Jokowi Penyesat Yang Tersesat

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) persis badut larut, linglung dalam permainan ketika kebenaran, ilusi dan fantasi ketiganya tak mungkin bisa dibedakan dalam cermin semu sebagai realita. Celaka negara pertaruhkan sebagai mainannya.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

TIDAK ada seorangpun yang mungkin bertahan tanpa kemampuan untuk melihat atau memahami apa yang terjadi di sekelilingnya. Seseorang cenderung menafsirkan apa yang mereka lihat.

Selalu terjadi apa yang mereka lihat atau ketahui hanyalah hasrat dari penguasa, mengarang realita untuk menipu, maka yang terjadi adalah "penyesatan".

Joko Widodo adalah Penyesat dan penyesatan terbaik adalah didasarkan pada kemenduaan yang mencampur fakta dan fiksi, keduanya sulit dibedakan dari yang lain. Jokowi leluasa mengendalikan antara persepsi dan realita, atas bantuan para ahli yang mengelilingi dan mengendalikannya.

Ketika membungkus kebenaran selalu didampingi oleh pengawal kebohongan. Setiap hari rakyat dihadapkan pada kebohongan seolah-olah sebuah kebenaran.

Betapa dahsyatnya Jokowi terus-menerus yang menyamarkan sasaran melelang negara, dengan mendalilkan untuk kesejahteraan rakyat.

Jokowi yang tidak lebih hanya boneka semakin paranoid bekerja berlebihan, imajinasi semakin liar dengan strategi penyesatan sebagai senjata andalan dan keunggulannya.

Ada fenomena gerakan aktivis perlawanan terseret pada strategi penyesatannya yang diperdayai, berdemo memakan waktu berhari-hari, energi dan sumber daya kekuatan rakyat tidak berbekas tanpa hasil efek jera, karena tidak bergerak mengerang pada sumbu atau sumber pelaku atas penyesatannya.

Bahkan Jokowi hanya menganggap sebagai riak gelombang kecil yang telah masuk dalam perangkapnya.

Penyesatan yang diciptakan Jokowi mirip realita. Ada cermin semu disesuaikan dengan hasrat, nafsu dan dimainkan sesuai keinginan hedonis pimpinan partai dan anggota dewan perwakilan rakyat di Senayan sebagai buser partai, semua membebek tunduk dalam kendalinya.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) persis badut larut, linglung dalam permainan ketika kebenaran, ilusi dan fantasi ketiganya tak mungkin bisa dibedakan dalam cermin semu sebagai realita. Celaka negara pertaruhkan sebagai mainannya.

Fungsi konstitusi, moral dan etika bernegara sudah menjadi sampah, di hampir semua lini pejabat pengelola negara. Bahkan, harga diri bangsa sudah ditaruh di pantatnya.

Semua penampilan, kamuflase, pola hipnotis dan informasi semu serta bayang-bayang Jokowi pada Prabowo Subianto (siap meneruskan programnya) akan terkuak dengan jelas. Karena seorang yang penyesat atau perilaku penyesatan, pelakunya semaksimal mungkin akan berusaha, berpenampilan dan bersikap seolah-olah lurus dan jujur.

Inti penyesatan yang dilakukan Jokowi adalah memanipulasi, mendistorsi bahwa mereka sedang mengelola dan mengendalikan negara pada jalur yang benar, ketika carut-marut negara sudah di tepi jurang. (*)