Desak Anies dan Slepet Imin Membuyarkan Angan-angan Istana

Kita tunggu bagaimana cerita akhir sang raja. Bagi pendukung perubahan setidaknya bergeraknya raja yang terus-menerus ini menjadi sinyal kemenangan. Desak terus Mas Anies, Slepet terus Cak Imin, agar raja segera menyerah.

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya

HAMPIR selama seminggu ini, sejak 22 hingga Januari 2024, saya sempatkan untuk ikut berkeliling melakukan sosialisasi tentang elektoral capres Anies Baswedan dan cawapres Muhaimin Iskandar, Paslon nomor urut 01.

Berbagai kalangan saya temui, di pasar Bronggalan dan Pogot Surabaya, saya menjumpai banyak pedagang yang mengeluh sepinya pembeli, karena mahalnya harga barang-barang kebutuhan pangan, hal yang sama saya juga bertemu dengan beberapa warga di Kampung Wonorejo, Kecamatan Tegalsari, Surabaya.

Rata-rata mereka juga mengeluh tentang mahalnya harga kebutuhan pangan, terutama beras. Hampir dipastikan kenaikan harga beras jenis premium mengalami kenaikan 1.000 rupiah per kilogram. Beras premium yang biasanya seharga 70.000 per 5 kilogram, kini menjadi sekitar 78.000 per 5 kilogram di tingkat pengecer.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kenaikan harga sembako menjadi salah satu dari permasalahan yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia saat ini. Rata-rata kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako) di Indonesia pada Desember 2023 naik 3,57% dibandingkan dengan November 2023.

Berdasarkan data dari BPS juga, rata-rata harga sembilan bahan pokok (sembako) di Indonesia pada Januari 2024 naik 0,56% dibandingkan dengan Desember 2023. Kenaikan harga sembako ini lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pada bulan Desember 2023 yang mencapai 3,57%.

Karena kenaikan harga barang kebutuhan itulah yang kemudian memicu terjadinya pragmatisme masyarakat menjelang pemilu yang akan dilaksanakan tanggal 14 Februari 2024. Dalam beberapa kesmepatan saya menemui ibu-ibu dan kalangan muda pemilih pertama.

Hal yang saya juga temui adalah mereka melihat apa yang akan dilakukan oleh pasangan AMIN ini bagus, mereka sepakat dengan mahalnya harga sembako itu harus diturunkan, itu artinya harus ada perubahan kebijakan dan salah satunya adalah perubahan kepemimpinan nasional.

Namun sayangnya gagasan perubahan yang dianggap bagus tersebut tergerus oleh pragmatisme masyarakat yang menghadapi persoalan kebutuhan sehari-hari, terutama kebutuhan untuk membeli bahan pangan. Kalangan menengah ke bawah lebih memerlukan sesuatu yang bisa menyelesaikan persoalannya saat ini ketimbang hal-hal yang bersifat strategis dan kebijakan yang membutuhkan waktu agak panjang.

Mereka sudah terlalu lama menderita akibat kebijakan pangan yang menyengsarakan. Itulah yang membuat mereka banyak tergantung dengan bantuan-bantuan dan pemberian-pemberian yang bersifat langsung dan mereka menjadi transaksional.

BLT dan Bansos serta politik uang, pemberian langsung uang kepada mereka yang besarannya 100 ribu rupiah, merupakan sebuah karunia yang sangat berarti, apalagi di kalangan pemula, besaran uang itu terasa sangat membantu mereka untuk kebutuhan belajarnya, setidaknya bisa membeli pulsa untuk kebutuhan komunikasi dan belajarnya.

Di Surabaya dikampung yang saya sebutkan di atas, para timses capres dan cawapres dukungan Istana dan para caleg mereka bergantian datang seolah sebagai sinterklas membawa uang dan sembako dengan syarat yang sudah ditentukan agar memilihnya dan capres dukungannya.

Sebuah strategi pragmatis namun tepat sasaran, meski itu akan merusak sendi sendi demokrasi. Bagi mereka itu tak penting, yang terpenting mereka bisa mendapatkan kekuasaan, sedang bagi masyarakat setidaknya bisa menjadi obat pereda sesaat kegetiran hidup. Dalam benak masyarakat kecil, masih ada pendapat bahwa siapapun presidennya ya mereka tetap seperti ini.

Serbuan tagline perubahan yang dipasang para relawan Amin yang antara lain perubahan itu adalah harga sembako murah, perubahan itu mendapatkan jaminan pekerjaan, perubahan itu adalah akses pendidikan gratis dan berkualitas, perubahan itu adalah subsisdi pupuk murah dan hal-hal lain yang bertujuan masyarakat kelak, bertarung dan dihadapkan pada pragmatisme penyelesaian kebutuhan saat ini. Sehingga dibutuhkan energi lebih untuk membangun kesadaran masyarakat.

Gerakan pasar murah dan operasi pasar yang dilakukan oleh relawan dan pendukung Amin, dengan layanan kesehatan gratis, bantuan penyelesaian kebutuhan belajar dan hal-hal lain yang bersifat saat ini dan langsung menjadi sesuatu yang penting untuk mengerem laju prgmatisme yang ada.

Menjelang 14 hari pelaksanaan pilpres ini, perlu juga dipikirkan oleh para pejuang perubahan untuk melakukan hal-hal taktis untuk kebutuhan strategis mengusung perubahan.

Pasangan Anies dan Muhaimin adalah pasangan yang diharapkan mampu membawa perubahan-perubahan menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera, tapi bila tidak ditunjang oleh kemampuan pendudkung dan relawan dalam melihat situasi lapangan, akan sangat merugikan gerakan perubahan ini.

Dus, gerakan dan aksi merawat akal sehat masyarakat berupa meredam sikap transaksional dan pemenuhan kebutuhan sesaat yang berdampak menyengsarakan yang sudah hampir 10 tahun ini terjadi, jangan sampai berlanjut, rakyat hanya akan jadi komoditas perahan kekuasaan dan kasat mata terjadi demi menutupi pembiayaan Kereta Cepat China, maka pemerintah akan menaikkan pajak kendaraan bermotor (PKB), sebuah kebijakan yang tidak berpihak, sebuah kebijakan yang menyengsarakan rakyat kecil.

Rakyat kecil menyubsidi orang kaya. Pengendara sepeda motor tak akan bisa menikmati layanan Kereta Cepat China yang biayanya selangit, tapi dipaksa untuk membantu dengan kebijakan yang dibuat pemerintah: menaikkan PKB roda dua.

Gerakan massif ke lapangan, ke simpul-simpul kantong masyarakat menjadi hal penting yang harus dilakukan para relawan, pendukung perubahan, gerakan itu tidak cukup hanya dengan penyadaran tapi juga disertai dengan kemampuan memenuhi kebutuhan sesaat mereka.

Gerakan-gerakan yang bersifat elektoral dan langsung menyentuh apa yang menjadi kebutuhan masyarakat harus semakin gencar dilakukan, Desak Anies dan Slepet Cak Imin adalah contoh konkrit takaran elektoral.

Kadang menyasar millenial dan mahasiswa, kadang menyasar buruh dan pekerja perempuan, ojol, tenaga kesehatan, guru, petani dan lain-lain yang bersifat kelompok kebutuhan. Relawan Amin dan pendukung bisa menjadikan Desak Anies dan Slepet Cak Imin sebagai contoh yang bisa diduplikasi dalam bentuk lain.

Desak Anies dan Slepet Cak Imin menjadi strategi membangun kesadaran masyarakat supaya memahami kebutuhan jangka panjangnya terhadap diri, bangsa dan negara, masyarakat bisa secara langsung menyampaikan persoalannya dan harapannya bila kelak pasangan ini menjadi presiden dan wakil presiden 2024. Strategi ini terbukti sangat ampuh secara elektoral membangun kesadaran untuk melawan pragmatisme yang dibangun oleh istana dan paslon dukungannya.

Inilah yang kemudian menjadikan pihak Istana marah-marah dan membabi-buta menjalankan misi mempertahankan kekuasaannya. Strategi ini mampu membuat Istana gusar, cemas, dan kabarnya Istana mulai lemah dan menyerah dengan mendekati tokoh sentral dari paslon 01.

Ibarat permainan catur, indikator lemahnya kekuasaan bila raja bergerak terus-menerus, seharusnya bila raja kuat, maka yang bergerak hanya pion atau paling tidak perdana menteri yang melindungi. Namun, ini sang raja yang bergerak kesana-kemari, raja ingin menyelamatkan diri dari skak mat lawan.

Kita tunggu bagaimana cerita akhir sang raja. Bagi pendukung perubahan setidaknya bergeraknya raja yang terus-menerus ini menjadi sinyal kemenangan. Desak terus Mas Anies, Slepet terus Cak Imin, agar raja segera menyerah.

Kini seharusnya menjadi renungan bersama bahwa kemenangan itu sudah dekat, mari kita jaga, mari kita rawat jalan menujunya dengan langkah-langkah aksi yang langsung mengena pada relung hati masyarakat. Semoga! AMIN… (*)