Bismillah dan Insyaa’ Allah Satu Putaran, AMIN
Seluruh rakyat Indonesia dengan hati melawan tirani, dengan jari mewujudkan mimpi NKRI yang lebih manusiawi. Insyaa' Allah satu putaran menang untuk AMIN, untuk pasangan yang didukung Ulama dan Habaib.
Oleh: Yusuf Blegur, Kolumnis dan Mantan Presidium GMNI
BEGITU banyak rakyat yang tidak bisa dibeli dengan uang dan sembako. Begitu banyak rakyat yang menolak kecurangan. Begitu banyak rakyat menginginkan perubahan karena mereka masih punya iman dan moral.
Ini bukan sekedar euforia dan antusiasme rakyat pada kampanye paslon AMIN (Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar). Itu jelas jauh lebih fundamental, pada perjuangan dan pengorbanan rakyat menyongsong perubahan.
Tanpa dibayar, menembus segala tantangan cuaca dan bersusah payah dalam antrian panjang, rakyat tak pernah kehilangan gairah politiknya. Menikmati kegembiraan dan semangat mewujudkan Indonesia yang lebih baik, rakyat rela berdesakan, menunggu berjam-jam mengabaikan rasa letih dan penat.
Seperti sedang dalam kerinduan pada kehadiran pemimpin Satrio Piningit yang sesungguhnya, yang mampu mengemban amanat penderitaan rakyat. Membebaskan rakyat dari angkara murka. Pasangan AMIN membawa secercah keyakinan kemaslahatan.
Rakyat Indonesia terasa menjadi tamu di negerinya sendiri. Menderita dalam kemiskinan dan kehidupan yang terus dieksploitasi demi kesejahteraan segelintir orang dan kelompok.
Sembako mahal, listrik, dan BBM mahal, pendidikan mahal, pajak dan utang berbarengan tinggi, Rakyat Indonesia sepertinya sedang merefleksikan dan memaknai perkataan Bung Karno Sang Proklamator, yang mengungkapkan “kemerdekaan tidak datang jatuh dari langit, kemerdekaan itu tidak gratis”.
Republik saat ini tak ubahnya sedang menghadapi siklus sejarah yang berulang, kembali harus menghadapi penjajahan. Ada beberapa yang membedakan, dulu menghadapi kolonialisme dan imperialisme lama, kini kita menghadapi kolonialisme dan imperialisme modern.
Dulu dijajah secara fisik, kini dijajah secara ekonomi, politik, hukum, dan kebudayaan. Dulu dijajah oleh bangsa asing, kini dijajah bangsa sendiri yang menjadi budak bangsa asing.
Rakyat Indonesia terus didera dengan kesengsaraan dan penderitaan hidup. Terjerat kemiskinan menghadapi harga Sembako yang mahal, pendidikan, dan kesehatan biaya tinggi, harga listrik dan BBM yang terus meningkat, pajak dan utang negara yang seiring sejalan semakin besar.
Kekayaan alam yang dikuras dan berdampak menjadi kejahatan lingkungan untuk demi kekayaan segelintir orang dan kelompok, merupakan kedzoliman nyata terhadap rakyat pemilik negeri. Semua kesulitan rakyat itu tak lain dan tak bukan karena ulah pemerintahan yang korup dan menindas.
Semua kebutuhan rakyat yang yang mendasar dan prinsip tak terjangkau dan melambung tinggi. Berbanding terbalik dengan harga diri pemimpin dan pejabat yang semakin turun, tergerus mental dan moralnya. Miskin etika dan tuna ahlak, begitulah kondisi para aparat yang berlindung di balik kekuasaannya.
Dalam suasana negara yang penuh kemudaratan, rakyat Indonesia tidak ada pilihan lagi, hancur sehancur-hancurnya atau berani keluar dari keterpurukan. Hidup tanpa harga diri dan kehormatan kemudian menjadi manusia pecundang yang tak berdaya, atau menggeliat untuk memperjuangkan nasibnya.
Bangkit melawan atau diam tertindas seperti slogan para pejuang. Keringat, darah, dan nyawa para syuhada pahlawan bangsa, memberi pelajaran yang tak lekang dan terhapus dalam sejarah. Rakyat Indonesia dituntut memasuki babak baru, bertarung melawan eksploitasi manusia atas manusia dan eksploitasi bangsa atas bangsa.
Koridor demokrasi dan konstitusi yang membuka peluang sekaligus ancaman telah ada di depan mata. Pada Rabu, 14 Februari 2024 akan menjadi momentum paling menentukan apakah bangsa Indonesia akan menuju fase keberadaban kehidupan sebagai sebuah negara bangsa, atau menjadi populasi ternak dan robot dari oligarki dalam kehidupan global.
Mampukah rakyat Indonesia menentukan nasibnya sendiri untuk bisa hidup dalam kebebasan, kesetaraan dan keadilan. Kehidupan tanpa intimidasi, ancaman dan teror, tanpa terkekang oleh politik sandera.
Akankah rakyat berani mengambil resiko perjuangan demi menghadirkan Indonesia yang lebih baik. Mampu mengenal makna dan hakekat dirinya, keluarga, masyarakat, dan agama dalam kehidupan negara dan bangsanya.
Pilpres 2014 yang bertepatan dengan hari kasih sayang sedunia, dapatkah menjadi energi kasih sayang bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menciptakan negara bangsa Indonesia mewujudkan adil makmur bagi semua tanpa terkecuali. Kasih sayang yang bisa diimplementasikan memanusiakan manusia, tanpa merendahkan atau menghilangkan martabatnya.
Pilpres tanpa menukar kehormatan dan kemuliaan setiap warga negara. Tanpa sembako, tanpa politik uang, dan tanpa kecurangan, karena hati dan suara rakyat tak ternilai.
Keridhoan Allah subhanahu wa ta a’la jauh lebih berarti dan dibutuhkan, dan hanya ada dalam politik jujur dan adil. Mengacu pada nilai-nilai prinsip dan universal, rakyat hanya bisa merasakan apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa dan yang menjadi amanat proklamasi Indonesia jika bisa memilih pemimpin yang memilik kapasitas dan integritas.
Pemimpin yang cakap dalam keilmuan, kerja-kerja prestasi dan ahlak mulia. Hanya pasangan AMIN yang bisa membawa, menghantarkan dan sebagus bersama harapan rakyat menuju perubahan demi Indonesia yang lebih baik.
Seluruh rakyat Indonesia, saatnya memilih dengan hati yang bersih, akal yang sadar dan niat yang baik untuk menghantarkan pasangan AMIN menjadi presiden dan wakil presiden RI periode 2024-2029.
Terlalu kecil bahkan teramat hina, menerima suap dalam bentuk yang receh, sembako apalagi diam menerima kecurangan pilpres. Tak sebanding menukar masa depan anak cucu dan nasib seluruh rakyat Indonesia dengan kepentingan sesaat dan hanya lima menit dibilik suara TPS.
Ayo selamatkan rakyat, selamatkan Indonesia, tanpa politik uang dan kecurangan, tanpa konflik, tanpa ongkos materi dan ongkos sosial yang lebih besar serta tanpa waktu berkepanjangan.
Seluruh rakyat Indonesia dengan hati melawan tirani, dengan jari mewujudkan mimpi NKRI yang lebih manusiawi. Insyaa' Allah satu putaran menang untuk AMIN, untuk pasangan yang didukung Ulama dan Habaib.
Tak ada sehelai pun daun jatuh dari pohonnya kecuali atas izin Allah. Begitu pula tak ada yang tak mungkin di hadapan Allah SWT untuk kemenangan pasangan AMIN, bahkan dalam satu putaran, betapapun rezim berkuasa dan penuh kecurangan. (*)