Politik Islam Berantakan
Segelintir tokoh Umat Islam yang terus berjihad menyatukan umat Islam, seperti kewalahan dan masih belum menemuka jalan keluarnya dengan terus berteriak "bersatulah wahai umat Islam", musuhmu sudah di depan mata dan terus akan membunuhmu.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
INGAT tentang Moshe Dayan. (Menhan Israel) ini mendapatkan aduan (laporan) dari bawahannya yang mengatakan: "Panglima, dokumen rahasia kita hilang". Mose Dayyan ketawa. Mengapa ketawa? Mose Dayyan: "Anda jangan khawatir, karena pemuda/umat Islam itu tidak suka membaca".
Sama persis dengan ucapan Zion Golda Meir (PM Israel 1969-1074): "Ketika kami membakar masjid Al Aqsha sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Aku takut bangsa Arab akan berbondong-bondong memasuki Israel dari segala penjuru. Tapi ketika esok hari tiba aku baru tahu bahwa kami bisa berbuat apapun yang kami inginkan karena sebenarnya kami sedang berhadapan dengan umat Islam yang tidur".
Lain cerita dengan umat Islam di Indonesia dalam perjuangan politiknya, sangat hobi bertengkar, menjual ayat-ayat suci dengan harga dunia, terpecah-belah dan begitu mudahnya di adu-domba, sebagian terkesan sudah menjadi budak Oligarki.
Segelintir tokoh Umat Islam yang terus berjihad menyatukan umat Islam, seperti kewalahan dan masih belum menemukan jalan keluarnya dengan terus berteriak "bersatulah wahai umat Islam", musuhmu sudah di depan mata dan terus akan membunuhmu.
Tetap saja belum bisa-bisa menyadarkan memori ingatannya untuk bersatu melawan kezaliman yang terus terjadi.
Kalau umat Islam ingin tumbuh sebagai Rohmatal lil alamin, harus memiliki kekuatan dengan arah perjuangan;
Pertama; Umat islam harus terus diberi pencerahan ada kekuatan yang akan melemahkan dan menghancurkan umat Islam.
Kedua; Menggalang ukhuwah Umat Islam bukan pada tataran Islam hanya soal ibadah dan muamalah tetapi ada konsep syiasah.
Ketiga; Hentikan umat Islam sebagai pengemis dan kuli para kapitalis dan Oligarki.
Keempat; Hilangkan perselisihan soal khilafiah minimal pada tatataran pemahaman 4 (empat) Madzhab untuk mengindari saling menyalahkan dan merasa paling benar dan paling Islami.
Kelima; Umat Islam harus ada kerangka perjuangan dalam konteks Jihad Qital yang terukur dalam konsep keilmuan syariah – memiliki kekuatan gerakan dan dukungan finansial.
Keenam; Hentikan umat Islam hanya sebagai permainan boneka politik sesaat dan menjual diri – melelang agamanya dengan harga dunia.
Setiap pemilu/pilpres nasibnya sangat memilukan, sekedar sebagai mangsa bagi siapapun yang ingin menelan dan memangsanya, dengan dibeli harga dunia semua berantakan.
Semua bisa terjadi ketika umat Islam sedang terserang wabah mematikan penyakit Wahn (takut mati dan miskin) semua lunglai tanpa daya.
Semestinya memahami perjuangan dari Sifat Nabi: Sidik, Amanah, Fathonah, dan Tablig. Sifat tersebut dapat diartikan: sidiq sebagai visi hidup seorang muslim, amanah sebagai misi, tabligh diartikan sebagai taktik dalam menjalankan hidup, serta fatanah diartikan sebagai strategi dalam menjalankan hidup. (*)