Kidung Bijak Seorang Jenderal
"Mungkinkah negara ini akan dikembalikan dari kegelapannya, setelah melewati kehancurannya secara total sebagai pelajaran bagi para pemimpinnya yang sudah lengah dari wewaler para pejuang pendiri bangsa ini".
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
MALAM tiba setelah melewati masa senja, redup, temaram akhirnya datang situasi gelap. Ini adalah siklus alam menggambarkan tahapan berbeda di malam hari saat matahari terbenam dan kegelapan turun.
Senja adalah periode waktu menjelang malam tiba ketika langit masih agak terang, namun matahari telah menghilang di bawah cakrawala. Hal ini sering ditandai dengan cahaya redup dan lembut. Ini adalah titik di mana kegelapan mengambil-alih.
Senja mengajarkan bahwa menanti itu tidak mudah, berjuang pun juga sama susahnya. Apalagi harus berjuang menunggu seseorang dalam ketidakpastian.
Siklus bergantian alam tak perlu berjanji untuk datang dan kembali. Dia hanya butuh waktu untuk menepati. Karena dia sudah tahu, menghindari bukan berarti menyelesaikan segala harapan. Tapi kegelapan bisa jadi peringatan untuk menguji sebuah kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan YME.
Dari situlah keadaan dan nasib harus diterima semua dari dirinya sendiri yang berpacu dengan waktu. "Demi waktu manusia dalam kerugian kecuali yang selamat karena tetap setia menempuh jalanya Sang Pencipta".
Demikianlah kehidupan negara akan selamat atau hancur. Terlalu sederhana menumpahkan kegelapan negara pada sebab lain sekedar membela diri, toh akhirnya temaram lenyap di alam kegelapan
Merintih bahkan menangis pun akan sia-sia, ketika sudah di alam kegelapan. Negara tak tahu lagi arah karena tak memiliki kompas kehidupan. Semua terjadi karena dirinya sendiri atau karena pemimpin yang pongah, sombong, bodoh dan buta sejarah perjalanan bangsa dan negaranya.
Tidak paham alam akan berganti sesuai kodratnya. Demikianlah negara akan jaya atau hancur dalam menapaki sejarah kehidupannya.
Sesuai kehendak alam sering terjadi kebaikan kehidupan suatu kaum akan datang setelah generasi sebelumnya dihancurkan karena congkak, "bahkan Tuhan pun sudah tidak ditakuti, dihancurkan dulu untuk bisa keluar dari kegelapan nya".
"Sore hari di dalam situasi yang hening di lingkungan kampus tua UGM, muncul "Kidung Kebajikan" dari seorang Jenderal sepuh yang diyakini telah merasakan betapa negeri telah dihancurkan oleh generasi yang buta sejarah para pejuang yang telah berlimpah/bergelimang darah memperjuangkan kemerdekaan negara, bergumamlah dari perasaannya yang terdalam".
"Mungkinkah negara ini akan dikembalikan dari kegelapannya, setelah melewati kehancurannya secara total sebagai pelajaran bagi para pemimpinnya yang sudah lengah dari wewaler para pejuang pendiri bangsa ini".
Senandung bijak tersebut di atas ditutup dengan doa keselamatan oleh seorang guru besar yang menyandang seorang alim, diamini mantan Rektor UGM yang telah memberikan pencerahan dalam kontemplasi hampir lima jam saling tukar-menukar pikiran membaca situasi negara yang makin gelap gulita. (*)