Janji Prabowo Bukanlah Janji Jokowi?

Keseriusan Prabowo dengan janjinya bisa dilihat dari pidato yang dia sampaikan dan membawa seluruh kabinetnya ke Akmil Magelang. Prabowo ingin menyampaikan pesan bahwa kesetiaan dan kedisiplinan adalah kunci kesuksesan. Kesetiaan itu pada negara, pada Merah Putih.

Oleh: M. Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya

KETIKA seorang pemimpin mengucapkan janji, rakyat berhak menagihnya sebagai kontrak moral. Selama ini, janji Presiden Joko Widodo kerap dipertanyakan banyak pihak, terutama kebijakan dan sikap politiknya yang sering dinilai lebih berpihak kepada kepentingan oligarki daripada rakyat.

Berbagai janji tentang kemakmuran dan keadilan seolah menguap, tergantikan oleh kebijakan yang dirasa lebih menguntungkan segelintir elite kekuasaan.

Alhasil, kepemimpinan Jokowi kerap dipandang hanya melanggengkan kepentingan kelompok tertentu, sehingga janji-janji yang dulu disampaikan dengan semangat dianggap tidak konsisten dalam pelaksanaannya.

Janji memproduksi mobil nasional Esemka sampai akhir masa jabatannya tak kunjung ada, janji di kantongnya ada uang 11 triliun rupiah, ternyata hanya ilusi belaka, dan banyak janji yang tak bisa dia tepati, sementara rakyat sudah banyak berharap.

Di sisi lain, Prabowo Subianto, sosok yang dikenal patriotik, muncul dengan janji yang membawa harapan baru. Dengan latar belakang militer dan pemahaman mendalam tentang arti menjaga kehormatan bangsa, Prabowo memahami bahwa janji bukanlah sekadar hanya retorika, melainkan tanggung jawab yang harus ditepati.

Sebagai seorang patriot, Prabowo Subianto menekankan komitmennya untuk mengurus pendidikan, memberantas korupsi, dan mensejahterakan rakyat sebagai prioritas utama. Janjinya bukanlah janji yang kosong atau kata-kata manis semata. Bagi Prabowo, sumpah dan janji adalah kehormatan yang tidak boleh ia khianati.

Cukup banyak janji-janji yang sudah dilemparkan oleh Prabowo, diantaranya kesejahteraan guru, masyarakat, makan bergizi gratis bagi anak sekolah, pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme dan janji-janji lain yang menjadi amanah konstitusi.

Namun, janji-janji besar ini tidak akan berarti apa-apa tanpa langkah konkret dan terukur sejak awal kepemimpinan. Program seperti makan siang bergizi gratis, misalnya, adalah langkah sederhana namun sangat berarti dalam meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia, terutama di sekolah dasar dan menengah.

Program ini bukan sekadar memberi makan, tetapi wujud nyata keberpihakan pada pendidikan dan kesehatan generasi penerus bangsa.

Dengan memanfaatkan bahan pangan dari petani lokal, program ini juga dapat mendukung ekonomi lokal dan mengangkat kesejahteraan mereka – sesuatu yang dibutuhkan jika Prabowo ingin berbeda dari Jokowi.

Begitu pula dengan janji mensejahterakan guru, yang menjadi garda depan pendidikan. Menjamin kesejahteraan finansial dan kapasitas mereka yang akan memperbaiki kualitas pendidikan secara keseluruhan. Janji pendidikan Prabowo hanya akan bermakna jika dimulai dengan memberikan penghargaan dan kehidupan layak kepada guru.

Dalam pidato pertamanya sebagai presiden, Prabowo harus tegas menyampaikan komitmennya dalam pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Semangat reformasi yang dulu kita perjuangkan, namun tampak surut di era Jokowi, harus dikembalikan dengan langkah nyata dan tak kenal kompromi.

Prabowo harus menyatakan bahwa di bawah kepemimpinannya, KKN tidak akan memiliki tempat di negeri ini.

"Di bawah kepemimpinan saya, korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak akan lagi memiliki tempat di negeri ini. Saya tidak akan pernah kompromi terhadap siapapun yang merusak kepercayaan rakyat dengan menyalahgunakan jabatan dan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau kelompok."

Prabowo harus memperkuat lembaga antikorupsi yang independen dan mendukung penuh untuk penegakan hukum tanpa intervensi politik.

Tidak akan ada politisasi hukum, dan tidak ada perlindungan bagi siapapun yang terlibat dalam tindakan korupsi. Siapapun yang terbukti menyalahgunakan kekuasaan akan ditindak tegas, tanpa pandang bulu. Ini akan menjadi bukti nyata bahwa janji pemberantasan KKN bukanlah sekadar retorika politik.

Selain itu, kesejahteraan rakyat secara keseluruhan juga harus diprioritaskan, dengan langkah nyata seperti pemberian subsidi yang tepat sasaran, pemberdayaan usaha mikro, serta jaminan harga kebutuhan pokok yang stabil dan terjangkau. Semua ini adalah bukti konkret, janji kesejahteraan rakyat yang ia canangkan bukan sekadar janji kosong.

Dengan membuktikan komitmennya pada program makan siang bergizi gratis, kesejahteraan guru, pemberantasan KKN, dan kesejahteraan masyarakat, Prabowo dapat menunjukkan bahwa janjinya bukan sekadar retorika, melainkan janji seorang pemimpin yang berintegritas.

Janji Prabowo bukanlah janji Jokowi yang kerap dianggap penuh kepalsuan; ini adalah janji seorang patriot yang teguh pada nilai-nilai dan bersedia berjuang demi kepentingan rakyat.

Jika ia berhasil, Prabowo dapat menjadi sosok pemimpin yang konsisten, yang tidak hanya sekadar mengumbar janji, melainkan mewujudkan janji tersebut untuk membawa perubahan yang dirasakan langsung oleh rakyat.

Keseriusan Prabowo dengan janjinya bisa dilihat dari pidato yang dia sampaikan dan membawa seluruh kabinetnya ke Akmil Magelang. Prabowo ingin menyampaikan pesan bahwa kesetiaan dan kedisiplinan adalah kunci kesuksesan. Kesetiaan itu pada negara, pada Merah Putih.

Rakyat kini hanya menunggu keseriusan itu agar semua janji janji konstitusi bisa ditunaikan, semoga saja janji yang disampaikan oleh Prabowo bukanlah janji Jokowi. (*)