Masihkah Prabowo Akan Tetap dalam Bayang-bayang Jokowi?

Apakah bayang-bayang Jokowi akan terus menghantui langkahnya menuju kursi kepresidenan? Atau akan tiba saatnya Prabowo menemukan pijakannya sendiri, membebaskan diri dari pengaruh yang telah lama membatasi?

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Penasehat Boemi Poetera Indonesia Jawa Timur, Tinggal di Surabaya

DI balik tirai tebal perpolitikan Indonesia, ada pertemuan yang berbisik tentang arah masa depan bangsa. Sebuah pertemuan yang mungkin tampak biasa di permukaan, namun memicu tanda tanya besar dalam benak pikiran rakyat: Apakah Prabowo Subianto masih berjuang dalam bayang-bayang Joko Widodo?

Pramono Anung, Puan Maharani, dan Prabowo Subianto – tiga tokoh besar yang berkumpul dalam satu ruang. Di balik senyum diplomatis dan jabat tangan hangat mereka, ada percakapan yang lebih dalam dari sekadar formalitas politik. Sebuah momen yang membuat rakyat bertanya-tanya, apakah ini pertanda koalisi yang tak terpisahkan, atau malah simbol sebuah permainan yang jauh lebih rumit?

Prabowo, yang dulu menjadi rival Jokowi dalam dua Pilpres yang panas, kini berada dalam posisi yang tak pernah dibayangkan oleh banyak orang – sebagai salah satu tangan kanan Jokowi di kabinet.

Kepemimpinan Jokowi yang begitu kuat selama dua periode tampaknya menjadi bayang-bayang yang sulit untuk dihindari oleh Prabowo. Meski dia memiliki sejarah panjang dan ambisi besar untuk memimpin bangsa, kerjasama dalam pemerintahan ini memunculkan pertanyaan: Apakah Prabowo sedang melangkah menuju istana, atau justru semakin jauh dari jalannya?

Pertemuan ini, yang juga dihadiri oleh Puan Maharani, memperkuat spekulasi. Puan, yang berada di bawah bayang-bayang Megawati, ibu sekaligus penguasa PDIP, tampaknya memiliki peran penting dalam menentukan nasib koalisi dan hubungan antara PDIP dan Gerindra.

Di tengah percaturan kekuasaan, apakah Prabowo akan memilih jalannya sendiri, atau harus tetap mengikuti alur yang ditentukan oleh Jokowi dan PDIP?

Badai tsunami informasi datang dari sebuah akun dengan nama Fufufafa yang diduga berkaitan dengan Gibran Rakabuming Raka sang wakil presiden terpilih diungkap oleh publik.

Dalam akun tersebut banyak menyerang Prabowo dan keluarganya semakin menguatkan dugaan pertemuan itu akan ada sesuatu yang penting pada pemerintahan Prabowo Subianto, mantan rival politik Jokowi, kini duduk di kursi penting kabinet sebagai Menteri Pertahanan dan akan segera dilantik menjadi presiden sedang Gibran akan menjadi wakilnya.

Bagaimana kelak hubungan antara keduanya? Hubungan antara dua mantan rival ini memang tidak selalu harmonis. Sejarah mencatat bagaimana pada masa lalu, Prabowo sering kali menjadi sasaran serangan, baik secara langsung maupun melalui medium lain.

Salah satu yang mencuri perhatian adalah akun Fufufafa, sebuah akun media sosial anonim yang kerap menyerang Prabowo dengan kritik tajam.

Akun ini menjadi sorotan karena diduga memiliki kaitan dengan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi yang akan menjadi wakilnya Prabowo dalam pemerintahan.

Dugaan keterlibatan Gibran, meskipun tidak pernah secara resmi dikonfirmasi, menambah lapisan kerumitan dalam hubungan antara Prabowo dan lingkaran Jokowi. Serangan yang dilakukan oleh akun ini pada masa lalu menciptakan persepsi bahwa ada pihak di dekat Jokowi yang masih melihat Prabowo sebagai ancaman, meskipun keduanya kini bekerja dalam satu kabinet.

Kembali pada pertemuan di atas, apakah pertemuan terbaru ini menandakan adanya perubahan? Apakah Prabowo, yang pernah diserang oleh akun yang diduga terkait dengan Gibran, kini benar-benar telah berdamai dengan bayang-bayang masa lalunya?

Ataukah ada kepentingan yang lebih besar yang membuat semua pihak tampak bersatu di depan publik? Ibarat permainan catur, pergerakan pergerakan bidak selalu ditujukan untuk mematikan langkah raja.

Rakyat melihat Prabowo sebagai sosok tegas, dengan retorika yang selalu menggugah emosi nasionalisme. Namun, di balik itu semua, ada rasa penasaran dan kegelisahan. Seorang pemimpin yang ingin berdaulat, tapi apakah bisa benar-benar berdaulat di tengah bayang-bayang sosok yang dianggap lebih besar dan berjasa?

Dalam pertemuan ini, Prabowo mungkin tersenyum dan berbicara dengan tenang. Namun, dalam benaknya, ada pertarungan batin antara kesetiaan kepada koalisi dan dorongan untuk mewujudkan ambisi politik yang lama diidamkan.

Apakah bayang-bayang Jokowi akan terus menghantui langkahnya menuju kursi kepresidenan? Atau akan tiba saatnya Prabowo menemukan pijakannya sendiri, membebaskan diri dari pengaruh yang telah lama membatasi?

Pelantikan presiden dan wakilnya semakin mendekat, seiring dengan itu maka terjadi pertemuan pertemuan elit PDIP yang dianggap berseteru dengan Jokowi berlangsung dan dalam pertemuan-pertemuan seperti ini menjadi bagian dari teka-teki besar yang harus dipecahkan.

Di antara bisikan diplomatik dan strategi politik, rakyat hanya bisa berharap: akankah Prabowo mampu melangkah keluar dari bayang-bayang itu dan membawa arah baru bagi Indonesia? (*)