Rekayasa Politik Jokowi Makin Songong
Tampaknya Allah SWT telah memberikan cahaya putih untuk para pejuang perubahan bangkit semakin masif, militan, tidak mengenal takut dan tetap Istiqomah dalam momen “point no return” , sudah tidak ada jalan mundur, kemenangan sudah di depan mata.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
BELANTARA politik Pilpres 2024 dikejutkan aksi Joko Widodo bergaya Rambo berseragam jaket hitam bersama Menhan Prabowo Subianto dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dengan pesan sangarnya, presiden dan para mentrinya boleh kampanye, untuk kemenangan capresnya.
Semua sudah terlambat, terkesan songong dan panik justru akan menghancukan reputasinya. Energi api semangat gerakan perubahan akan semakin membesar.
"Point of No Return" JIN SONHOJY adalah sebuah film Amerika Serikat, kisah perjuangan yang dirilis tahun 1993, disutradarai oleh John Badham, memberi alur cerita tentang "titik tidak bisa kembali" (titik di mana sebuah perjuangan sudah tidak ada lagi kesempatan untuk kembali).
Bahkan sekedar menengok ke belakangpun sudah tidak memungkinkan. Pada titik ini sang pejuang harus melanjutkan langkah perjuangannya apapun resikonya, sebab tak mungkin lagi untuk kembali, karena terlalu berbahaya, apalagi membawa misi untuk keselamatan negara.
Pilpres langsung di Indonesia, telah membawa noda hitam dan berbahaya ketika pondasi negara UUD 1945 sudah runtuh, Pancasila digilas tinggal hanya sebagai aksesoris, negara telah berubah menjadi negara kapitalis, liberalis, di bawah kendali Oligarki.
Nasib keselamatan negara akan ditentukan pada Pilpres 2024 mendatang, akan selamat atau hancur berantakan.
Saat bersamaan dengan munculnya semangat perjuangan "Perubahan" untuk mengembalikan kiblat bangsa mendapatkan gempuran maha dahsyat dari penguasa yang telah bersekutu dengan kaum kapitalis penjajah gaya baru.
Presiden Jokowi yang selama ini menyandang gelar dengan stigma presiden boneka, nekad telah mencanangkan politik dinasti yang tidak masuk akal, terus menerabas konstitusi, dan melakukan perlawanan, bahkan boleh berkampanye semua akan sia-sia.
Penguasa dengan slogan "Point no return”, bagi mereka yang sudah bergelimang hidup hedonis bersama Oligarki dan untuk menyelamatkan politik dinastinya tampaknya tidak mau surut dan bertaubat untuk menyadari kesalahannya, bahkan semakin arogan.
Bermacam-macam rekayasa politik, manakut-nakuti, membius masyarakat diseret dengan segala fasilitas dan finansial yang menyesatkan.
Pembiusan dengan tipuan dan dusta politik, merambah dan akan menelan korban masyarakat yang masih buta politik dan dalam kondisi lapar menjadi mangsa dan sasarannya.
Bahkan, terjadi serangan politik hitam oleh para bandar politik sudah menyergap sebagian para dai, ustadz, muballigh, kiai, cendekiawan muslim, yang sudah terkena virus "Wahn" (takut mati dan cinta dunia).
Tampaknya Allah SWT telah memberikan cahaya putih untuk para pejuang perubahan bangkit semakin masif, militan, tidak mengenal takut dan tetap Istiqomah dalam momen “point no return” , sudah tidak ada jalan mundur, kemenangan sudah di depan mata.
Keselamatan Indonesia dan perubahan ke arah perbaikan akan tiba dan muncul tepat pada waktunya. Rekayasa politik Jokowi apapun bentuknya akan hambar dan sia-sia. (*)