Potensi Terjadinya Huru-hara Nasional

Menghindari cara tersebut dengan menerima hasil Pilpres 2024 berdasar penetapan KPU saat ini justru akan memperburuk dan makin membesar perbuatan licik dan maniputaif yang sudah kronis dan membabi-buta, hanya akan memperburuk keadaan.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

DALAM Pemilu Borjuis, rakyat tak ubahnya kumpulan domba yang diberi opsi memilih "binatang buas" mana yang dipersilakan untuk menyantap meraka (Richard Wolff).

Penetapan pemenang Pilpres 2024 oleh KPU telah diumumkan dan ditetapkan Paslon 02 Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenangnya. Penetapan tersebut tak mengejutkan Paslon 01 Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar dan 03 Ganjar Pranowo – Mahfud MD, ini karena angka kemenangan Paslon 2 jauh hari sudah diprediksi dan diketahui sebelum Pilpres digelar.

Terlepas dari kepentingan pihak-pihak yang dikalahkan dengan cara curang secara telanjang dan brutal, dipastikan akan diambil-alih oleh masyarakat luas, dengan alasan soal demokrasi yang telah dihancurkan oleh pihak penguasa, soal kejuruan dan keadilan yang terbukti diabaikan.

Kondisi tersebut bukan hanya akan menorehkan luka rakyat, tampaknya kali ini akan mendapatkan perlawanan rakyat.

Penguasa boneka yang nekad melakukan rekayasa Capresnya asal menang dalam Pilpres 2924, dengan cara apapun, dinodai dengan melabrak nilai-nilai demokrasi, keadilan, kejujuran, etika, moral, akan membawa petaka.

Pilpres 2024 bergerak liar, binal, dan ugal-ugalan. Hanya sebagai aksesoris belaka seolah-olah rakyat masih buta atas nilai kebenaran.

Penguasa terlalu percaya diri protes dan kemarahan rakyat akan bisa diatasi oleh aparat keamanan kalau perlu dengan kekerasan mirip cara dan pola komunis menekan dan akan membunuh semua lawan yang menentangnya.

Hilangkan nilai-nilai Pancasila akan membuktikan kebenarannya negara dalam bahaya kehancuran datangnya serangan yang akan meluluh lantakan negara dari nafsu kekuasaan yang binal dan liar seperti binatang buas.

Indonesia sudah dalam kendali aliran individualis, kapitalis bahkan komunis yang sangat kejam, menjelma sebagai penjajah gaya baru.

Ini sama artinya pertempuran tanpa senjata sudah dimulai, penguasa dan para politis pengendali negara, sudah limbung tanpa kendali. Bahkan sedang bertarung sesama teman bangsanya sendiri.

Jokowi sebagai presiden yang semestinya berlaku adil dan jujur sudah berubah menjadi tiran. Akan menjadi musuh bersama rakyat. Jokowi ternyata musuh dalam ketiak sebagai antek asing yang sedang menghancurkan negara.

Semua ucapan lamis presiden sudah berakhir dan menampakkan aslinya sebagai penguasa boneka yang kejam akan memaksa rakyat sebagai pemilik kekuasaan untuk mengambil-alih kekuasaannya.

Kerusuhan perlawanan rakyat akibat Pilpres yang hanya sebagai aksesoris dan menjadi mainan demokrasi palsu dan akibat kerusakan negara yang makin parah yang berpotensi melahirkan huru- hara nasiona,l bahkan bisa perang saudara.

Saat ini yang kita butuhkan bukan cita-cita damai dan kompromi dengan penguasa yang mengarah tiran atas kendali kekuatan asing. Kerjasama dan dialog secara normal sudah mustahil dan hanya akan menemui jalan buntu dan sia-sia.

Akan lahir perlawanan rakyat, agar negara bisa keluar dari kebuntuan, konflik setiap hari terjadi. Cara yang lebih rasional dan strategis adalah melawan untuk menyelamatkan negara dari kehancurannya.

Menghindari cara tersebut dengan menerima hasil Pilpres 2024 berdasar penetapan KPU saat ini justru akan memperburuk dan makin membesar perbuatan licik dan maniputaif yang sudah kronis dan membabi-buta, hanya akan memperburuk keadaan.

Hilangkan ketakutan, keadaan tidak tertaklukan adalah tergantung pada semangat perjuangan kita. Lawan penguasa yang kejam, lalim, tiran yang akan membawakan negara pada kehancuran. (*)