Akar Rumput Sudah Kering

Slogan curang berarti perang sudah terdengar di mana-mana. Menang curang bukan akhir dari permainan, tapi menjadi permulaan dari permainan yang sebenarnya. Rakyat akan menunjukkan kekuatan aslinya. Akar rumput Itu sudah kering.

Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

MELIHAT tayangan video pidato Letjen TNI Marinir (Purn) Suharto yang ditayangkan RH Channel membuat kita merenung dan meyakini pernyataan tersebut ada benarnya. Komandan Korps Marinir (1996-1999) saat peristiwa 1998 dan Itjen Dephankam dahulu ini menegaskan bahwa akar rumput (grassroot) sudah kering, jika ada yang menyulutnya pasti terbakar hebat.

Pengelolaan negara rezim Joko Widodo yang berantakan telah membuat kering akar rumput.

Anggota Petisi 100 Letjen Mar (Purn) Suharto mengktitisi perilaku Jokowi dan rezimnya. Mulai dari ketidakjelasan ijazah hingga kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan melanggar konstitusi. Baginya pemakzulan Jokowi menjadi bahasa dan upaya yang terlalu lunak, bahkan rumit. Menurut Suharto, Jokowi harus segera digulingkan. "Meski sudah tua, saya siap memakai helm lagi, pakai senapan serbu kembali untuk merubah ini," serunya.

Survei kepuasan yang tinggi kepada Jokowi adalah palsu dan bisa diuji di lapangan bagaimana yang sesungguhnya. Rakyat saat ini memendam rasa jengkel dan sudah muak pada perilaku politik Jokowi dan rezimnya. Kehidupan semakin berat di tengah lapangan kerja yang sempit dan sulit. Harga kebutuhan pokok terus naik, sementara gaya hidup para pejabat tetap mewah, boros, dan hedonis.

Ada lima hal yang dapat membakar akar rumput kering ini, yaitu:

Pertama, urusan perut rakyat yang sudah berat untuk mengisinya. Sembako yang dibagikan dan diserbu adalah gambaran itu. Politik sembako untuk penggiringan, suatu saat akan membakar diri sendiri. Ada ketidakadilan, pelecehan dan unjuk kemiskinan di sana.

Kedua, kesenjangan antara kaya miskin termasuk arogansi komunitas warga negara keturunan China terhadap pribumi. Sekali ada insiden bids menyulut kerusuhan dan penjarahan. Kemandegan pembauran menciptakan atmosfir yang rentan konflik.

Ketiga, korupsi khususnya suap-menyuap yang semakin merajalela. Menyerang nilai-nilai moral bangsa. Sudah terbentuk stempel bahwa pemerintahan Jokowi adalah rezim korup. Korupsi kini lebih dahsyat dibanding masa Orde Baru. Lembaga anti korupsi sengaja dibuat mandul dan menjadi alat kepentingan politik.

Keempat, politik dinasti yang merupakan sentimen dan musuh rakyat. Sangat terang-terangan Jokowi membangun kekuasaan keluarga. Gibran Rakabuming Raka telah menjadi racun demokrasi dan ragi monarki. Gerakan rakyat akan menguat untuk menumpas keserakahan penguasa. Gerakan anti politik dinasti.

Kelima, agama yang dipinggirkan dan umat beragama yang dipecah-belah. Sementara penodaan agama diabaikan dan tidak bersanksi keras. Pelecehan terhadap nilai-nilai dan antribut keagamaan adalah pembakar rumput kering yang paling efektif dan cepat.

Sikap merasa bahwa kekuasaan bisa menentukan segalanya serta menginjak-injak martabat rakyat dapat menjadi bensin pembakar akar rumput kering pula. Apalagi, Pilpres 2024 dengan nafsu besar memenangkan paslon 02 Prabowo Subianto – Gibran dengan segala cara juga menjadi pembakar.

Slogan curang berarti perang sudah terdengar di mana-mana. Menang curang bukan akhir dari permainan, tapi menjadi permulaan dari permainan yang sebenarnya. Rakyat akan menunjukkan kekuatan aslinya. Akar rumput Itu sudah kering.

Letjen Mar (Purn) Suharto menggelorakan semangat, khususnya untuk kaum muda: "Meski sudah tua, saya siap memakai helm lagi, pakai senapan serbu kembali untuk merubah ini". Akar rumput sudah kering. Bangkit atau punah. (*)