Kudeta di Tubuh Partai Golkar
Di tubuh Golkar masih ada tokoh lama yang sangat paham sejarah ke mana Golkar harus berlayar, mengembalikan kompas jalannya Golkar. Akan mampu menyelamatkan Partai Golkar atau ikut larut tenggelam di dalamnya.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
KEKUATAN kudeta menggunakan buldoser Kejaksaan Agung sudah berhasil mendongkel Airlangga Hartarto mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Kasus hukum sengaja dipakai untuk mencapai target kursi Ketua Umum.
Kejaksaan Agung dipakai untuk menuju skenario selanjutnya dalam mempercepat pelaksanaan Musyawarah Nasional Partai Golkar, dan suksesnya kudeta partai Golkar akan mundur.
Tidak mungkin selanjutnya akan digunakan sebagai perangkap hukum para petinggi Partai Golkar, karena tidak semua tokoh Partai Golkar punya kasus hukum dan bukan pemilik suara yang akan menentukan kemenangan merebut jabatan Ketua Umum Partai Golkar.
Hampir dipastikan skenario lanjutannya adalah menggunakan kekuatan Barongsai berkemampuan Angpao sebagai amunisi pemungkanya, akan persis sama dengan kekuatan yang digunakan saat pemenangan Pilpres 2024 lalu.
Isu yang terpantau, "Angpao* yang dibutuhkan setelah dirinci (sementara) untuk: 600 utusan DPD II, 34 DPD I, 6 Faksi di DPP, pengganti Ketum yang dikudeta, pelaksanaan Munaslub dan dana pemenangan untuk pemilu/Pilpres 2029 mencapai angka total sekitar = Rp 8,04 triliun.
Angka tersebut terlalu peka untuk ditampilkan rinciannya, karena masih dinegosiasi antar pihak yang terlibat untuk suksesi kudeta yang sedang berjalan.
Akan muncul protes tentang rambu-rambu seseorang tidak bisa menduduki jabatan Ketua Umum sebelum pernah menjadi pengurus hanyalah kendala kecil. Jangankan hanya AD/ART, UU saja bisa diubah sesuai kehendak penguasa.
Indikasi kuat Gibran Rakabuming Raka yang akan diposisikan sebagai Ketua Umum Partai Golkar karena alasan politik bahwa:
Gibran harus menjadi Ketua Umum partai Golkar; Mengamankan lancarnya suksesi dinasti Jokowi; Mengamankan Jokowi paska lengser dari kekuasaannya; Menangkal kekuatan Prabowo Subianto yang dirasakan Jokowi akan ingkar janji;
Gibran tidak akan memiliki kekuatan apa-apa sekalipun menjadi Wapres Terpilih tanpa kekuatan partai politik besar; Memperlancar Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang sedang dibangun.
Pergolakan politik di Golkar sangat kasar bukan datang dari internal partai Golkar tetapi kudeta dari luar. Dalam sejarah partai Golkar baru kali ini terjadi.
Kudeta Ketua Umum Partai Golkar saat ini bukan terjadi karena perebutan di internal partai Golkar, melainkan direbut secara paksa oleh penguasa atau orang powerfull.
Di tubuh Golkar masih ada tokoh lama yang sangat paham sejarah ke mana Golkar harus berlayar, mengembalikan kompas jalannya Golkar. Akan mampu menyelamatkan Partai Golkar atau ikut larut tenggelam di dalamnya.
Semua skenario kudeta sedang berjalan, nasib apa yang akan menimpa Partai Golkar, waktu yang akan menjawab dan membuktikan. Akan jaya atau akan hancur. (*)