Gravitasi Jantung Jokowi Jebol
Karena salah sendiri tidak hati-hati selama memegang dan memiliki kekuasaan justru di akhir masa jabatannya membuka gravitasinya untuk diserang dan dihancurkan oleh rakyatnya, atau bahkan akan ambruk dengan sendirinya.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
PRESIDEN Joko Widodo terlalu percaya diri, merasa masih memiliki kekuatan yang diandalkan. Tidak menyadari ada pusat gravitasi yang menyatukan semua strukturnya tiba-tiba bisa rontok seketika.
Pusat itu bisa kekuatan, kekayaan, popularitasnya dan apa yang paling disayangi ambruk seketika. Ketika kekuatan sudah menyingkir, terbongkar kekayaannya ternyata hasil korupsi, popularitas hanya saat berkuasa dan anak yang paling disayangi, Gibran Rakabuming Raka, dijadikan tumbal nafsu kekuasaan.
Hampir semua titik gravitasi Jokowi itu mulai terkena serangan maut yang pasti tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Juga mulai muncul serangan rakyat yang cukup berani soal tipuan, kebohongannya yang selama ini dirasa bisa berjalan mulus mulai diretas di media sosial.
Akan tiba waktunya alat pelindung dan pengaman dirinya yang selama ini bisa dikendalikan, baik Polisi maupun TNI, akan menyingkir ketika tiba saatnya Jokowi yang sudah lemah dan melemah kekuasaannya tidak lagi layak untuk dilindungi.
Jokowi sepertinya kurang, dan bahkan mungkin tidak menyadari urusan naluriah kala rakyat mulai muak atas kepemimpinannya akan berbalik menjadi kekuatan yang akan menyerang dirinya. Dan ini sangat berbahaya terjadi pada akhir masa jabatannya.
Kasus Gibran akan sangat fatal sebagai pusat gravitasi yang sangat mudah diserang sebagai kelemahan yang akan meluluh-lantakkan kekuatan Jokowi dan sangat mudah semuanya akan ambruk berantakan.
Memukul langsung pusat gravitasi Jokowi sebagai penopangnya cara terbaik untuk mengakhiri semua carut-marut kepemimpinan Jokowi yang ugal-ugalan.
Penopang kekuatan Jokowi juga berada pada kekuasaannya yang hanya mengandalkan amunisi dari Oligarki dan sebagai pelayan RRC, semua akan menjadi sejarah hitam hidupnya.
Pusat gravitasi biasanya bersifat abstrak dan sangat sulit diramalkan tetapi berbeda dengan pusat gravitasinya justru dipertontonkan dengan vulgar dan terbuka sebagai sasaran perlawanan rakyat.
Jokowi saat berdiri di balik sebuah dinding yang terbuka dan akan membenturkan kepalanya ke dinding itu atau terkepung oleh perlawanan rakyat sehingga dinding pelindungnya akan roboh.
Karena salah sendiri tidak hati-hati selama memegang dan memiliki kekuasaan justru di akhir masa jabatannya membuka gravitasinya untuk diserang dan dihancurkan oleh rakyatnya, atau bahkan akan ambruk dengan sendirinya.
Semua pondasi dinding kekuatan dan gravitasnya mulai goyah dan rontok. Setiap penguasa mempunyai pusat gravitasi yang paling terdesentralisasi harus dijaga komunikasi jaringan yang rentan dari serangan. Tidak ada pembalikan terhadap prinsip ini semua akan berakhir dari dirinya sendiri.
Termasuk terlalu memaksakan diri Gibran sebagai titik serangan jantung yang sangat mematikan, semua aib Jokowi akan jebol dari gravitasi ini. (*)