Dahsyatnya Aksi Buruh “Mayday Revolution”: Bakar Jokowi dan Hakim Konstitusi
Meski disadari ada pengelompokan aspirasi buruh atau serikat pekerja dengan pimpinan masing-masing seperti Andi Gani Nuwawea yang diangkat menjadi Staf Ahli Kapolri, Ketum Partai Buruh Said Iqbal yang pro Prabowo, serta Jumhur Hidayat Ketua KSPSI yang konsisten beroposisi.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
AKSI buruh 1 Mei 2024 yang dilakukan oleh berbagai elemen aksi dengan bingkai Aliansi Aksi Sejuta Buruh bertema Mayday Revolution bukan hanya berjalan lancar tetapi juga dahsyat. Di samping kelompok buruh yang beragam juga atribut yang dibawa dan baliho yang terpampang memiliki warna tersendiri. Berani dan "revolution".
Sudah pasti sasaran tinju para kaum buruh adalah Joko Widodo yang dianggap sebagai sumber kekacauan dari ketertekanan dan ketertindasan kaum buruh. Rezim Jokowi dinilai lebih memihak kepada investor dan kaum majikan ketimbang buruh atau pekerja.
Masalah upah, lama kerja, kesejahteraan dan ketimpangan pendapatan menjadi persoalan serius. Omnibus Law adalah malapetaka bagi buruh.
Berbagai poster dan spanduk dibawa peserta aksi yang berjalan long march menuju tempat inti aksi bundaran Patung Kuda.
Berbagai narasi tertuang dalam spanduk-spanduk seperti "Nepotism Kills Democracy Humanity", foto Jokowi bertuliskan "Penjahat Demokrasi Raja Nepotisme – Sumber Dari Segala Masalah", "Tangkap dan Adili Joko Widodo", "Dukung Revolusi Mayday dan Makzulkan Jokowi", poster "kebersamaan" Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, dan Prabowo Subianto, serta lainnya.
Orasi dari berbagai Mobil Komando pun terdengar tajam yang mengarah pada kecaman kebijakan politik rezim Jokowi yang menyengsarakan buruh, pembelaan kaum pekerja, seruan pelengseran Jokowi, pencabutan omnibus law dan aturan yang tidak adil, serta aksi-aksi suatu perlawanan yang berkelanjutan.
Ketua KSPSI Jumhur Hidayat sebagai "Komandan Aksi" dalam orasinya menyatakan bahwa Jokowi telah menjadi satpam oligarki yang menjadikan undang-undang sebagai pentungan kepada kaum buruh. Jokowi itu anti Pancasila dengan mengutip Qur'an tentang peredaran harta yang hanya untuk segelintir orang. Buruh harus cawe-cawe dalam urusan bangsa. Revolusi adalah canangan.
Duo baliho atau ogoh-ogoh besar dibakar menjelang penutupan aksi. Pertama, baliho foto 5 Hakim Konstitusi bertuliskan "Hakim Goblok Perusak Demokrasi" dan foto Jokowi, Ketua KPU, Ketua Bawaslu dan Anwar Usman bertuliskan "Penjahat Demokrasi".
Kedua, baliho dengan foto Jokowi yang bertuliskan "Tangkap dan Adili Joko Widodo – Penjahat Demokrasi" dilengkapi dengan narasi perbudakan Ojek Online, cabut Omnibus Law, serta hapus Presidential Threshold dan aturan melanggar demokrasi lainnya.
Meski disadari ada pengelompokan aspirasi buruh atau serikat pekerja dengan pimpinan masing-masing seperti Andi Gani Nuwawea yang diangkat menjadi Staf Ahli Kapolri, Ketum Partai Buruh Said Iqbal yang pro Prabowo, serta Jumhur Hidayat Ketua KSPSI yang konsisten beroposisi.
Tampaknya kelompok Jumhur Hidayat merupakan barisan perjuangan buruh yang terbesar.
Mayday Revolution menjadi spirit baru untuk terus menggerakkan perjuangan kaum buruh dalam membebaskan dan menyejahterakan dirinya. Gerakan buruh bukan gerakan negosiasi atau basa-basi apalagi sekedar minta dikasihani, melainkan gerakan perlawanan terhadap kezaliman majikan, pemilik modal dan penguasa bajingan. (*)