Publik Menunggu Debat "Blimbing Sayur"

Namun, apakah "gol bunuh diri" Gibran ini disengaja? Menurut wartawan senior, Hanibal Wijayanta, masyarakat jangan terkecoh dengan sejumlah pernyataan blunder Gibran. Peringatan teman saya yang banyak mengetahui politik praktis di panggung depan dan belakang, masuk akal juga.

Oleh: Tjahja Gunawan, Penulis Wartawan Senior

DALAM program acara "Ulasan Media" yang rutin diadakan oleh Radio Dakta di Bekasi, Senin (11/12/23), saya ditanya tentang debat capres yang akan mulai digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) hari Selasa, 12 Desember 2023, malam. "Apakah dalam debat nanti, para panelis yang ditunjuk KPU akan menanyakan kepada para capres soal kasus-kasus yang pernah membelit mereka?"

Lalu saya jawab: "Sangat mungkin isu-isu spesifik ditanyakan pada acara debat tersebut. Misalnya kasus e-KTP dan pembangunan waduk di Wadas yang pernah membelit Capres Ganjar Pranowo saat menjadi anggota DPR-RI dan Gubernur Jateng".

Lalu kasus pembangunan Food Estate, dan transparansi pembelian Alutsista akan ditanyakan kepada Capres Prabowo Subianto yang sampai sekarang masih menjabat sebagai Menhan pada Kabinet Joko Widodo – Ma'ruf Amin. Bahkan, sangat mungkin kasus lama tentang penculikan terhadap sejumlah aktivis mahasiswa tahun 1998, juga akan ditanyakan kembali kepada Prabowo Subianto yang sudah empat kali maju dalam kontestasi Pilpres.

Anies Punya Kasus?

Nah, lalu kira-kira kasus apa yang akan ditanyakan para panelis kepada Capres Anies Baswedan? Seperti kita pahami bersama, jabatan publik yang pernah disandang Anies adalah Mendikbud (2014-2016) dan Gubernur DKI Jakarta (2017-2022). Anies pernah menjabat Mendikbud dalam era Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Namun, masa jabatannya sebentar. Dia dilantik pada 14 Oktober 2014, tapi kemudian pada 27 Juli 2016 digantikan oleh Muhadjir Effendi.

Selama memegang jabatan publik, Anies Baswedan nyaris tidak pernah memiliki kasus besar yang membelit dirinya. Sebelumnya KPK memang pernah berupaya untuk menjerat Anies dalam kasus balapan Formula E di Ancol saat dia menjadi Gubernur DKI Jakarta. Namun, upaya tersebut gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Yang terjadi kemudian, Polda Metro Jaya justru menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Dalam debat capres, para panelis yang telah ditunjuk KPU, diperkirakan hanya akan menanyakan hal-hal normatif kepada Capres Anies Baswedan. Tema debat Capres pada putaran pertama ini soal pemerintahan, hukum, HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik dan kerukunan warga. Seperti telah diumumkan KPU, debat capres akan dilakukan tiga kali sedangkan debat cawapres dua kali.

Dalam acara Ulasan Media dengan Radio Dakta, saya katakan bahwa saat ini publik lebih menantikan acara debat cawapres Gibran Rakabuming Raka. Di jagat medsos, putra sulung Presiden Jokowi ini sering dipanggil dengan sebutan "Blimbing Sayur".

Netizen di Indonesia memang dikenal kreatif dalam membuat guyonan dan sindiran terhadap sosok kontroversial seperti Gibran Rakabuming Raka. Bahkan Majalah Tempo, memberi julukan pada Gibran dengan kalimat yang lebih lugas, yakni "Anak Haram Konstitusi".

Seperti kita ketahui, cawapres Gibran banyak dibicarakan masyarakat baik di media arus utama maupun medsos, karena dia kerap membuat kesalahan dalam berbagai pernyataannya. Tidak hanya itu, Gibran juga kerap menghindari acara dialog, apalagi debat dengan masyarakat seperti yang dilakukan paslon lainnya.

Ketika PP Muhammadiyah mengundang semua paslon peserta Pilpres 2024 untuk hadir berdialog dengan warga Ormas Islam terbesar itu, hanya Gibran yang absen dengan alasan ada acara yang sama di tempat lain.

Hal lainnya, Gibran telah membuat pernyataan-pernyataan blunder. Misalnya, saat dia menyarankan ibu-ibu hamil untuk mengonsumsi asam sulfat (H2SO4). Kesalahan fatal omongan cawapres nomor dua ini menjadi bahan cemoohan netizen di medsos.

Meskipun Gibran telah meminta maaf, namun image negatif terhadap sosoknya sudah terlanjur terbentuk dalam benak publik. Dalam praktik komunikasi disebut demage has been done. Alih-alih bisa membentuk citra positif di masa kampanye ini, pernyataan Gibran di depan publik justru sering jadi blunder.

Namun, apakah "gol bunuh diri" Gibran ini disengaja? Menurut wartawan senior, Hanibal Wijayanta, masyarakat jangan terkecoh dengan sejumlah pernyataan blunder Gibran. Peringatan teman saya yang banyak mengetahui politik praktis di panggung depan dan belakang, masuk akal juga.

Sangat boleh jadi Gibran sengaja membuat pernyataan-pernyataan salah atau kontroversial agar diperhatikan publik. Hal itu juga dimaksudkan untuk mengalihkan isu dari tema penting dinasti politik keluarga Jokowi dan isu "Anak Haram Konstitusi". Waspadalah. (*)