Perjalanan Membersamai Pasangan AMIN di Jatim: Mengapa Harus Dipilih?
Memilih paslon AMIN, Paslon Nomor Urut 1 ini, sama artinya bahwa kita menyelamatkan Indonesia, menyelamatkan demokrasi dan mengembalikan Indonesia kepada cita-cita reformasi yang sudah mengorbankan banyak jiwa dan raga masyarakat dan mahasiswa.
Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
MENJELANG 30 hari pelaksanaan pilpres yang akan dilangsungkan pada Rabu, 14 Pebruari 2024, saya mencoba membuat catatan perjalanan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1, Mas Anies Rasyid Baswedan dan Cak Muhaimin Iskandar (AMIN).
Sebagai penulis yang sudah sejak lama berkampanye menyuarakan sebelum banyak orang yang memunculkan nama beliau.
Tulisan saya berkaitan dengan figur Mas Anies dan kemiripannya dengan sepak terjang Buya Hamka, mendapatkan respon cukup baik, sehingga Mas Anies perlu menghubungi Bang Rampo, panggilan akrab Ramadhan Pohan, atas informasi sang jurnalis senior Ferry Iz Mirza, sang ustadz, beliau tersambung dengan kami.
Bertiga, saya, Bang Rampo dan penulis senior yang menulis Tak Terbang Dipuji dan Tak Tumbang Dicerca, Ustadz Ady Amar, kami bertiga berdialog dengan Mas Anies. Itu terjadi pada awal 2021, 14 Januari 2021, di saat covid masih mengganas, berlaku jam malam dan semua pertemuan dibatasi.
Jauh bulan Oktober 2020, sebelumnya melalui Bang Laode Basyir, Mas Huda dan Prof Awalin, saya mulai berdiskusi bagaimana mengenalkan sosok Anies di Jawa Timur. Setelah tulisan pertama itu, lalu saya menulis Selamat Datang Mas Anies di Surabaya, Sambang Dulur.
Bertempat disebuah kafe di Jalan Sumatera, Surabaya, pertemuan dan diskusi kami tak terasa melewati jam batas waktu yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya, pukul 21.00. Kami didatangi petugas gabungan, Satpol PP, TNI dan Polri yang memang ditugaskan untuk mengawasi kerumunan agar tidak melebihi jam batas waktu tersebut.
Banyak hal yang kami diskusikan, yang diantaranya Mas Anies mengapresiasi kerja-kerja penulisan yang kami lakukan. Karena asyiknya dialog itulah, terpaksa dialog kami teruskan di pelataran kafe, meski melebihi jam malam yang dtentukan.
Sebagai pribadi, meski ada tawaran dari calon presiden lain yang lebih menarik, yang saat ini berkontestasi, saya menetapkan untuk berjuang bersama bersama Mas Anies, meski saya tahu memilih bersama Mas Anies saat itu akan banyak resiko dan tantangan.
Saya sadar dan saya ambil resiko itu, sebagai resiko perjuangan, dan sejak saat itu, hampir tiap hari tulisan-tulisan tentang Mas Anies menghiasi berbagai macam media massa yang ada di Indonesia. Sahabat-sahabat dekat saya sangat tahu, resiko apa yang saya ambil.
Sebagai pribadi yang besar di Surabaya dan banyak beraktivitas di Jawa Timur, tentu kolega dan jaringan kerja yang saya miliki di Jatim cukup terawat rapi, apalagi di Surabaya, banyak kawan sesama aktivis semasa Gerakan Reformasi 1998.
Jauh sebelum terjadinya gerakan reformasi 1998, sebelumnya banyak kawan aktivis yang memang telah banyak bergaul dan beraktivitas yang sama. Mulai dari aktivis yang dituduh kekiri-kirian sampai dengan aktivis kanan dan yang paling kanan.
Menjalin diskusi, dialog dan aksi melakukan kerja-kerja gerakan melawan tirani orde baru saat itu. Sehingga saya sangat banyak memahami bagaimana berdialog dan berdiskusi dengan aktivis lintas gerakan. Sehingga sampai saat ini, meski pilihan saya berbeda dengan mereka, tapi persahabatan, pergulatan dan melihat persoalan kebangsaan, ke-Indonesia-an dan kemanusiaan masih bertemu.
Perjuangan Masyumi menjadi inspirasi gerakan ini, karena saya dilahirkan dari seorang ayah, M. Mansyur, yang menjadi pengagum Masyumi dan KH Isa Ansori, Sang orator Masyumi. Oleh karena itulah nama sang orator Masyumi diabadikan menjadi nama saya sampai saat ini.
Saya mengenal Mas Anies jauh sebelum beliau seperti saat ini. Semenjak mahasiswa, ketika beliau memimpin perlawanan pembredelan majalah TEMPO, EDITOR, dan tabloid Detik, serta hal yang sama kami lakukan bersama kawan-kawan jaringan pro demokrasi di Surabaya.
Bagi saya, Mas Anies adalah sosok yang rekam jejaknya jelas, berintegritas, dan juga memiliki keberpihakan, beliau sangat mencintai Indonesia, beliau nasionalis sejati, sebagaimana yang dilakukan oleh sang kakek AR Baswedan, Pahlawan Nasional. Perjuangan sang kakek tak perlu diragukan lagi, bagaimana beliau diutus Bung Karno untuk melakukan misi diplomatik mencari dukungan kemerdekaan Indonesia di Timur Tengah.
AR Baswedan adalah seorang tokoh nasional yang telah berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia lahir di Surabaya pada 9 September 1908 dari keluarga keturunan Arab. Sejak muda, AR Baswedan sudah aktif dalam pergerakan nasional. Ia menjadi anggota Partai Arab Indonesia (PAI) dan ikut mendirikan organisasi pemuda Jong Islamieten Bond (JIB).
Setelah Indonesia merdeka, AR Baswedan diangkat menjadi Menteri Muda Penerangan pada Kabinet Sutan Sjahrir I. Pada masa jabatannya itu, ia berperan penting dalam upaya mencari pengakuan kemerdekaan Indonesia dari negara-negara di dunia. Pada 1947, AR Baswedan ditugaskan oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan misi diplomatik ke Timur Tengah.
Misi ini bertujuan untuk meyakinkan negara-negara di Timur Tengah untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. AR Baswedan memulai misinya dari Mesir. Ia bertemu dengan para pemimpin politik dan agama di Mesir dan menyampaikan kepada mereka bahwa Indonesia adalah negara yang merdeka dan berdaulat.
Pada tanggal 10 Juni 1947, Mesir menjadi negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan ini menjadi tonggak penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Mesir, AR Baswedan juga mengunjungi negara-negara Arab lainnya, seperti Arab Saudi, Irak, dan Suriah. Ia berhasil meyakinkan negara-negara tersebut untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Upaya diplomatik AR Baswedan membuahkan hasil. Pada akhir tahun 1947, sudah ada 13 negara di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan ini semakin memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional.
Melihat rekam jejak yang seperti itulah, membuat keyakinan saya bahwa Mas Anies adalah orang yang layak dan tepat untuk memimpin Indonesia. Mengapa? Karena situasi tahun 2024, setelah 24 tahun reformasi berjalan, terjadi pengkhianatan terhadap cita-cita reformasi, yaitu memberantas Kolusi, Korupsi dan Nepotisme yang tumbuh subur di massa orde baru.
Watak pemerintah yang represif, menjadikan politik sebagai panglima, mengangkangi hukum untuk kepentingan kroni, oligarki, dan kekuasaan.
Praktik kebijakan yang haram konstitusi akan menghasilkan produk konstitusi yang haram pula. Sebagaimana yang kita lihat saat ini, menjadikan salah satu cawapres haram kosntitusi, melanggar etika bernegara dan kepatutan, mengangkangi hukum, melalui MK demi memuluskan sang putera mahkota meneruskan kekuasaan, setalah gagal menjadikan sang penguasa menjadi presidin tiga periode dan perpanjangan masa jabatan.
Hal yang sama, saya mengenal Cak Imin jauh sebelum beliau seperti saat ini. Sebagai seorang aktivis, cak Imin, panggilan akrabnya, adalah sosok yang sama dengan Mas Anies dalam dunia pergerakan mahsiswa, hanya pilihan jalan yang berbeda, menyebabkan mereka berada di jalur berbeda, tapi sejatinya beliau berdua mempunyai kesamaan cita-cita bagaimana menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, bermartabat, mewujudkan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan bagi semua, sebagaimana amanat konstitusi.
Kini keduanya menyatu menjadi Dwi Tunggal untuk menyelamatkan Indonesia dari penjajahan oligarki dan tirani rakus kuasa beserta kroni-kroninya.
Bergabungnya Cak Imin dan PKB dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang digagas oleh Partai Nasdem dan PKS, tentunya telah menjadi energi baru bagaimana menjadikan pasangan ini memenangkan perjuangan menyelamatkan Indonesia menjadi Presiden RI tahun 2024.
Tentu ini menjadikan lebih ringan bebannya mensosialisasikan Mas Anies, karena selama ini Mas Anies banyak diterpa fitnah dan hoax. Cak Imin menjadi pasangan yang melengkapi, sehingga pasangan ini menjadi pasangan ideal bagi Indonesia, paslon yang layak dipilih, relegius, nasionalis dan mereka berdua adalah anak kandung reformasi.
Memilih paslon AMIN, Paslon Nomor Urut 1 ini, sama artinya bahwa kita menyelamatkan Indonesia, menyelamatkan demokrasi dan mengembalikan Indonesia kepada cita-cita reformasi yang sudah mengorbankan banyak jiwa dan raga masyarakat dan mahasiswa.
Mas Anies dan Cak Imin adalah dua putera terbaik Indonesia saat ini yang berlaga menyelamatkan Indonesia.
Keduanya lahir dari darah keturunan Pahlawan, mengalir darah yang memperjuangkan Indonesia, darah Jawa Timur dan Surabaya, khususnya bagi Mas Anies. Oleh karena itu tak salah kalau saya sematkan kalimat penutup dalam tulisan ini:
Dari Jawa Timur, dari Surabaya kita selamatkan Indonesia, kita selamatkan demokrasi, kembalikan Indonesia kejalan yang benar, jalan cita-cita reformasi. (*)