaga gawang terbaik di Liga Indonesia.

Anda sudah merasakan dilatih oleh 14 pelatih berbeda sejak awal karier. Siapa dan momen apa yang paling terkenang?

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada seluruh pelatih, coach RD (Rahmad Darmanwan) yang sudah membawa saya ke sini, coach Teco (Stefano Cugurra) yang sudah mebawa Persija juara pada 2018, Om Benny Dolo, Angelo Allesio, dan semua ke-14 pelatih mempunyai kenangannya tersendiri. Pada 2018 itu kenangan terbaik, membawa tim ini menjadi juara. Kalau bicara pelatih, mungkin yang terbaik adalah yang ada saat ini. Karena ia meng-upgrade sepakbola kita.

Bermain di Persija tentu sarat gengsi sekaligus penuh dengan tekanan. Sebagai kapten, bagaimana Anda mengatasi hal itu?

Saya banyak belajar dari para pendahulu seperti Ismed Sofyan dan Bambang Pamungkas. Saya belajar bagaimana mengatasi tekanan di tim besar seperti ini. Apalagi di sini banyak pemain muda, tentu saya harus bisa menjadi leader dalam tim. Saya pun sangat berterima kasih kepada para pemain senior seperti Maman Abdurrahman, Tony Sucipto, dan Riko Simanjuntak karena telah mendukung saya.

Riko Simanjuntak terpilih dalam Polling Best of The Best Story of 95 ini. Menurut Anda sejak kedatangan Riko, dampak apa yang ia bawa untuk Persija?

Kedatangan Riko itu sangat positif, sangat membantu tim. Kami harus akui saat Persija juara 2018, Riko menjadi pemain dengan kontribusi luar biasa untuk tim. Selain kontribusi di dalam lapangan, dia pun memiliki kontribusi yang luar biasa di luar lapangan. Riko adalah salah satu pemain yang selalu menghidupkan suasana di ruang ganti, dengan kelucuannya dengan kekonyolannya.

Banyak pemain sepak bola yang ingin memiliki posisi seperti Andritany sekarang, pertama-tama berada di klub besar dalam jangka waktu panjang, serta merasakan gelar juara. Tapi jika bicara target pribadi, apa yang belum Anda capai?

Tentu saya punya target tersendiri, pastinya ingin juara lagi bersama Persija, dan pasti saya memiliki target tersendiri yang tidak akan saya ucapkan di sini. Setelah saya berhenti bermain sepakbola, baru saya akan mengatakan target saya tercapai atau tidak.

Tahun 2023 Persija genap berusia 95 tahun, seperti apa Anda melihatnya?

Saya pernah merasakan naik turunnya Persija, saya pernah merasakan juga latihan pindah-pindah tempat, bahkan sampai tengah malam saya harus menunggu untuk mengetahui latihan di mana kami besok. Saya pernah merasakan mess Persija di rumah. Dulu pernah di Ragunan, ada mess bagus latihan di sana, dan akhirnya kami pindah tidak punya lapangan, tidak punya training ground dan sebagainya.

Sampai saat ini Persija punya training ground sendiri, punya mess, punya locker room yang bagus, punya basis suporter yang luar biasa seperti sekarang. Era 2013 lalu saya masih ingat, ketika bermain di Gelora Bung Karno (GBK), itu hanya full di tribun bawah, tetapi sekarang suporter selalu memenuhi, bahkan terkadang tidak cukup di GBK. Jadi Persija saat ini menjadi salah satu tim besar yang mempunyai keinginan besar, ambisi luar biasa agar ke depan sepakbola Indonesia menjadi lebih baik.*** (bea)

Dari laman Persija.id