Prabowo Sempoyongan, Jokowipun Turun Tangan
Publik juga semakin tahu bagaimana karakter ketiga capres kita, ada yang pemarah, emosional, pendendam, ada yang cerdas, tenang, terukur, punya gagasan dan kemampuan berdiplomasi, serta ada yang landai landai saja.
Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
DEBAT Ketiga Capres, Ahad malam, 7 Januari 2024, menyisakan banyak kisah dan cerita. Debat dengan tema tentang pertahanan nasional, diharapkan Prabowo Subianto akan sangat digdaya menguasai persoalan, hal wajar karena di samping mantan militer, Prabowo kini juga Menteri Pertahanan.
Namun sayangnya anggapan itu keliru, justru pada sesi debat tersebut, Prabowo sempoyongan. Tidak mampu menahan serangan bertubi-tubi dari Anies Baswedan maupun Ganjar Pranowo.
Anies justru terlihat lebih menguasai medan perdebatan, Anies justru mampu menjabarkan filosofi pertahanan secara menyeluruh. Dimulai dari kebutuhan dasar prajurit yang terpenuhi, maka akan melahirkan prajurit-prajurit yang kuat. Sehingga pertahanan negara akan menjadi kuat.
Pertahanan negara bagi Anies bukan hanya persoalan militer dan persenjataan saja, tapi juga bagaimana Indonesia mampu berdiplomasi terhadap dunia internasional untuk menyampaikan gagasannya tentang keadilan, perdamaian dan menghapuskan penjajahan.
Anies mengatakan bahwa dirinya sudah membuktikan bagaimana dia berdiplomasi kepada dunia internasional mengajak negara negara selatan untuk mengajak negara-negara utara berkolaborasi mengatasi perubahan iklim, ketika menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.
Hal yang sama juga terjadi pada Ganjar, dia mempersiapkan data-data capaian Kemenhan selama dipimpin Prabowo, bahkan Ganjar memberi nilai 5 terhadap kinerja Prabowo.
Setidaknya ada tiga hal serangan-serangan yang membuat Prabowo sempoyongan, yaitu pertama tentang kepemilikan lahan Prabowo.
Anies dan Ganjar menuding Prabowo memiliki lahan yang luas di berbagai daerah di Indonesia. Anies menyebut bahwa lahan Prabowo di Kalimantan Timur seluas 220 ribu hektare, sedangkan Ganjar menyebut bahwa lahan Prabowo di Jawa Tengah seluas 100 ribu hektare.
Tudingan tersebut ditanggapi Prabowo dengan mengatakan bahwa lahan-lahan tersebut merupakan warisan dari orangtuanya. Prabowo juga mengatakan bahwa lahan-lahan tersebut telah dikelola secara profesional dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Kedua, Capaian Prabowo sebagai Menteri Pertahanan. Anies dan Ganjar juga menyoroti capaian Prabowo sebagai Menhan. Anies menyebutkan, Prabowo belum berhasil meningkatkan anggaran pertahanan, sedangkan Ganjar menyebut, Prabowo belum berhasil meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI.
Tudingan tersebut ditanggapi Prabowo dengan mengatakan bahwa anggaran pertahanan telah meningkat secara signifikan sejak ia menjabat sebagai Menhan. Prabowo juga mengatakan bahwa kesejahteraan prajurit TNI telah meningkat secara signifikan, termasuk dengan pemberian tunjangan kinerja dan rumah dinas.
Ketiga, Kebijakan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan. Anies dan Ganjar juga menyoroti kebijakan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan. Anies menyebut bahwa Prabowo telah menyetujui pembelian jet tempur Rafale dari Prancis, sedangkan Ganjar menyebut, Prabowo telah menyetujui penjualan alutsista TNI kepada pihak swasta.
Tudingan tersebut ditanggapi Prabowo dengan mengatakan bahwa pembelian jet tempur Rafale diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Indonesia. Prabowo juga mengatakan bahwa penjualan alutsista TNI kepada pihak swasta dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan alusista TNI.
Prabowo benar-benar babak belur dalam debat tersebut, sehingga memperlihatkan watak asli dan kegugupannya dalam menanggapi serangan-serangan tersebut. Terhadap Anies, tampak sekali jawaban-jawaban Prabowo sangat emosional dan menyimpan dendam dan amarah.
Bahkan Prabowo tak mampu membedakan pertanyaan yang meminta transparansi anggaran dan diplesetkan menjadi meminta transparansi pertahanan militer. Sehingga antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.
Terhadap Ganjar, Prabowo bahkan tak berdaya, selalu mengatakan setuju terhadap pernyataan- pernyataan Ganjar, lalu di mana gagasan dan ide Prabowo tentang kekuatan pertahanan nasional? Prabowo hanya sebatas mengatakan bahwa kemampuannya hanya membeli alutsista bekas yang usianya masih layak, bahkan Prabowo juga menyalahkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati yang dianggap sering mencoret pengajuan anggaran Kementrian Pertahanan.
Melihat sang jagoan sempoyongan dan babak belur mendapatkan serangan yang mematikan, Joko Widodo, mantan rivalnya dan sang mentor politiknya, tampaknya tidak rela, langsung turun tangan melakukan pembelaan dan pasang badan.
Jokowi melakukan pembelaan bahwa tidak mungkin pertahanan negara itu dibuka di hadapan publik, itu akan sangat berbahaya. Padahal yang diminta oleh Anies adalah transparansi anggaran Kemenhan itu dipakai apa saja dan ke mana saja.
Debat capres kedua setidaknya membuka mata publik bahwa diantara ketiga capres itu siapa diantaranya yang jujur dan berpihak kepada prajurit dan ketahanan Indonesia serta yang punya kemampuan diplomasi dan gagasan tentang pertahanan semesta.
Publik juga semakin tahu bagaimana karakter ketiga capres kita, ada yang pemarah, emosional, pendendam, ada yang cerdas, tenang, terukur, punya gagasan dan kemampuan berdiplomasi, serta ada yang landai landai saja.
Tantangan Indonesia kedepan adalah bagaimana mengembalikan kewibawaan Indonesia di mata negara lain sebagaimana Indonesia pernah menjadi kekuatan penyeimbang barat dan timur dengan mendirikan non blok, politik bebas aktif, bukan hanya menjadi negara yang menonton saja.
Kekuatan diplomasi intenasional menjadi kebutuhan di samping pemimpin yang sangat peduli terhadap kesejahteraan para prajurit utamanya. (*)