JIS Menjadi Saksi Pamungkas Gerakan Perubahan
Komitmen dan keyakinan rakyat untuk memilih paslon 01 akan sangat diharapkan. Makanya dengan mengucap apabila janji sudah diucapkan, menjadikan Amin sebagai presiden, maka selanjutnya kita serahkan kepada Allah.
Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
RANGKAIAN kampanye pasangan Mas Anies (Anies Baswedan) dan Cak Imin (Muhaimin Iskandar) atau AMIN, paslon nomor 01 akan dipungkasi dalam Kampanye Akbar, 10 Februari 2024, di Stadion yang merupakan karya anak bangsa semasa Anies menjadi Gubernur DKI, JIS-Jakarta International Stadium.
Stadion yang kabarnya termasuk 10 terbesar di dunia dan terbesar ke-7 di Asia, dengan kapasitas sekitar 82.000 penonton, akan menjadi saksi kecintaan rakyat pada perubahan, terhadap pasangan Anies dan Muhaimin, paslon capres – cawapres nomor urut 01.
Jakarta International Stadium bukan sekadar stadion megah. Di balik kemegahan arsitekturnya, JIS menyimpan makna simbolis yang mendalam. Stadion ini menjadi bukti nyata kepercayaan rakyat terhadap kepemimpinan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Anies – Muhaimin memiliki visi dan misi yang sejalan dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Anies, dengan visinya "Maju Kotanya, Bahagia Warganya", fokus pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Sedangkan Muhaimin, dengan misinya "Membangun Desa Mencerdaskan Bangsa", fokus pada pemberdayaan desa dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Pembangunan JIS menjadi titik temu visi dan misi kedua pemimpin ini.
JIS menjadi daya tarik tersendiri selain sebagai tempat penyelenggaraan pamungkas kampanye akbar perubahan AMIN. Betapa tidak, pendaftaran yang dibuka secara online ternyata dalam waktu beberapa menit sudah terdaftar sekitar 3.5 juta orang.
Belum lagi mereka yang datang berbondong-bondong dari daerah-daerah di Indonesia. Mereka tak ada yang mengkoordinir, mereka berangkat ke Jakarta dengan biaya sendiri, dan bahkan kabarnya seminggu terakhir ini hotel-hotel di Jakarta sudah mulai penuh.
Gairah perubahan yang diharapkan masyarakat telah menjadi gelombang besar yang sulit untuk dibendung lagi. Inilah yang kemudian membuat Istana menjadi gelisah, kini survei abal-abal dan gempuran sembako mulai digelontorkan di daerah-daerah, terutama di kalangan masyarakat desa.
Isu bahwa perubahan yang digaungkan AMIN tersebut bakal merubah semua bantuan terhadap masyarakat kecil akan dihapuskan kencang dihembuskan, bahwa Anies ditunggangi kaum intoleran dan fitnah serta berita bohong, semakin gencar dihembuskan. Guyuran sembako berlabel bantuan paslon padahal menggunakan dana negara tak lagi malu digaungkan. Istana sudah kehilangan akal moral dan etik bernegara.
JIS akan menjadi saksi tumbangnya tirani kekuasaan yang dikendalikan oleh oligarki. Sepertiga orang yang mengusai negara dengan cara-cara kotor dan tak beradap itu kini dibuat cemas dan gelisah. Ibarat sebuah medan perang, JIS adalah benteng penyerangan yang akan menjadi tempat berkumpulnya para pejuang yang ingin menyelamatkan dan memerdekakan NKRI dari cengkraman Istana yang dikuasai oleh pemerintahan jahat dan pengusaha culas.
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Anies dalam debat terakhirnya, yang menunjukkan jam dan yang berputar, inilah saatnya perubahan dilakukan. Bertemunya lautan manusia pencinta NKRI saat kampanye akbar 10 Februari 2024 di JIS besok, adalah penegas dimulainya peperangan perebutan kekuasaan untuk memerdekakan Indonesia.
Suasana menjelang 10 Februari 2024, kampanye akbar, seolah menjadi sejarah yang berulang saat kemerdekaan Indonesia akan diproklamirkan di lapangan Ikada, ada gairah masyarakat Indonesia untuk merdeka dan mengusir penjajah.
Rakyat dari berbagai pelosok Indonesia berusaha hadir menjadi saksi dan bagian dari gerakan itu. Hal itu juga yang terjadi pada para pendukung perubahan, mereka hadir dengan berbagai cara agar bisa sampai ke Jakarta dan hadir di JIS.
Halangan dan intimidasi pun tak jarang mereka hadapi, mulai dari larangan kendaraan yang akan ditumpangi, dibatalkannya sewa bus pengangkut sepihak dan bahkan dihalau untuk kembali agar tidak sampai ke Jakarta, namun bagi mereka, kecintaan terhadap pasangan AMIN itu dan harapan mereka akan perubahan tak meyurutkan niat mereka.
Ada yang berjalan kaki, ada yang bersepeda, ada yang naik motor, ada pula yang naik kendaraan pribadi, kereta api dan bahkan menggunakan pesawat, hanya satu niat mereka, menjadi saksi dan terlibat dalam gerakan perubahan ini.
Anies Basweadan dan Muhaimin Iskandar kini menjadi magnet dan lokomotif terjadinya gerakan perubahan ini, sehingga ada sebuah keharusan bagi siapapun masyarakat Indonesia yang ingin adanya perubahan menjadikan Indonesia yang lebih adil, makmur, sejahtera, damai dan beradab, berada dalam barisan perubahan itu.
JIS bukan sekadar stadion. Di balik kemegahannya, JIS menyimpan makna simbolis yang sangat mendalam. Stadion ini akan menjadi bukti nyata kepercayaan rakyat terhadap kepemimpinan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
JIS adalah simbol kolaborasi, sinergi, kinerja, prestasi, dan kepercayaan. JIS adalah bukti bahwa Anies dan Muhaimin mampu bekerja sama dan menghasilkan karya nyata untuk rakyat.
JIS juga menyimpan makna simbolis yang mendalam. Stadion ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang gerakan perubahan yang digagas oleh Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. JIS ini adalah simbol kolaborasi, kemajuan, harapan, dan inspirasi. JIS adalah bukti nyata bahwa fakta perubahan itu nyata dan dapat dicapai.
Jutaan orang yang berkumpul di JIS pada tanggal 10 Februari 2024, adalah air bah yang akan menjadi gelombang perubahan dan akan membanjiri istana, sehingga untuk memastikan aliran air agar bisa masuk Istana, maka gelombang menjadikan paslon nomor urut 01, AMIN tersebut harus diperjuangkan memenangkan pilpres 2024.
Komitmen dan keyakinan rakyat untuk memilih paslon 01 akan sangat diharapkan. Makanya dengan mengucap apabila janji sudah diucapkan, menjadikan Amin sebagai presiden, maka selanjutnya kita serahkan kepada Allah.
Menangkan AMIN, menangkan perubahan, dan ini akan menjadi kemenangan rakyat dan Indonesia. Its time to change. Rebut kembali kemerdekaan Indonesia. (*)