Merawat Gerakan Perubahan
Sehingga dibutuhkan sebuah kelembagaan yang terus-menerus menjadi kapal gerakan perubahan. Setelah itu tentu dibutuhkan orang-orang yang bisa bersama dan bekerja bersama membawa suatu gerakan perubahan ini hingga bisa dirasakan oleh masyarakat.
Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
USAI sudah perhelatan Pilpres 2024 dengan kemenangan pasangan dukungan Oligarki dan Istana Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka. Meski kita semua tahu, ada proses yang salah dan menodai demokrasi dengan ikut campurnya Presiden Joko Widodo. Tapi inilah kenyataan pahit dari sebuah harga demokrasi.
Kenyataan di mana yang menang itu selalu ditentukan oleh banyaknya uang dan intimidasi untuk merebut suara rakyat. Keadaan ini tentu akan dicatat oleh sejarah bahwa Pemilu 2024, khususnya Pilpres 2024, adalah pemilu yang paling kotor dan brutal dalam sebuah proses demokrasi yang diperjuangkan rakyat dan mahasiswa dengan darah, nyawa, dan air mata pada masa Reformasi 1998.
Pasangan Anies Baswewan dan Muhaimin Iskandar yang merupakan anak kandung reformasi yang membawa isu perubahan kini harus menelan pil pahit dengan kekalahan yang menyakitkan, suatu kekelahan yang didesain untuk kalah oleh kelompok-kelompok mapan yang selama sepuluh tahun terakhir menikmati “perselingkuhan” kekuasaan dan pemilik modal. Lalu akan ke manakah gerakan itu, terkubur atau tetap dirawat?
Sebagai sebuah isu perubahan, gagasan yang dibawa oleh Anies adalah gagasan bagaimana bisa mengembalikan Indonesia kembali pada rel kosntitusi, mengembalikan Indonesia sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Bahwa Negara berkewajiban untuk mencerdaskan, menjamin ketertiban dan mempersatukan, mensejahterakan serta menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada konteks saat ini, isu perubahan yang dibawa oleh Anies adalah simbol perlawanan terhadap upaya-upaya kekuasaan yang sedang membawa arah bangsa yang melanggar konstitusi, sehingga menjadi penting bagi siapapun yang mencintai NKRI memandang gerakan ini bukan hanya sebuah gerakan Anies, tapi ada nilai-nilai yang diperjuangkan, nilai tentang keadilan, nilai tentang persatuan dan nilai tentang kemanusiaan yang selama diperjuangkan oleh para pendiri bangsa.
Gerakan perubahan sebagai nilai, tentunya sangat relevan dan dibutuhkan di tengah adanya upaya persekongkolan para elit politik dan partai politik dengan mengatasnamakan demokrasi dan rakyat. Kedaulatan rakyat dan kekuasaan rakyat tengah dimanipulasi oleh kalimat musyawarah para wakil rakyat, sementara rakyat menderita para elit politik berpesta, bayangkan berdasarkan LKHN harta para pejabat dan elit politik meningkat tajam di tengah penderitaan rakyat yang berjuang untuk melangsungkan kehidupannya.
Merawat Gerakan Perubahan
Sebagai sebuah gerakan yang mengusung nilai-nilai bahwa gerakan perubahan adalah sebuah keniscayaan. Dalam diskursus kelas, tentu ini sangat menarik, di mana rakyat yang tertindas itu melawan kelompok oligar yang terdiri para elit politik dan kaum pemilik modal.
Sehingga siapapun yang menanggung akibat dari perselingkuhan elit dan oligarki sudah seharusnya merawat semangat perlawanan, sehingga tak boleh ada lagi kelas yang berusaha menguasai dan mendominasi kekayaan negara untuk kesejahteraan dirinya dan kelompoknya.
Sebagai sebuah simbol atas gerakan perubahan saat ini, Anies Baswedan sudah bisa menunjukkan sikapnya, bahwa akan tetap bersama rakyat dan gerakan perubahan, sebuah sikap yang ksatria dan berempati pada rakyat yang telah bersamanya memperjuangkan perubahan.
Anies tidak hanya akan bersama rakyat, tapi kita berharap Anies tidak mengkhianati kepercayaan para pendukung dan relawannya, Anies diharapkan berada pada posisi melawan dominasi elit dan oligarki yang menjarah kekayaan alam dengan kekuasaan yang dimiliki.
Lalu Apa Yang Bisa Dilakukan?
Membuka kanal ruang dialog dan diskusi dengan seluruh elemen perubahan merupakan sebuah keniscayaan. Dialog dan diskusi yang dilakukan diharapkan akan membuat rakyat merasa butuh dan menganggap penting adanya perubahan di tengah suasana bernegara yang sudah tak berpihak kepada rakyat.
Rakyat hanya cukup diberi bantuan, sementara penguasa dan oligarki dibiarkan bebas menjarah kekayaan negeri yang kemudian sebagian kecil dibagi-bagikan salam bentuk bantuan sosial.
Tentu ini tak bisa hanya dilakukan oleh Anies sebagai sebuah pribadi, nilai-nilai perubahan yang sudah ada harus diperjuangkan secara kelembagaan oleh mereka yang selama ini ikut berjuang bersama nilai perubahan yang diusung oleh Anies Baswedan.
Desak Anies adalah contoh konkrit bagaimana gerakan perubahan menjadi virus yang menjangkiti masyarakat terutama kalangan muda yang haus akan perubahan.
Bagi saya tentu menjadi penting memberi masukan kepada Anies Baswedan bahwa gerakan ini tak boleh padam dan harus dirawat. Dalam gerakan perubahan ini dibutuhkan orang-orang yang secara professional mampu menerjemahkan gerakan perubahan dalam nilai-nilai dan sendi-sendi dari kehidupan masyarakat, di sinilah Anies perlu menjahit kembali para professional, pemikir, dan penulis untuk merumuskan dan menata kembali visi gerakan perubahan dan menerjemahkan dalam kebutuhan program yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Sehingga dibutuhkan sebuah kelembagaan yang terus-menerus menjadi kapal gerakan perubahan. Setelah itu tentu dibutuhkan orang-orang yang bisa bersama dan bekerja bersama membawa suatu gerakan perubahan ini hingga bisa dirasakan oleh masyarakat.
Setelah itu dibutuhkan kemampuan para pejuang perubahan untuk membangun sistem di tengah kehidupan masyarakat. Kolaborasi professional, birokrasi, dan politisi yang terdiri dari akademisi, mahasiswa, pemikir, penulis dan juga masyarakat kritis yang berasal dari organisasi dan kelompok masyarakat, para birokrat pelaksana sistem yang pro perubahan dan berpihak kepada rakyat serta para politisi sangat dibutuhkan dan menjadi keniscayaan.
Saatnya kini para pejuang perubahan untuk mulai membuka ruang-ruang bagi tersemainya gerakan perubahan ini di tengah-tengah masyarakat, ruang itu tentu tak akan bisa dikerjakan sendiri oleh Anies dan para pejuang perubahan, perubahan sebagai nilai tentu harus bisa diterima oleh sistem dan bisa dijalankan, maka di sinilah menjadi penting merebut ruang birokrasi dan ruang politik bagi hadirnya sebuah perubahan. (*)