Jokowi Acak-acak Golkar Karena Airlangga Tolak Kaesang di Jakarta?

Tampaknya Jokowi merasa tidak aman setelah tidak berkuasa lagi? Sehingga perlu mengacak-acak Golkar dan Partai lainnya untuk membangun kekuatan di Parlemen agar tetap mendapat dukungan Senayan, jika setelah tidak berkuasa ada tekanan Rakyat untuk adili Jokowi dan keluarganya?

Oleh: Muslim Arbi, Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu

ISU kuat berkembang kini, Joko Widodo marah besar karena Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar menolak memberi rekomendasi kepada Kaesang Pangarep, putera bungsu Jokowi yang juga Ketum PSI sebagai Cagub/Cawagub di Daerah Khusus Jakarta (DKJ).

Akibatnya Jokowi marah besar sehingga ia mainkan jurus perintahkan Jaksa Agung Sanitiar (ST) Burhanuddin agar periksa dan tahan Airlangga. Airlangga pun memilih mundur.

Di internal Golkar berhembus komposisi pimpinan Golkar dengan pemaksaan Munaslub pada 20 Agustus mendatang.

Yakni: Bahlil Lahadalia: Ketum, Waketum: Bambang Soesatyo, Sekjen: Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Bendara: Wisnu Wardana, dan Ketua Dewan Pembina Joko Widodo atau Gibran Rakabuming Raka.

Munaslub yang dipaksakan dalam waktu dekat ini ditolak oleh para sesepuh Golkar seperti Agung Laksono, Jusuf Kalla, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Akbar Tanjung. Mereka menghendaki Munaslub diselenggarakan bulan Desember, setelah pemerintahan Jokowi selesai masa jabatannya.

Memang ada isu puteranya Ginanjar Kartasasmita, Agus Gumiwang, juga incar kursi Ketum Golkar, bahkan rumor berkembang mantan pejabat era Pak Harto itu sudah beretemu dengan Jokowi. Bisa jadi jika Bahlil gagal dijadikan Ketum Golkar, Agus Gumiwang dapat direstui Jokowi? Asal nurut apa kata Jokowi?

Manuver Jokowi obok-obok Golkar ini mengingatkan publik pada beberapa waktu lalu, ada upaya untuk ambil alih PDIP, Demokrat oleh Jokowi dengan berbagai cara dan gunakan berbagai orang. Bahkan belakangan ini gonjang-ganjing antara PBNU dan PKB, ada tangan Jokowi yang bermain? Karena Jokowi juga mau akuisisi PKB?

Jika semua cara itu digunakan Jokowi jelang habis masa jabatannya. Prabowo Subianto perlu juga waspada atas manuver Jokowi ini.

Bisa jadi dengan cara acak-acak Golkar dan mau mengakuisisi PKB juga, Jokowi ingin menguasai Senayan (DPR) setelah loloskan Anaknya sebagai Wapres.

Tidakkah semua cara Jokowi itu untuk mengurung Prabowo dan memuluskan Gibran agar sewaktu-waktu dapat menggantikan Prabowo?

Tampaknya Jokowi merasa tidak aman setelah tidak berkuasa lagi? Sehingga perlu mengacak-acak Golkar dan Partai lainnya untuk membangun kekuatan di Parlemen agar tetap mendapat dukungan Senayan, jika setelah tidak berkuasa ada tekanan Rakyat untuk adili Jokowi dan keluarganya?

Apakah dengan dihantui rasa takut demikian, sehingga Jokowi gunakan berbagai cara untuk cari selamat, termasuk acak-acak Partai Golkar? Wallahu'alam. (*)