Bila Penulis Mau

Sekarang tinggal kita mau memilih opsi apa. Apakah masih berkata kita netral saja dalam politik.. politik itu merusak ukhuwah.. politik kita adalah politik keumatan.. lalu kita teriak dan marah-marah.. saat partai merah kuning biru abu-abu berkuasa...

Oleh: Ferry Is Mirza DM, Wartawan Utama Sekwan Dewan Kehormatan Pengurus PWI Jatim

BILA Penulis Mau sejak Pemilu 1987 tak perlu repot ikut partai politik. Cukup selalu menulis menyanjung Istana/Penguasa, akan dapat fasilitas dan jabatan. Tapi sejarah akan mencatatnya sebagai benalu.

Bila Penulis Mau dengan profesi jurnalis bak sungai yang airnya bersih mengalir bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

Bila Penulis Mau, tinggal menjilat penguasa sampai lumat. Pasti dapat jatah duduk manis sambil menimang cucu menyeruput kopi sore dengan nikmat. Tiap bulan dijamin transferan pasti dapat.

Tapi itu bukan watak penulis yang Sejak Bocah Dipondasi Akidah Ahlaq Adab didikan Attarbijah dan Mujahiddin.

Dalam darahnya mengalir ghirah Quran Hadist. Amar makruf nahi mungkar pedoman hidup yang tak bisa dikikis.

Baik jaman sekuat Orba – Reformasi apalagi pada era pemimpin yang kelihatannya sopan namun bengis plus dhoif sekarang ini.

Bagi penulis... sekali layar terkembang surut berpantang. Lebih baik tenggelam dalam perjuangan daripada surut langkah meski dikepung kekuatan sadis.

Hasbunallah wanikmal wakil Nikmal maula wanikman nashir. Artinya: Cukuplah bagi kami Allah sebagai penolong dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.

Sejatinya di ujung senja bahkan menjelang malam usia ini. Seperti ingin meninggalkan legacy mengikuti yang diajarkan sang panutan Rasulallah Shalallahu Alayhi Wasallam.

Sepekan lalu usai subuhan di masjid Cut Meutiah, Menteng, Jakarta, penulis datangi gedung dakwah di kawasan Salemba. Ingin bercerita kepada pendakwah tentang ijtihad politik yang akan penulis tempuh.

Dipilihlah Partai Keadilan Sejahtera yang menjadi payung besar bagi semua. Berharap kejayaan seperti Masyumi saat NU – Muhammadiyah dalam satu meja berkhidmat kepada ummat.

Alangkah indahnya dua ormas Islam besar itu seiring sejalan menjunjung marwah demi izzatul Islam walmuslimin fi hadzal balad.

Sudah kenyang pengalaman dengan berteman. Dan kini menuju Perubahan saatnya Menegakkan Keadlian Sejahtera Melawan ke-Dzaliman.

Sejatinya kata kata itu adalah substansi dari FirmaNYA, Waltakum minkum ummat yad'una ilal khoir wayakmuruna bil makruf wayanhauna anil mungkar. Jelas tegas tidak ada basa basi permainan atau pemanis kata yang tak diperlukan.

PKS Harus Ada Untuk Apa:

Say Yes Kepada Keadilan Sejahtera Say No Kepada Kedzaliman

Sekarang tinggal kita mau memilih opsi apa. Apakah masih berkata kita netral saja dalam politik.. politik itu merusak ukhuwah.. politik kita adalah politik keumatan.. lalu kita teriak dan marah-marah.. saat partai merah kuning biru abu-abu berkuasa...

Saat ulama ditusuk orang gila tak jelas perkaranya.. saat aktivis muslim dituduh anti kebhinekaan.. saat ormas ormas Islam dipinggirkan..

Para panutan pendahulu sudah mengingatkan kita semua. Islam beribadah itu akan dibiarkan. Islam berekonomi akan diawasi. Islam berpolitik akan dicabut seakar-akarnya.

Saatnya teman dan sahabat. Kita berbenah menyusun langkah, tak henti berihtiar berjuang dalam dakwah.

Dalam politik Keadilan Sejahtera yang amanah. Sebab bila nanti saat pertanggungjawaban itu tiba. Saat mulut tak bisa lagi bicara. Semoga tangan dan kaki kita masih bisa bersaksi bahwa Saat Hidup Aku Adalah Bagian Dari Gerakan Yang Menegakkan Keadilan Sejahtera Melawan Kedzaliman. (*)