Berat Dorong Tri, PDIP Siapkan M2 Sebagai Solusi
Terlebih dan terutama, jika PDIP merasa berat mendorong Tri dan menyiapkan M2 sebagai solusi menghadapi kontestasi pilkada kota Bekasi. Ibarat dalam pemasaran produk, PDIP seperti menjual barang rusak jika mendorong Tri Adhianto.
Oleh: Yusuf Blegur, Kolumnis, Mantan Presidium GMNI
IBARAT sedang memasarkan produk, PDIP memaksakan Tri Adhianto seperti menjual barang rusak. Sebaliknya, dengan mengusung Mochtar Mohamad alias M2, insya’ Allah bisa dipastikan menjadi solusi bagi PDIP menghadapi kontestasi Pilkada Kota Bekasi pada 2024 nanti.
Agenda perhelatan Pilkada Kota Bekasi semakin mengerucut. Jika PDIP terus memaksakan Tri Adhianto maju sebagai bakal calon walikota, dipastikan PDIP akan gigit jari tak punya calon yang diusungnya mengikuti kontestasi pilkada kota Bekasi. Kok bisa?
Pasalnya sosok Tri Adhianto susah dijual meski PDIP memiliki 9 kursi di parlemen dan hanya butuh 2 kursi untuk meloloskan kadernya mengikuti pilkada kota Bekasi.
Tri yang sejak awal digadang-gadang oleh PDIP terutama melalui Sekjend PDIP Hasto Kristianto menjadi bakal calon walikota Bekasi. Hingga injury time pendaftaran calon walikota Bekasi di KPU, Tri Adhianto tak juga mendapatkan bakal calon wakil walikota maupun koalisi partai politik sebagai pendampingnya.
Tri terancam tak ada yang mendukungnya dan PDIP ditinggal sendiri gagal mengusung kadernya mengikuti kontestasi pilkada kota Bekasi tahun 2024.
Tri Adhianto jika terus dipaksakan Hasto Kristianto, diprediksi akan merugikan PDIP Kota Bekasi. Bukan hanya kader PDIP yang kehilangan aspirasi politiknya, melainkan masyarakat Kota Bekasi gagal memiliki pemimpin yang potensial dan berkarakter yang sebenarnya dari PDIP. Tri Adhianto sudah terbentuk dalam opini publik sebagai bakal calon walikota yang dipenuhi skandal korupsi.
Selain itu, Tri Adhianto memiliki resistensi yang tinggi sebagai mantan birokrat dan politisi, hal itu bisa dilihat ketika menyeruak penolakan dari pelbagai lapisan masyarakat, terutama dari kader internal PDIP maupun partai politik lainnya.
Mirisnya juga sosok Tri Adhianto selama menjadi pejabat hingga kini, terkenal sepi prestasi dan super pelit. Sederet kelemahan dan kekurangan Tri Adhianto yang prinsip itu yang membuat kader bunglon alias kutu loncat itu sulit dipaksakan PDIP menjadi bakal calon walikota Bekasi.
PDIP bisa lebih rasional dan realistis mengambil sikap terhadap konstelasi pilkada kota Bekasi yang berkembang. Jika Tri Adhianto tak layak menjadi bakal calon walikota Bekasi, PDIP masih punya kader lain yang tangguh dan kompetitif yang mumpuni di kota Bekasi.
Sebut saja Mochtar Mohamad, yaitu pemimpin yang punya legacy kuat baik untuk PDIP maupun masyarakat kota Bekasi. Sebagai mantan anggota DPRD, wakil walikota, dan walikota Bekasi, Mochtar Mohamad yang populer disapa M2 masih harum namanya di kota Bekasi, bahkan dalam pergaulan politik nasional.
Figur M2 justru kebalikannya dari sosok Tri Adhianto. M2 begitu disegani dan masih menjadi pemimpin yang dirindukan masyarakat kota Bekasi. Meski tidak mendapat surat tugas dari PDIP, M2 justru mendapat apresiasi dan terbuka diterima partai politik lain untuk mengikuti kontestasi pilkada kota Bekasi.
Sebut saja partai Demokrat yang sudah memberikan surat tugas dan kemungkinan PKB, PAN, Golkar dll. yang sejak awal serius memperlihatkan ketertarikan dan antusiasmenya pada M2. Jika saja PDIP memberikan rekomendasi pencalonan walikota Bekasi pada kader loyal, militan dan berprestasi seperti M2, maka M2 akan mudah membangun koalisi besar partai politik yang siap memenangkan pilkada kota Bekasi.
Dengan realias hanya pasangan Heri Koswara dan Solihin sebagai bakal calon walikota dan calon wakil walikota yang sudah resmi diusung PKS dan PPP yang siap mengikuti pilkada kota Bekasi. PDIP tak punya pilihan lain selain mengusung Mochtar Mohamad dan siapapun pasangannya untuk mengimbangi dan bahkan mengalahkan pasangan Heri Koswara dan Solihin.
Dengan kemampuan sosial dan politik yang dimiliki Mochtar Mohamad termasuk merangkul lawan politik, PDIP kota Bekasi berpotensi membangun koalisi besar memenangkan pilkada kota Bekasi. Atau, bahkan bukan tidak mungkin Mochtar Mohamad bisa berpasangan dengan Heri Koswara mengingat politik pilkada kota Bekasi sangat dinamis.
Tak ada yang tak mungkin dalam politik, terlebih jika PDIP memberikan rekomendasi pada Mochtar Mohamad sebagai calon walikota.
Jika dalam injury time PDIP memberikan rekomendasi ke Mochtar Mohamad, maka bisa dipastikan akan berubah konstelasi dan konfigurasi politik dalam atmosfer pilkada kota Bekasi.
Terlebih dan terutama, jika PDIP merasa berat mendorong Tri dan menyiapkan M2 sebagai solusi menghadapi kontestasi pilkada kota Bekasi. Ibarat dalam pemasaran produk, PDIP seperti menjual barang rusak jika mendorong Tri Adhianto.
Sebaliknya jika mengusung Mochtar Mohamad maka in syaa Allah PDIP bisa memastikan itu sebagai solusi menghadapi pilkada kota Bekasi. (*)