Debat Capres: Fakta Melawan Fiksi
Sepertinya Anies Baswedan paham bahwa mengendalikan lawannya dalam dialog capres dengan data dan realita, kondisi seperti ini otomatis akan mengendalikan mereka masuk dalam kendang kendalinya.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
“BELAJARLAH menciptakan cukup banyak kabut maka anda akan membebaskan diri dari pengamatan musuh yang terdidik. Anda akan mempunyai ruang bermanuver, mengetahui ke mana harus menuju, sedangkan musuh akan tersesat makin dalam kedalam kabut".
Begitu semangat ingin menang pada Pilpres 2024 dan betapa berharganya seorang anak kandungnya harus menang, maka strateginya terus dikawal dengan fiksi dan kebohongan.
Terbukti dalam debat capres muncul dialog bermuatan fakta dijawab dengan fiksi. Dalam penggalan dialog soal pencemaran udara di Jakarta Capres Anies Baswedan menjawab dengan fakta, Capres Prabowo Subianto lari ke alam fiksi.
Demikian pada jawaban Capres Ganjar Pranowo lebih suka lari ke arah fiksi dari kegagalannya mengelola pembangunan di Jawa Tengah, resiko dugaan korupsi yang terus membayanginya.
Ketika tanya jawab capres, mereka serang dengan mengganggu fokus mereka yang sudah penuh dengan pikiran fiksi untuk melemahkan mereka maka yang akan terjadi pertanyaan fakta pasti akan dijawab dengan fiksi.
Penyesatan terbaik adalah yang didasarkan pada kemenduaan mencampur fakta dengan fiksi, sehingga yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Otak dan pikirannya akan tersandera.
Rakyat ingin gagasan segar murni lahir dari gagasan dan pikiran yang jujur bahwa maju sebagai presiden adalah semata ingin bersama rakyat, untuk kepentingan rakyat dan berjuang untuk rakyat .
Otak atau pikiran yang sudah terjebak pada kemenduaan pikiran, justru yang ada dalam benaknya hanya ingin cari aman dari Oligarki. Simbolnya bahwa saya akan meneruskan program Presiden Joko Widodo, dengan berbohong secara terbuka dalam forum dialog Capres.
Tidak peduli negara dalam bahaya, rakyat terpenjara dengan dalil-dalil pembangunan investasi yang dampaknya mematikan kehidupan rakyat yang sedang kesusahan dan jatuh dalam kemiskinan.
Sepertinya Anies Baswedan paham bahwa mengendalikan lawannya dalam dialog capres dengan data dan realita, kondisi seperti ini otomatis akan mengendalikan mereka masuk dalam kendang kendalinya.
Jawaban fiksi sekalipun dibungkus mirip realita tidak akan bisa menembus realita karena realita bersifat objektif.
Seorang Capres tetap akan menguasai lawan debatnya selagi tetap bersikap jujur dengan pikiran dan gagasannya yang bersih berjuang untuk rakyat.
Siapapun tidak akan bisa menyembunyikan kebohongan dan kebodohannya hanya lewat perkataan, penampilan, nada suara, tindakan tertentu (joget-joget), semua akan sia sia. Rakyat pasti paham dan mengetahui mana kejujuran dan mana kebohongan. (*)