Independensi Survei Litbang Kompas Dipertanyakan (Bagian 2)
Survei litbang Kompas memberi hasil yang berbeda dengan lembaga survei independen dan profesional. Kuat dugaan hal itu disebabkan petinggi Kompas yang menjadi bagian dari Partai Gerindra.
Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Freedom News
ADAPUN capres nomor urut 2 Prabowo berada di peringkat pertama dengan keunggulan elektabilitas yang signifikan dibanding dua capres lawannya, yaitu sebesar 39,7 persen.
Giring Opini
Dari paparan di atas, tampaknya yang bisa disimpulkan adalah bahwa Kompas sedang menggiring opini karena selama ini dinilai masyarakat pro anti perubahan. Karena itu, dengan menyatakan ada telepon dari Jenderal Bintang Tujuh itu, seolah-olah hasil survei Litbang Kompas itu diintervensi.
Padahal, Kompas sendiri tidak bisa menunjukkan siapa “JB7” yang meminta hasil surveinya yang dimuat sebagai hasil Litbang Kompas. Jika ingin “cuci nama” itu sebaiknya jadilah oposisi murni. Jangan coba sembunyi di balik telepon JB7.
Karena, jejak digital sulit dibantah bahwa selama Kompas dipegang oleh Ninuk Mardiana Pambudy sebagai Pemimpin Redaksi Harian Kompas yang berakhir pada Rabu, 29 April 2020, digantikan oleh Sutta Dharmasaputra,
Pada Januari 2019, semasa kampanye Pilpres 2019, Ninuk kedapatan sedang jalan bersama Capres Prabowo Subianto di sebuah lapangan hijau, dengan latar belakang sejumlah sapi perah, dan bukit hijau.
Foto itu diambil dari tayangan Indosiar yang menyiarkan wawancara khusus dengan Capres Prabowo di peternakan sapi miliknya di Hambalang, Bogor.
Seorang netizen yang dikenal sebagai pendukung garis keras Jokowi, @yusuf_dumdum mentwitt : Selamat Pagi, Melihat gestur foto ini@prabowo memang cocok jadi tuan tanah jadi #Guelngin Presidennya tetap @Jokowi.
Status itu kemudian di retwit oleh @renepatti : Sejak kapan Pemred @ninuk_pambudy di masa-masa kampanye pilpres nempel di salah satu calon….nanti semboyannya berubah menjadi “Amanat Nurani Hati 02” siapa yang bertanggung jawab.
Akun @Ninuk_pambudy menjawab sambil melampirkan fotonya bersama Presiden Jokowi dan para petinggi Kompas lainnya : Ini bagian dari menjaga independensi karena pada Januari 2019 sudah bertemu Joko Widodo.
Jawaban Ninuk dijawab kembali oleh @renepatti : That was not the point…..bukan tugas pemred utk jaga independesi dg pres/capres….Steve Jobs punya ungkapan bagus: If you want every one happy dont be a leader. Sell Ice Cream!!!! capiche???
@ninuk_pambudy : Terima kasih masukannya. Tiap orang punya jalannya sendiri. Dan saya yakin, saya tidak sedang jualan es cream.
Dengan menyimak berbalas pantun antara Ninuk Pambudi dan Rene Pattirajawane ini, setidaknya kita bisa menyimak dinamika dan pergumulan politik internal Kompas sebagai sebuah media massa.
Tidak perlu heran ketika melihat Ninuk berjalan bersama Prabowo, dia langsung bereaksi. Tapi, sebaliknya kita tidak pernah mendengar ada protes ketika Ninuk bersama para petinggi Kompas bertemu Jokowi.
Dari foto yang disertakan Ninuk disertai keterangan mereka bertemu Jokowi pada Januari 2019, berarti sudah masuk kampanye. Selain presiden, Jokowi sudah menjadi capres.
Artinya kalau Ninuk dipandang tidak elok bertemu Prabowo, protes yang sama juga seharusnya dilakukan pada saat para petinggi Kompas bertemu Jokowi.
Ninuk adalah putri mantan Mensesneg (alm) Moerdiono ini belum lama menjadi Pemred Kompas. Suaminya DR Ir Rachmat Pambudy adalah mantan Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Organisasi petani yang cukup lama dipimpin oleh Prabowo.
Banyak yang berharap dengan diangkatnya Ninuk menjadi Pemred Kompas, kebijakan redaksi koran tersebut menjadi lebih berimbang. Ninuk bukan wartawan politik. Dia selama ini banyak meliput masalah fashion dan gender.
Selama ini Kompas selain dikenal sangat berpihak kepada penguasa, juga dianggap memusuhi umat Islam.
Sorotan keras terhadap Kompas muncul ketika mereka tidak memberikan porsi pemberitaan yang layak saat berlangsung Reuni Akbar Alumni 212 di Monas (2/12/2018). Kompas hanya memuatnya di halaman dalam dengan porsi yang sangat kecil. Pemberitaan Kompas juga sering tidak seimbang terhadap paslon 02 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.
Ribut-ribut yang dipicu oleh Rene Pattirajawane ini menguak bagaimana sebenarnya cara berpikir kebanyakan wartawan Kompas. Mengaku menjunjung tinggi kebebasan dan independensi pers, tapi di satu sisi selalu sinis terhadap kelompok yang dianggap berseberangan dengan mereka.
Survei litbang Kompas memberi hasil yang berbeda dengan lembaga survei independen dan profesional. Kuat dugaan hal itu disebabkan petinggi Kompas yang menjadi bagian dari Partai Gerindra.
Bahkan terdapat hubungan darah dengan salah satu calon menteri yang diumumkan Prabowo Subianto.
Ninuk Mardiana memiliki suami bernama Rachmat Pambudy. Adapun Rachmat, tidak lain pernah menjabat Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ketika Prabowo adalah Ketua HKTI periode 2010-2015.
Di sinilah kedekatan Rachmat Pambudy dan Prabowo terlihat lebih jelas. Bahkan semakin jelas saat Rachmat Pambudy disebut sebagai calon menteri pertanian dari Partai Gerindra pada 2011.
Jabatan Menteri yang diperoleh Rachmat karena dia merupakan tim perumus ekonomi kerakyatan yang digadang oleh Prabowo Subianto. Rachmat Pambudy bergabung dalam Institut Garuda Nusantara bersama Endang S Thohari, Widya Purnama, dan Rauf Purnama.
Di samping itu, Rachmat Pambudy juga seorang politikus Partai Gerindra. Ia merupakan salah satu pakar energi dan pangan untuk paslon Prabowo – Sandi dalam Pilpres 2019. Dari sini, sudah jelas hubungan antara petinggi Kompas dengan kubu Prabowo.
Tampaknya, meski kini Ninuk tak menjabat lagi sebagai Pemred, pengaruhnya terhadap Litbang Kompas masih berjalan. (*)